"Baru saja dua minggu, minggu ini hampir telat untuk cuci darah, Al"
Aldo terdiam saat dokter menegurnya seperti itu, rasanya Aldo semakin sesak saat mendengar kata cuci darah yang akan menemaninya sepanjang hidupnya. Aldo tersenyum getir, mulai sekarang ia bergantung pada cuci darah. Walaupun memang, maut di tangan Allah, tetap saja Aldo sebagai manusia harus tetap berusaha. Berusaha bertahan untuk hidup lebih lama, berusaha bertahan untuk adiknya, Amayra.
Aldo menunduk sendu, cuci darah yang ini saja ia harus berbohong kepada sang adik. Dan Aldo yakin, setiap kali ia cuci darah, pasti ia harus berbohong pada sang adik. Mau bagaimana lagi, Aldo tidak mungkin memberi tahu perihal penyakitnya pada Amayra. Jika bisa, Aldo akan selalu menyembunyikan penyakitnya ini, ia tak mau orang-orang di sekitarnya merasa khawatir.
Sungguh, dua minggu saja Aldo merasa bosan jika harus melalukan hemodialisis.
Hemodialisis adalah langkah cuci darah untuk gagal ginjal yang paling banyak dikenal. Hemodialisis dilakukan menggunakan mesin khusus untuk menyaring darah dan menggantikan fungsi ginjal yang rusak.
Pada proses cuci darah ini, petugas medis akan memasukkan jarum ke pembuluh darah untuk menghubungkan aliran darah dari tubuh menuju mesin pencuci darah. Kemudian, darah kotor akan disaring oleh mesin pencuci darah. Setelah tersaring, darah yang bersih akan dialirkan kembali ke dalam tubuh.
Hemodialisis biasanya memakan waktu sekitar 4 jam per sesi, dan dilakukan setidaknya 3 sesi dalam seminggu.
"Semangat ya Al, kamu masih muda. Perjalanan hidup kamu masih panjang, jangan bosen buat cuci darah. Oke"
Aldo tersenyum singkat, "Terimakasih dok, In Sya Allah saya akan berusaha untuk terus bertahan semampu saya" balas Aldo yang di angguki dokter paruh baya bernama Ardi itu.
Aldo segera pamit, ia harus pulang sekarang. Selama dua minggu terakhir ini, Aldo sudah berhenti bekerja di toko donat milik bu Aila. Aldo sekeras mungkin menjauh dari kehidupan ayahnya dan juga keluarga barunya. Aldo tak ingin lelah berpikir kenapa mereka bisa bersatu, hal yang tengah ia hadapi jauh lebih penting. Kesehatan dirinya, demi Amayra.
Jika kata orang Aldo egois, memang. Aldo sangat egois, dan ia mengakuinya.
Aldo mengayuh sepedanya dengan kecepatan pelan, angin malam yang terasa dingin ini menyerap dalam-dalam ke kulit putih miliknya. Banyak hal yang Aldo pikirkan, itu membuat tubuh Aldo merasakan lelah yang sangat luar biasa.
"Tolong kuatkan hamba-Mu ini ya Allah" lirih Aldo pelan.
"Kak Aldo" Aldo menoleh, menatap Shanum yang kini tengaah berada tak jauh dari tubuhnya. Tidak seorang, terlihat Rendi yang ada di sampingnya.
Aldo membuang wajah, ia berniat pergi tanpa membalas ucapan Shanum, namun sayang wanita itu tiba-tibq saja berlari ke arahnya dan menghalangi langkahnya.
"Kak Al habis pulang kerja ya?, oh iya Kata Ibu kenapa Kak Al nggak pernah dateng lagi ke toko donat selama dua minggu ini?" tanya Shanum panjang lebar, ia tak mempedulikan lelaki yang sendari tadi menahan kesal, berada di sampingnya.
"Saya sudah mengundurkan diri, langsung kepada Bu Aila" jawab Aldo yang membuat Shanum tersenyum malu.
"Kabar Amayra baik kan Kak? Aku pernah cari alamat yang kakak kasih, tapi nggak ada. Kebetulan kakak disini, aku mau mastiin bisa jadi alamat yang kakak kasih ada kesalahan"
Shanum tak berhenti bicara, ia seolah-olah memang mengundur waktu Aldo untuk pulang. Mengingat hubungan mereka pun tak sedekat dulu, mungkin itu yang membuat Shanum merasa aneh. Dan sekarang dia mulai berusaha untuk membujuk Aldo kembali, mencoba berbincang kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adik Kakak Penuh Luka { SUDAH TERBIT }
Ficção Adolescente#Start = 21 Juni 2023 #Finish = 15 Juli 2023 Sudah Ending || Event menulis buku solo || Teori kata publishing Amayra dan Aldo adalah adik kakak yang di tinggalkan orang tuanya selama 10 tahun lebih. Mereka hidup berdua dengan segala keterbatasannya...