Pada tanggal 7 Januari, Shani membeli satu kotak tisu besar. kemudian, pada 8 januari Shani menghabiskan 2 kotak tisu besar, yang 1 nya lagi ia dapatkan dari stok penyimpanan mama. Pada tanggal 12 kemudian, Shani membeli 2 kotak tisu lagi. Maka, berapa banyak kotak tisu yang ia pakai selama masa-masa runtuhnya karena Sadewa sudah hilang?
Jawabannya, banyak sekali dan menyebabkan banyak limbah di kamar Shani, tapi tak sebanyak air mata Shani yang ia usap dimana saja saat tiba tiba menangis. Saat mandi, Shani mengusap air matanya dengan handuk. Saat makan, Shani mengusap air mata dengan lengan kaos atau dengan tisu makan. Saat menonton netflix di living room, Shani menghapus air mata dengan bantal sofa. Begitu pula saat menangis di dapur tatkala ia sedang memasak, ia menghapus air matanya dengan serbet. Asal matanya kering dan mama tak lihat ia menangis, aman-aman saja.
Soalnya akhir-akhir ini Shani mudah overthinking. Memikirkan berjuta alasan tentang kenapa Sadewa bisa meninggalkannya, selain alasan kalau hubungan mereka sudah tidak sehat. Ia berpikir untuk kembali karena yakin bisa mengobati hubungannya yang tak sehat itu, agar bisa kembali bersama lagi dengan Sadewa. Shani mencoba berpikir tentang apa yang Sadewa inginkan sebenarnya. Shani juga penasaran apa yang Sadewa rasakan selama ini. Apakah Dewa benar-benar tulus padanya, apakah Dewa benar-benar memiliki rasa sayang untuk Shani.
Kalau semesta tau, disini Shani juga mencoba untuk terbiasa tanpa Sadewa.
Shani memaksakan diri.
Shani mencekik dirinya sendiri agar lupa dengan kehadiran Dewa dimasa lampau.
Shani menekan dirinya sendiri, bahwa Sadewa hanya sebuah pelajaran hidup, sebuah bagian dari buku cerita fiksi romansa remaja yang selesai dibaca dalam dua bab saja.
Shani, mencoba mati-matian.
Tapi Shani selalu denial. Semua kisah-kisahnya terlalu indah untuk diabadikan sebagai sekelebat lagu selama tiga menit, sebatas cerita setebal 300 halaman, atau hanya sebagai ingatan semata. Semua kisahnya bersama Sadewa terlalu cantik untuk dilepas sebagai kenangan.
Shani kembali menangis kala ia diam saja diatas kasur. Kepalanya menunduk, menenggelamkan wajahnya diantara bantal besar. Meredam suara isak tangis yang kian kencang.
Jika Sadewa adalah rumah, Shani hanya ingin pulang. Shani begitu tak ingin pulang ke rumah yang bukan Dewa.
…ᘛ⁐̤ᕐᐷ
"Hari ini kita lakukan projek sosial di luar sekolah bersama dengan kelas 11 IPA 3. Tolong, terutama si Tama sama Harris. Kalau ketemu Sadewa sama Adit jangan mulai peperangan. Ibu tau kalian berdua provokator." Bu Endri menunjuk ke arah Tama dan Harris yang duduk di samping kiri Shani. Harris hanya melemparkan hormat sedangkan Tama hanya menganggukkan kepala saja.
"Intinya, segera siapkan buku catatan kalian. Jangan pakai jaket biar ibu tau kalau kalian siswa sekolah ini. Silahkan berkumpul di lapangan, karena kelas 11 IPA 3 sudah menunggu. Hurry up guys! "
Semua siswa lantas mempersiapkan diri saat Bu Endri melangkah keluar. Bu Endri mengajar mata pelajaran sosiologi. Beliau merupakan waka kesiswaan yang merasa bebas memakai waktu siapa saja. Bu Endri terbiasa memakan jam pelajaran orang lain. Biasanya kelebihan 15-20 menit, kali ini sampai jam 12 siang karena guru mapel selanjutnya tidak hadir. Makanya Bu Endri meminta agar siswanya menganalisis kondisi sosial di luar sekolah sebagai tugas harian. Tadinya Shani excited banget, soalnya dia suka jalan-jalan di luar kelas. Tapi karena dibarengin sama kelas Sadewa, mendadak lesu deh Shani.
