hiraeth ; O4-lipbalm

144 11 9
                                    

"Gue gabisa terus-terusan galau kayak gini! Apa kata orang kalo liat Khaluna Ashani, mukanya sembab dan bengkak-bengkak kayak panda gini?" Shani duduk di depan kaca rias kamarnya, sembari mengambil skincare yang akan ia pakai. Ada basic skincare di atas meja, sheet mask lemon dari 7days, eye cream, dan berbagai macam benda-benda yang dapat mempercantik dirinya seperti guasha dan penjepit bulu mata. Shani menyediakan 1 liter air putih di dalam kamar, agar ia terhidrasi dan wajahnya tetap lembab. Ia tak bisa membuat orang melihatnya seperti orang kurang gizi. Shani harus cantik dan lebih cantik dari biasanya.

"Aduh, lipbalm gue dimana sih?" Shani mengacak-acak kotak skincarenya, mencoba mencari lipbalm Nivea yang hilang entah kemana. Padahal masih baru banget, baru seminggu yang lalu. Kenapa udah ilang aja?

"KAK SAN MAINAN LIPBALM AKU YA?!?!" teriak Shani dari dalam kamar.

"KAK SAN DI RUMAH ELANG, DEK!" balas Mama dari lantai bawah.

Shani menghela napas, menarik napas lagi, kemudian membuang napas pelan. Ia harus sabar menanggapi San yang kadang-kadang sering mengambil barang-barang di kamarnya. Ia menghubungi San via call, sambil mencari lipbalm nya di sudut yang lain. Lipbalm itu bukan sembarang lipbalm. Produk lipbalm jepang yang harganya tak sesuai dengan kantong pelajar seperti Shani. Meskipun Papa sering kasih uang jajan tambahan, tapi kalau di bagi-bagi dengan hal ini itu, untuk membeli lipbalm ini Shani harus ekstra sabar. Makanya dia kesal bukan main saat tahu lipbalm nya hilang.

"Hal—"

"Kak San, lipbalm aku mana?"

"Apaan tuh? Susu?"

"LIPBAALLM!"

"Apasih ga ngerti."

"Itu yang bentuknya kaya lipstik, wadahnya merah ada tulisan Nivea terus ada tutupnya warna putih."

"Lah ga tau gue, lagian abang lo laki mana pake lipstik. Ngaco. Ilang ya?"

"Kalo bukan Kakak siapa dong?" Shani merengek, ia kesal karena lipbalm nya benar-benar hilang. Shani juga lupa dimana dan kapan ia terakhir memakainya.

"Mau dibeliin yang baru?"

"Mau, tapi kalo yang ini udah ketemu. Soalnya masih baru,"

"Yah sama aja dong,"

"Adek lo, San? Kenapa?"

"Lipstik nya ilang."

"Oh ya? Halo, Shani! Shani lipstiknya ilang kah? Mau beli baru sama Kang Elang enggak? Mau yang apa—"

"Ah bacot nangis adek gue ditanyain om-om pedo kayak lo! Udah ya, Shan. Cari dulu sampe ketemu kalo ga ketemu nanti kabarin gue, gue tf saldo, bye!"

Pip.

Shani mengacak gemas rambutnya setelah San mematikan sambungan telepon. Ia mencoba kembali mengingat-ingat dimana lipbalm-nya itu di simpan. Ah payah, Shani sudah mencoba mengingat berkali-kali tapi ia tak bisa mengingatnya sama sekali. Sayang banget, padahal lipbalm nya baru dipakai beberapa kali saja. Pokoknya bagi mereka yang menemukannya, semoga masuk surga!

Shani itu obsessed sama semua lip product. Wajar, dia juga tukang review product make up di Instagram. Kadang-kadang dapet endorse, paling sering review jujur. Produk make up Shani ada banyak di kamarnya, yang sudah terbuka di taruh di atas meja rias. Yang jarang di pakai dimasukkan laci meja, yang belum dibuka alias masih segelan dia simpan di lemari kecil tiga laci dekat kasurnya. Separuh barang kecantikan milik Shani hanya lip product saja. Kalo kata brand-brand yang sering minta produk mereka di endorse, katanya bibir Shani ini cantik dan terawat dengan baik. Tak ada kerutan halus, sehat, cerah natural, dan terlihat plump. Ga heran sih, banyak juga produk yang Shani pakai buat dapetin bibir cantik—wajah cantik begini.

HiraethTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang