° 06. INI KAMU NAK? °

103 26 5
                                    

Aldo segera turun dari sepeda miliknya, ia segera berjalan masuk ke arah kontrakan yang pintunya sudah terbuka lebar. Napasnya tak beraturan, Aldo menatap dua orang yang kini sedang duduk manis seraya tertawa kecil. Galih dan Amayra menoleh secara bersamaan, menebar senyum ke arah Aldo yang saat ini tengah merasa khawatir.

"Kak Aldo" teriak Amayra lalu merentangkan tangan, seolah-olah meminta sang Kakak untuk memeluknya.

Tak ada pergerakan ataupun ucapan dari Aldo, dirinya hanya diam seraya menunduk. Galih dan Amayra saling lempar pandang, Galih mengangkat bahu pertanda bahwa dirinya tak tahu.

"Kak Al nggak mau peluk Amay?" Tanya Amayra yang sama sekali tak mendapat respon dari Aldo.

Amayra tertunduk lesu, apa mungkin kakaknya ini marah? Kebiasaan Aldo memang selalu begitu, jika dirinya marah ia akan mendiamkan semua orang yang berada di sekitarnya termasuk orang asing. Amayra mendekat ke arah Aldo yang sedang duduk dengan tatapan dingin, ia berjongkok seraya memengang tangan sang Kakak.

"Maaf" ucapan itu mampu membuat Aldo melemah. Akhirnya Aldo mendekap sang Adik seraya mengecup puncak kepalanya berkali-kali.

"Jangan ulangi kesalahan ini lagi!" tegas Aldo yang di angguki Amayra. "Kakak khawatir sama May, jangan pergi tanpa pamit lagi ya?"

Galih yang melihat kedua adik-kakak ini tersenyum haru. Ternyata saling sayang dengan saudara terlihat begitu menyenangkan, hati Galih kini merasa iri mengingat bahwa di rumah ia sering mendapat perlakuan beda dengan Kakaknya. Rumah yang ia tempati saat ini pun bukan benar-benar rumah yang nyaman untuknya. Itu sebabnya ia merasa tempat pulang ternyaman saat ini adalah Aldo. Mereka memiliki nasib yang sama namun berbeda kisah, tapi sakitnya sangat sangat sama.

"Iya Kak, maaf udah bikin Kakak khawatir dan kusut kaya gini. Kakak jadi keliatan bener-bener jelek sekarang" kata Amayra seraya mendongakkan wajahnya menatap Aldo.

"Eh mulutnya" ujar Aldo

"Hampir gila dia Ay nyariin kamu" timpal Galih mendapat tatapan maut dari Aldo.

"Ay ay matamu Lih" ucapnya yang sedikit kesal.

"Lah, gue manggil Ay karena nama adik lo Ayra kan?, lo mikirnya Ay yang gue maksud itu ayang ya? Bukan bege! Suudzon mulu, herman gue" jawab Galih membela diri. Amayra tertawa terpingkal-pingkal, sangat menggemaskan para lelaki di hadapannya ini.

"Heran bambang!" seru Amayra dan Aldo. Ketiganya tertawa keras bersama.

°°°

Hati dan pikiran Aldo semakin hari semakin tenang. Apalagi beberapa hari ini ia dan adiknya sering menyempatkan waktu untuk mendengar ceramah yang berada di masjid dekat kontrakan mereka. Kini hati Aldo ikhlas perihal semua masalah dan beban yang ia pikul selama ini, termasuk uang yang di jambret minggu lalu.

Allah menyampaikan 'jika kamu mengalami situasi yang membuat berat, tanamkan pada jiwa kamu untuk terus mengingat bahwa semua hal kesedihan tidak akan abadi, juga sudah pasti akan di tinggal mati, dan harus kita ingat bahwa yang abadi itu hanyalah akhirat.

Adik kakak ini selalu mengeluarkan air mata di mana tat kala ustadz menyampaikan ceramahnya dengan penuh perasaan dan hal itu benar-benar menyentuh hati keduanya. Teringat jelas dengan firman Allah yang satu ini 'Ma wadda' aka rabbuka wa maa qolaa' (Wahai hambaku sepanjang engkau mendekat kepadaku maka yakinkan pada dirimu situasi apapun yang kau rasakan, aku tidak akan pernah meninggalkanmu)

Dan itu memang benar adanya, Amayra juga Aldo saat minggu lalu dalam keadaan kacau, tidak ada uang. Allah memberikan jalan yang benar-benar tak terduga. Dengan tiba-tiba ada seorang ibu yang memesan donat dengan jumlah yang banyak. Dan itu tak hanya sekali hampir setiap hari selama seminggu ini ibu itu selalu datang memesan donat buatan Amayra dan Aldo.

Adik Kakak Penuh Luka { SUDAH TERBIT }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang