Aldo membereskan semua barang-barang miliknya. Waktu sudah menunjukan pukul sepeluh malam, ia harus segera pulang. Besok rencananya ia akan membawa Amayra ke kontrakan barunya, tidak enak jika harus tinggal di rumah orang lain.
"Cocok nggak bro, rumah sewa barunya?" Aldo menoleh menatap Galih yang baru saja datang. Ia menepuk pundak Aldo untuk memintanya duduk.
"Sip lah, besok gue pindah sama May kesana" ucap Aldo seraya tersenyum.
Galih yang menatap hanya diam saja, belum ingin cerita? Ah sepertinya dia yang harus memancing.
"Lagian lo ngapain pindah, udah enak-enak ngontrak disana" ucap Galih yang membuat Aldo diam, bingung harus menjawab apa.
Selama ini Aldo tak pernah menceritakan semua masalahnya pada siapapun, termasuk Galih. Tidak ada seorang pun yang tahu jika dirinya tengah tinggal di rumah Pak Fathur. Apalagi Aila sangat baik, ia menawarkan kerja sampingan donat di tokonya, dengan upah yang lumayan besar.
Sekarang Aldo harus mengumpulkan banyak uang, ia akan kembali hidup berdua dengan Amayra di kontrakan barunya, tentunya ia harus ada stok uang, untuk biaya listrik, stok makanan, air, dan juga uang kontrakan bulan ini, yang pasti akan diminta oleh sang pemilik rumah sewa barunya.
"Pengen pindah aja" jawab Aldo yang mendapat tawa renyah.
"Lo nggak mau cerita sama gue lagi, Al?" Aldo menoleh menatap Galih dengan dalam. Aldo yakin sahabatnya ini pasti sudah mengetahui sesuatu.
Aldo menghembuskan napasnya pelan, "Kontrakan kemarin di sewakan dengan harga tiga kali lipat oleh Bu Fela, beliau meminta kami untuk segera pergi pada saat itu, dan keadaannya malam. Saat di jalan, kami di pergoki oleh preman dan beruntungnya di bantu oleh seseorang, beliau namanya Fathur. Ayah dari adik tingkat di kampus"
Galih mengangguk-angguk paham, sebenarnya ia sudah tahu semuanya.
"Lanjut Al" titahnya semangat
"Akhirnya gue dan Amayra tinggal di rumah beliau, sampai saat ini "
"Ya pantes aja lo larang gue mulu kalo mau ke kontrakan. Asal lo yabu, gue kangen adik lo, Al" dengus Galih seolah-olah marah.
"Hahaha adik gue biasa aja tuh, nggak pernah kangen lo" ucap Aldo yang membuat Galih cemberut kesal.
"Sorry Lih, gue nggak bagi masalah ini ke lo. Gue nggak mau ngerepotin lo terus. Gimanapun hidup lo nggak selalu tentang Gue dan Amayra kan? Tapi makasih banyak atas semua bantuan lo selama ini"
Galih yang mendengar mengangguk haru, matanya berkaca-kaca. Ia hanya bisa mengangguk-angguk.
"Lih" lirih Aldo kembali, "Gue sama Amayra udah ketemu Bunda, beberapa hari lalu. Di pentas drama Amayra" Galih yang tak tahu menahu perihal ini membulatkan matanya lebar-lebar.
Rasanya ia sangat kaget. Galih tahu bahwa Amayra dan Aldo telah di tinggalkan orang tuanya selama sepuluh tahun lamanya, namun kini? Dengan tiba-tiba ibunya kembali.
Galih menatap langit-langit malam yang di penuhi bintang. Masalahnya dan Aldo sama-sama berat, mereka harus berjuang menerjang masalah semesta. Mereka hanya bisa saling menguatkan, walaupun sering kali mereka menyembunyikan masalah satu sama lain.
"Udah banyak masalah yang nggak lo ceritain Al. Tapi oke lah, dan, sekarang lo sama bunda lo gimana? Terus, kok dia bisa ada di pentas drama?"
Aldo menggeleng, "Gue nggak tahu, tapi dia udah punya suami, mungkin dia datang untuk menonton anaknya yang lain?" ucapnya seraya tersenyum getir.
"Lo udah bisa maafin dia?"
Aldo lagi-lagi menggeleng pelan, belum. Jujur, ia belum bisa memaafkan bundanya, terlepas dari kesalahan masa lalunya dulu. Terlalu sulit untuk di pulihkan, hatinya sudah sangat terlanjur sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adik Kakak Penuh Luka { SUDAH TERBIT }
Teen Fiction#Start = 21 Juni 2023 #Finish = 15 Juli 2023 Sudah Ending || Event menulis buku solo || Teori kata publishing Amayra dan Aldo adalah adik kakak yang di tinggalkan orang tuanya selama 10 tahun lebih. Mereka hidup berdua dengan segala keterbatasannya...