Bisikan alam menerpa wajah milik Amayra. Wajahnya tak seceria dulu, entah kenapa, namun rasanya Amayra kini merasa sendiri dan sepi. Badai yang telah berlalu selalu datang kembali tanpa permisi, menyapa dua adik-kakak ini.
Amayra menarik napasnya pelan, kini sekolah sedang melaksanakan kegiatan tahunan untuk berkunjung ke museum. Ia menatap setiap peninggalan nenek moyang mereka, dengan berkunjunh ke museum ini para siswa dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan informasi baru.
Amayra sempat berpikir, ada berbagai peristiwa di dunia yang terjadi pada masa lampu, yang terkadang membuat bingung anak muda zaman sekarang kan?. Amayra melihat bahwa museum memiliki grafik, angka, atau bentuk sajian lainnya untuk menggambarkan suatu peristiwa atau sejarah dalam perspektif waktu. Dan itu, lebih mudah dipahami Amayra dan teman-teman yang lainnya, yang memamg, awam mengenai sejarah.
Amayra berjalan menulusuri museum, sungguh ini sangat indah. Ia bisa melihat fosil dinosurus yang ternyata sangat besar, mata uang zaman dahulu, model pakaian zaman dahulu, cara mencari makanan dan memasak pada zaman neolitikum, dan lain sebagainya. Sungguh membuat Amayra terpesona.
“Aku seneng banget deh, semakin dekat dengan kelulusan, semakin banyak kegiatan. Dan anehnya walau setiap tahum kesini, rasanya selalu bahagia aja. Iya nggak May?” tanya Moca antusias.
Amayra tersenyum kecil, ia menoleh ke arah Moca seraya menganggukan kepalanya.
“Iya, coba kamu lihat itu Ca, itu maket pertambangan emas terbesar di Indonesia. Yaitu di pegunungan Papua, awalnya aku tidak tahu sih tapi sekarang tahu deh” pekik Amayra girang, ia seraya berjalan lalu menunujuk hal apapun yang ia lihat.
“Lihat ada miniatur menara pengeboran minyak dan gas bumi juga May”
“Wah keren banget!”
Percakapan tak henti-hentinya di lontarkan oleh dua sahabat ini. Hingga kakinya tiba-tiba berhenti, matanya pun menatap seoseorang yang kini tengah duduk berdiam diri di dekat sebuah lukisan.
Amayra pamit sebentar ke Moca, Moca hanya mengangguk. Amayra tersenyum jahil, ia akan mengagetkan orang yang ada di hadapannya sekarang.
“Nggak usah ganggu!” Amayra yang sudah siap membuka mulutnya tiba-tiba saja merapatkan bibirnya kembali. Ia mundur selangkah, apa Seilla sudah tahu, Amayra ada di sana?
“Loh, culun” pekiknya yang membuat Amayra menoleh, Seilla memutar bola matanya malas. “ngapain disini! Mau ganggu aku? Apa mau aku ganggu hah?!”
Amayra mendengus kesal, seperti senjata makan tuan kalo begini.
“Geer banget, siapa yang mau ganggu kamu. Wle” kata Amayra seraya menjulurkan lidahnya singkat. Seilla mengepalkan tangannya, ia berbalik meninggalkan Amayra seorang diri.
Seilla berjalan dengan perasaan dongkol, tak sadar bahwa kakinya kini sedikit menyenggol patung yang ada di museum. Patung ini memang sudah sedikit tumbang, sepertinya pihak museum tidak memperhatikan kondisi patung yang satu ini.
Patung perlahan tergoyang, mata Amayra menatap patung itu dengan tatapan tajam. Sepertinya ia akan jatuh dan akan segera mengenai Seilla.
“Astaga Seilla awas!” teriak Amayra seraya berlari, semua orang yang ada disana menoleh ke arah dua insan itu.
Bruk
Dua tubuh milik Amayra dan Seilla tersungkur ke arah lantai. Syukurnya patung tak terkena sedikitpun ke arah keduanya. Amayra maupun Seilla sama-sama mengatur napasnya yang naik turun. Seilla menatap Amayra yang kini tengah menatap juga.
“Kamu nggak papa?” tanya Amayra dengan panik, Seilla hanya mengangguk pelan.
“Ma-makasih” cicit Seilla malu, ia segera bangkit dan berjalan menjauh dari Amayra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adik Kakak Penuh Luka { SUDAH TERBIT }
Teen Fiction#Start = 21 Juni 2023 #Finish = 15 Juli 2023 Sudah Ending || Event menulis buku solo || Teori kata publishing Amayra dan Aldo adalah adik kakak yang di tinggalkan orang tuanya selama 10 tahun lebih. Mereka hidup berdua dengan segala keterbatasannya...