Dunia tuh ada aja caranya buat mempertemukan orang yang seharusnya ga usah ketemu lagi.
Biar apa di temuin terus? Biar mikir kalo kita itu ga seharusnya pisah dan hubungan kita berdua udah terikat sebelum lahir seperti sebuah takdir? Ngarang, emang ini novel fiksi.
"Shan, pinjem bolpen."
Shani tak menyaut karena sibuk menggerutu di dalam hati. Isi kepalanya hanya makian untuk Sadewa.
"Shani."
No Answer. Gadis itu masih belum menjawab.
Akhirnya, orang yang mau pinjam alias Harris Putra Malik menusuk pipi Shani pelan dengan telunjuknya. Membuat Shani terperanjat kaget. Tentu saja anak kelas yang lain juga kaget bukan main. Masalahnya si Harris main colek-colek Shani sembarangan dimana Shani ini masih pacar Sadewa menurut orang-orang. Mana sekarang anaknya cuma meringis tanpa rasa berdosa.
"Apa?!" Shani mendelik sebal.
"Buset galak banget."
"Lo kan bisa tepuk pundak! Ngapain toel-toel segala." Shani mencebik kesal.
"Soalnya gemes." kata Harris.
Bibir Shani mencibir kelakuan Harris yang sungguh di luar prediksi. Ia tak terkejut apalagi baper hanya karena ucapan dan tingkah laku bocah tengil berusia 18 tahun itu karena Shani mengenal betul sosok Harris selama tiga tahun. Tukang ngerdus dan Pemikat Bunga. Sebutan siswa Semansive yang mengenal Harris karena selalu mendekati bunga-bunga cantik dan wangi di sekolahnya alias para cewek-cewek cantik. Dia friendly bukan main, playboy, dan terlalu ramah. Cukup masuk dalam kategori cowok redflag. Tapi Harris ini tutur katanya ke perempuan lembut. Oktaf suaranya tak pernah meninggi pada perempuan, dan ga pernah mengumpat di depan perempuan. Harris juga ga pandang bulu soal menghargai perempuan walaupun setiap flirting yang dia tunjukin hanya buat cewek-cewek cantik aja. Makannya gak heran kalau ada isu Harris mandang fisik tapi yang ngatain naksir setengah mampus juga ke Harris karena tingkah laku Harris yang selalu menghargai hal-hal kecil. Kayak misalnya waktu ada bangku yang cukup buat tiga orang dan udah full, ketika ada perempuan datang yang looknya ga terlalu cakep, Harris akan tetap berdiri dan mempersilahkan cewek itu duduk menempati bangkunya. Dengan wajah tampan dan senyum Harris yang tak pernah hilang itu bagaimana bisa orang lain tak salah paham dan jatuh hati?
Untungnya, karena mengetahui tabiat Harris yang begitu handal menarik wanita membuat Shani menetapkan batasan bahwa apa saja yang dilakukan Harris hanya sebuah have fun saja. Tidak lebih dari sekedar hiburan bagi Harris. Jadi kalau Harris tepe-tepe, caper, atau mode act of service dan 999 love language dia keluar, Shani gak akan baper dan terjerumus ke jalan sesat yang Harris berikan.
Misalnya sekarang, tangan Harris menengadah menunggu Shani mengeluarkan bolpoin dari dalam kotak pensilnya. Harris setia menunggu seolah ia anak kucing yang menunggu tuannya memberikan jatah wiskas paling mahal. Cowok itu sambil memandang Shani lamat-lamat, dengan pupil mata melebar. Shani menghela napas jengah, capek betul melihat tingkah laku Harris.
"Iya gue tau gue cakep, tapi lo lo ga usah sampe melongo gitu deh, Ris. Ngiler lo ntar." Shani memberikan bolpoinnya pada Harris, kemudian berdiri menyusul Khia dan Lana yang sudah pergi keluar.
Harris hanya tersenyum tipis saja, sambil mengamati punggung Shani yang ditutupi rambut panjang sebahu mulai hilang dari balik pintu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth
Fiksi Remajamove on susah, balikan ga mau. *** Kalo kamu nggak pernah ketemu mantan pacarmu selama seminggu, artinya cerita kalian beneran selesai. Tapi kalo alam semesta masih mempertemukan kalian dengan cara yang tak terduga, artinya kisah manis kalian berdu...