° 09. SERBA KEBETULAN °

85 28 5
                                    

Satu bulan telah berlalu dengan begitu cepat. Masa skorsing, masa sulit, masa membutuhkan uang, masa saling menguatkan, Aldo maupun Amayra bersyukur telah melewati berbagai macam tangisan di bulan lalu. Hari ini adalah hari dimana yang dinanti-nanti datang juga, pembelian semua peralatan untuk peran Amayra dalam drama sekolahnya, dan besok adalah hari yang sebenarnya.

Walaupun peran Amayra tak sepenting peran utama, Amayra tetap semangat. Juga dirinya sudah ikhlas perihal pergantian peran waktu itu, toh jika di pikir-pikir pun kalaupun menjadi peran utama ia harus lebih banyak mengeluarkan uang. Untuk biaya drama sekolahnya pun semua sudah selesai karena Aldo pada saat itu benar-benar bekerja keras saat mendapat surat penagihan.

Tidak hanya itu selama satu bulan belakangan ini pun Aldo dan Shanum semakin dekat. Si dingin perlahan-lahan bisa mencair oleh Shanum wanita cantik dan lembut ini. Tak jarang keduanya sering kali mengobrol hingga membuat Aldo selalu mengeluarkan tawa yang tidak pernah sekali terdengar oleh para mahasiswa.

Seperti mendapat sihir, Aldo perlahan-lahan membuka hatinya untuk Shanum, yang sebelumnya lelaki itu trauma jika harus dekat dengan wanita. Ia takut di sakiti oleh wanita, ia berpikir jika semua wanita itu seperti ibunya. Semenjak kedatangan Shanum dalam hidupnya dengan pelan-pelan Aldo dapat melunturkan argumen buruk mengenai wanita.

“Shanum” panggil Aldo pelan saat dirinya sudah berada di dekat wanita sang pemilik nama.

Shanum yang awalnya sedang berbincang dengan teman-temannya akhirnya berbalik lalu menerbitkan senyum kepada lelaki itu. Semua teman-teman Shanum yang melihat keduanya pun memutuskan untuk pergi meninggalkan kedua insan di parkiran kampus.

“Loh, sudah selesai rapat organisasinya Kak?” tanya Shanum heran.

“Belum. Aku izin duluan, ingat kamu” Shanum mengulum senyumnya senang. Ah Aldo ini bisa saja membuat dirinya merasa penting.

“Aku mau mengajakmu pergi memilih baju yang cocok” ucapnya yang lagi-lagi membuat kaget Shanum, dirinya kini tengah salah tingkah. Ada apa dengan Aldo hari ini, mengapa sangat manis.

“Untuk adikku” lanjutnya yang membuat senyum Shanum memudar, baru saja ia terbang oleh kalimat pertama harus patah karena kalimat kedua. Namun tak mengapa, hal ini pun mampu membuat dirinya cukup senang.

“Dengan senang hati, aku juga pengen ketemu adik kecil yang sering Kakak ceritakan” balasnya yang mendapat senyuman lebar dari Aldo.

Akhirnya keduanya bergegas pergi dengan kendaraannya masing-masing. Aldo dengan sepeda miliknya dan Shanun dengan motor miliknya. Terlihat Shanum lebih dulu yang pergi lalu di ikuti oleh Aldo dari arah belakang.

Sedangkan di balik pohon besar yang dekat dengan parkiran ada sesosok mata yang sendari tadi mengepalkan tangannya marah, wajahnya pun terlihat merah.

“Arghhh sialan lo gembel!” teriaknya frustasi.

°°°

Setelah hampir menempuh perjalanan selama lima belas menit akhirnya Aldo dan Shanum sampai di kontrakan milik lelaki itu. Shanum menatap setiap sudut kontrakan, sangat terlihat sederhana dan kecil. Bagaimana bisa Aldo dan adiknya tinggal di tempat seperti ini pikir Shanum yang lagi-lagi merasa iba.

Aldo menatap Shanum yang celingukan, ia hanya tersenyum. Aldo tahu apa yang di pikirkan gadis di sampingnya ini, namun Aldo tak banyak bicara ia hanya berjalan dan setiap langkahnya di ikuti oleh Shanum.

“Wajar saja rumah sewa ini sangat murah” ujar Aldo yang mendapat tolehan dari Shanum.

“Maaf Kak, aku nggak bermaksud untuk ...” Aldo terkekeh pelan mendengarnya, ia hanya membalas Shanum dengan anggukan kepala.

Adik Kakak Penuh Luka { SUDAH TERBIT }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang