Sudah satu minggu berlalu, namun kesedihan Amayra tak lekas lepas dari dirinya. Sudah satu minggu ini, ia juga tak pernah keluar dari kamar tamu milik keluarga Pak Fathur. Seakan-akan ia tak mau lagi menambah rasa luka pada hatinya, Amayra sungguh tak mau jika harus meninggalkan keluarga hangat ini. Setelah kehilangan jejak sang bunda, ia tak akan membiarkan dirinya dibawa jauh oleh Aldo dari orang-orang yang membuatnya nyaman.
Amayra pun tak pergi sekolah, entah kenapa belakangan ini ia hanya ingin mengeluh, ia hanya ingin sendiri, ia hanya ingin terus mengadu kepada sang pencipta bahwa dirinya sangat-sangat ingin punya keluarga. Amayra terlanjur malu kepada teman-temannya, mereka pasti sangat kecewa ketika Amayra tak datang kembali saat pentas drama. Dan penyebabnya adalah Aldo, Amayra marah. Ia sama sekali tak ingin berbicara dengan Kakaknya saat ini.
“May, tante bawain sayur sop untuk kamu. Untuk hari ini, May mau tetap makan di dalam apa sudah mau makan di luar?” Amayra segera bangkit dari tidurnya, dengan pelan ia membuka pintu seraya tersenyum simpul.
Amayra memalingkan wajah tat kala melihat Aldo yang kini tengah berdiri di samping Aila. Bukan tak mau melihat tapi ia sudah terlanjur kecewa pada kakaknya. Dua harapan yang waktu itu sempat di genggam, dan selangkah lagi bisa di gapai, dengan mudahnya semua di hancurkan oleh Aldo.
“Mau sampai kapan? Jangan bersikap seperti anak-anak! Kamu sudah dewasa, dan kamu harus ingat, kita sedang ada di rumah orang lain. Jangan seenaknya Amayra” Aldo berucap dingin, Aila diam saja saat mendengar remaja yang berada di sampingnya.
“May mau makan di dalam tante,” May menjawab ucapan Aila, ia sama sekali tak membalas ucapan sang Kakak.
Aila segera pergi membiarkan adik-kaka itu berbicara. Sudah satu memang Amayra mendiamkan Aldo, dan itu sungguh membuat Aldo gelisah.
“May nggak denger kata Kakak?” cegah Aldo saat menatap Amayra yang ingin kembali masuk pada kamarnya.
“Aku malas bertemu Kak Aldo yang egois! Kakak aku yang baik selalu mengerti apa yang aku mau. Nggak pernah melarang apapun yang aku mau. Kakak yang sekarang seperti orang lain, dia bukan laki-laki lembut yang selalu memuliakan wanita apalagi ibunya. Kakak yang ada di hadapanku sekarang sangat jahat dan suka membentak” ucap Amayra yang sepertinya menyindir Aldo. Aldo menunduk lesu, apa dia memang benar-benar sejahat itu?
“Suatu saat nanti, mungkin May akan mengerti kenapa kaka melakukan hal ini, May akan tahu jika hal ini, adalah hal terbaik untuk kita berdua”
Amayra tak ingin mendengarnya lagi. Pintunya ia tutup dengan sedikit keras, lagi-lagi hanya kata-kata terbaik yang kakaknya lontarkan. Hal terbaik yang Aldo maksud sama sekali tak Amayra rasakan. Hal terbaik yang Aldo maksud, adalag hal paling buruk bagi Amayra saat ini. Ya, saat ini.
°°°
Fathur menatap Aldo dan Shanum yang kini tengah duduk berdua di gazebo. Hatinya merasa tenang saat melihat mereka berdua, ia seperti melihat adik kakak yang bahagia. Namun ia juga tak lepas mencemaskan Amayra, gadis kecil periang itu, kini lebih banyak terdiam. Saat Aldo pergi bekerja, Fathur sering mendatangi Amayra di kamarnya. Tak banyak hal yang di bicirakan, hanya keadaan saja yang sering di tanyakan. Tak ada candaan yang terlontar, hanya ada tawa singkat penuh luka yang Amayra berikan akhir-akhir ini.
Semua itu mengganggu isi kepala Fathur, belakangan ini juga, ia sering mengalami pusing berat, selalu ada bayangan anak kecil dalam pikirannya. Sebentar saja ia melamun, isi kepalanya di penuhi dengan bayangan anak bayi dan bocah laki-laki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adik Kakak Penuh Luka { SUDAH TERBIT }
Teenfikce#Start = 21 Juni 2023 #Finish = 15 Juli 2023 Sudah Ending || Event menulis buku solo || Teori kata publishing Amayra dan Aldo adalah adik kakak yang di tinggalkan orang tuanya selama 10 tahun lebih. Mereka hidup berdua dengan segala keterbatasannya...