° 08. SEILLA LICIK!°

92 27 8
                                    

Amayra menatap sekumpulan gadis yang kini tengah tertawa di kantin sekolah bersama teman-teman dekatnya. Matanya terlihat cerah karena kejahatannya berhasil ia menangkan, berbeda dengan Amayra ia menarik hembuskan napasnya kasar, matanya memanas menahan amarah. Ini memang tak bisa ia biarkan, Amayra harus memberi pelajaran pada Seilla.

“May mau kemana?” tanya Moca yang menahan pergelangan tangan milik Amayra.

“Aku mau nyamperin mereka Ca” balas Amayra dengan mata yang terus menatap Seilla dan teman-temannya.

“Jangan May, kalo kamu melawan mereka yang ada mereka semakin gencar untuk membuat kamu menderita” kata Moca yang tak dengarkan oleh Amayra.

“Nggak bisa gitu dong Ca! Mereka sudah keterlaluan apalagi Seilla, aku harus memberi pelajaran pada mereka. Aku juga manusia yang nggak bisa mereka semena-mena kan!” Moca menunduk mendengar kata-kata Amayra.

Seharusnya kemarin ia beri tahu Amayra jadwal latihan drama. Namun karena terlalu lupa, sahabatnya ini harus berganti peran karena datang terlambat. Ini pun termasuk keteledoran dirinya. Amayra yang tak mendengar balasan apapun dari Moca akhirnya berjalan meninggalkan Moca sendirian.

Saat dirinya sudah sampai di meja para gadis primadona sekolah ia tak segan-segan memukul meja yang dengan keras, dengan begitu semua gadis merasa kaget dan menoleh secara bersamaan pada Amayra.

“Kamu apa-apaan sih culun!” Linda emosi ia berdiri mencekal tangan Amayra erat.

“Kalian marah hanya karena pukulan meja?! Maka aku juga sudah seharusnya marah karena ide kalian untuk memberi informasi yang salah!” pekik Amayra menggebu-gebu.

“Kamu nggak terima hah?!, hey denger cewe miskin kaya kamu nggak seharusnya jadi peran utama dalam pentas drama SMPN Binagara” ucapan yang lontarkan Seilla benar-benar membuat amarahnya membeludak.

Moca yang menatap dari kejauhan sendari tadi akhirnya mendekat juga. Ia tidak mau hal tidak mengenakan terjadi pada sahabatnya.

“Lepasin!” bentak Amayra “Jangan mentang-mentang kalian orang kaya kalian bisa semena-mena sama aku! Lagian aku nggak ada masalah sama kalian, kalian yang selalu ngajak ribut terlebih dulu. Kenapa, apa kalian merasa iri denganku?” ucapan yang sudah mulai tak terkendali keluar pedas dari bibir Amayra.

Seilla mengepalkan tangannya kuat-kuat, ia segera berdiri dari duduknya dan mendekat ke arah Amayra. Dengan tiba-tiba tangannya menarik rambut Amayra yang di tutupi jilbab miliknya, Seilla melakukannya hingga sang pemilik tubuh mendongakkan kepalanya ke atas.

“Kamu bilang kami iri?! Kamu nggak sempurna Amayra. Nggak ada yang harus kami irikan kepadamu!” hati milik Amayra lagi-lagi tergores luka oleh kata-kata Seilla, ia mencoba untuk terbiasa dengan kata-kata itu namun selalu tak bisa. Rasanya sangat amat sulit.

“Bukankah kamu tak memiliki orang tua, rumah, dan juga uang yang banyak? Kenapa sikap kamu belagu seperti ini hah” kini giliran Linda yang menyerang.

Moca merasa panik ia akhirnya pergi dari sana untuk mencari bantuan. Bukan tak peduli, ia terlalu takut jika harus berhadapan dengan Seilla dan kawan-kawannya.

“Setidaknya aku tak memiliki hati keji seperti kalian!” ringis Amayra yang merasa kesakitan.

Amayra terdiam sejenak saat tubuhnya di dorong oleh Seilla, rasanya pinggangnya terasa remuk karena dengan sekaligus ia dorong kuat oleh tangan gadis yang berada di hadapannya. Amayra menoleh menatap Seilla, ia tak terima.

“Kamu pikir aku akan diam saja Seilla” geram Amayra yang sudah memposisikan kedua tangannya menarik rambut panjang milik gadis itu. Ia tarik ke kanan dan ke kiri agar ia dapat sensasi pusing yang luar biasa.

Adik Kakak Penuh Luka { SUDAH TERBIT }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang