° 03. APA DIA AYAH? °

142 30 18
                                    

Semua orang memiliki kekurangan dan kelebihan sendiri. Tak ada orang yang sempurna di semesta ini, entah itu tentang fisik, keluarga, uang, mental, kebahagiaan, semua orang punya tolak ukur segala hal dan itu telah di tentukan oleh sang pencipta.

Sama seperti Seilla, ia memiliki rumah megah, uang melimpah, keluarga, orang tua, teman banyak. Bukankan itu terlihat cukup sempurna? namun nyatanya ia sama sekali tak puas akan semua yang ia punya.

"Please deh Dad, pentas drama ini nggak membutuhkan waktu lama, masa nggak bisa datang" desak Seilla merengek.

Di ruang keluarga megah ini putri dan ayah sedang berbicara. Keduanya sama-sama tengah duduk di sofa, kini mereka membicarakan suatu hal yang berhubungan dengan pentas drama.

Lelaki gagah itu tersenyum manis, "Daddy ada jadwal untuk ke luar kota sayang" jawabnya lembut mencoba meyakinkan putrinya.

"Kerja, kerja, kerja terus, do you not love me daddy Rian?! " pekik Seilla (Apakah kamu tidak menyayangiku, Ayah Rian?!)

Embusan napas terdengar pelan dari bibir milik Rian, putrinya ini memang keras kepala. Susah sekali untuk memberitahu gadis semata wayangnya ini.

"Daddy kerja untuk kamu" ujar Rian yang mendapat gelengan pelan dari Seilla.

"Duh Daddy, cuma sehari saja, nggak akan membuat Daddy miskin kaya si Somayra kan" sahut Siella.

"Somayra siapa sayang?"

Siella dan Rian menoleh bersamaan menatap wanita paro baya yang kini telah berada di tengah antara mereka. Senyuman Rian mengembang, lalu ia mendekat dan mengecup puncak kepala sang Istri dengan penuh cinta. Siella memalingkan wajah, mereka ini keterlaluan, menganggap semesta milik berdua saja.

"Temanku Mommy" kata Siella dengan wajah cemberut, Mariyyah yang melihat merasa heran.

"Kamu apakan anakku Mas!" lontar Mariyyah seraya mendekat ke arah Siella, memeluknya hangat agar Siella tak merajuk lagi.

"Daddy nggak bisa datang ke pentas drama bulan depan mommy" rengek Siella manja. Mariyyah menoleh ke arah sang suami, menatap dengan tatapan sedikit tajam.

"Kamu tahu sendiri kalo mas sibuk tiga bulan kedepan" bujuk Rian kepada wanitanya.

Baru beberapa bulan keluarga kecil ini tinggal di Indonesia, sebelumnya sembilan tahun lebih ini mereka tinggal di negara asing Amerika. Tak heran jika panggilan Siella pada orang tuanya adalah Mommy dan Daddy.

Alasan ketiganya kembali ke negara lahir tak lain karena pekerjaan Rian di pindahkan kembali ke negara asal. Mau tak mau mereka pun pindah ke sini, walau nyatanya mereka sudah terlalu nyaman di Amerika tetapi itu semua tak bisa untuk di tolak.

"Yasudah, kalo Daddy nggak mau ya biarkan, kan ada Mommy yang siap nemenin Siella" tutur Mariyyah yang tetap tak mendapat respon baik dari putrinya.

"Nggak mau Mom, aku ingin dengan Daddy juga. Apa kata teman-teman aku nanti, aku harus terlihat perfect intinya!" gerutu Siella lalu pergi dari arah keduanya, Rian dan Mariyyah hanya tersenyum.

"Anak kita hobi sekali merajuk, seperti ibunya" bisik Rian lalu melingkarkan tangannya pada pinggang sang pujaan hati.

Mariyyah mengusap kepala suaminya itu dengan lembut. "Persis seperti Daddy nya juga"

Rian tertawa pelan, dua puluh tahun mereka berumah tangga rasa cinta mereka tak sedikitpun memudar bahkan rasa cinta keduanya semakin berkembang. Walau hubungan keduanya telah menyakiti hati banyak orang, namun Mariyyah maupun Rian merasa bahwa mereka berhak bahagia.

Bahagia di atas penderitaan dua adik kakak yang penuh luka?

"Mas" panggil Mariyyah yang mendapat deheman dari sang suami.

Adik Kakak Penuh Luka { SUDAH TERBIT }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang