° 04. AMAYRA IRI °

116 27 10
                                    

"Amayra tolong perhatikan penjelasan saya!"

Suara dingin milik Pak Adam mampu membuyarkan lamunan Amayra. Semua orang yang berada di kelas pun kini menatap wajahnya, seperti memberi peringatan untuk fokus belajar. Amayra hanya tersenyum malu, ia hanya bisa mengangguk.

"Aku muak banget liat muka polos dia" bisik teman-temannya. Walaupun berbisik Amayra dapat mendengar jelas.

Amayra menghiraukan ucapan-ucapan yang sering ia dengar. Ini memang bukan kali pertamanya, namun sudah menjadi santapan sehari-hari bagi Amayra dan Amayra menyikapinya hanya dengan senyuman. Ia tak pernah ambil pusing ucapan buruk terhadapnya toh itu sama sekali tak menguntungkan untuknya.

Embusan resah terdengar dari bibir Amayra, sendari tadi ia memikirkan keadaan sang Kakak. Khawatir terjadi apa-apa pada Kakaknya--Aldo. Mengingat semalam sang kakak pulang dalam keadaan lemah juga kusut itu benar-benar membuat Amayra sedih. Wajah kakaknya pun memancarkan kesedihan.

Kemarin malam Kakaknya di antar oleh sahabatnya--Galih. Amayra sudah kenal dengan Galih, dan ia sangat mengakui bahwa Kak Galih adalah orang yang sangat baik. Kemarin pun Galih memberi tahu Amayra mengenai hal yang menimpa sang Kakak. Amayra pun merasa iba, sang Kakak saat ini pasti sedang kecewa. Uang yang seharusnya di pakai untuk biaya sang Kakak dan dirinya hilang sekejap. Dirampas orang yang tak punya hati. Amayra menyumpah serapahi orang yang telah menjambret uang Kakaknya, semoga dia lekas di beri pembalasan yang lebih buruk dari musibah yang sedang menimpanya.

Amayra saja merasa sesak tat kala mendengar uang jerih payah Kakaknya di jambret, apalagi sang Kakak. Amayra harus memikirkan bagaimana caranya membantu sang Kakak dalam mencari uang. Ia tidak bisa diam saja begini, ia harus ikut andil dalam mencari biaya kehidupannya.

"Kamu sedang memikirkan apa sih May" ucap Moca pelan, Amayra menoleh ke arah samping. Sebelum menjawab, ia melihat situasi terlebih dulu memastikan semua orang sedang fokus pada kegiatannya masing-masing.

"Aku harus mencari uang Oca, tapi aku bingung bagaimana caranya" bisik Amayra yang mendapat tatapan kaget dari Moca.

"Mau bekerja apa? Kita kan masih kecil. Eh kamu masih kecil" balas Moca berbisik juga.

"Iya itu masalahnya, itu yang aku bingungkan" balas Amayra

"Lagi pula untuk apa bekerja, itu kewajiban Kakakmu. Apa Kakakmu di pecat dari pekerjaannya?" tanya Moca yang mendapat gelengan cepat dari Amayra.

"Bukan, tapi uang gajinya di jambret kemarin. Dan kami tidak punya simpanan uang"

Moca membekap mulutnya dengan kedua tangan miliknya. Sama halnya dengan Amayra kemarin, Moca pun merasa kaget dan kasihan.

"Kamu serius? Kasihan sekali Kak Aldo" ucap Moca dengan wajah sedihnya.

"Mana ad--"

"Jika ingin mengobrol silahkan di luar. Kalian mengganggu konsentrasi kami dalam belajar!" cibir Ziyan seraya berdiri.

Amayra dan Moca menatap Ziyan secara bersamaan. Wajah lelaki itu terlihat sedang menahan amarah, ah sial hari ini Amayra pasti mendapat hukuman lagi.

"Keterlaluan ya kalian! Kalo tidak ingin mengikuti pembelajaran saya bilang, bukannya berbincang sampai membuat teman-teman kalian hilang konsentrasi" sambung Pak Adam yang sepertinya sudah sangat marah. Kedua orang di hakimi tak heran, Pak Adam ini memang guru tergalak di SMPN Binagara ini. Semua siswa pasti takut jika harus berhadapan dengan guru satu ini.

Amayra dan Moca hanya menunduk, tak ada sedikit pun keberanian untuk menatap Gurunya.

"Bersihkan lapangan sekolah, sekarang!"

Adik Kakak Penuh Luka { SUDAH TERBIT }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang