° 20. DI JODOHKAN °

91 27 2
                                    

Selamattt membacaaa!

°°°

“Duh Mama! Ngapain sih harus ada perjodohan segala. Lagian aku sudah punya pacar, Rian ma. Kami sudah merencanakan nikah sebelum mama dan Ayah memutuskan untuk menjodohkan aku!”

Mariyyah menatap sang ibu dengan tatapan sendu, napasnya naik turun saat mendengar kata perjodohan yang di lontarkan oleh ibunya. Dirinya sangat kecewa ketika mendengar ia akan nikah dengan orang asing, dan pernikahan ini akan berlangsung lima hari lagi.

Rinda—sang ibu Mariyyah mendekat, tangannya mencekal pundak sang gadis semata wayangnya dengan penuh harap. Seolah-olah sang ibu tak ingin dengar keluhan sang anak, ia hanya ingin Mariyyah menurutinya.

“Mungkin ini permintaan mama dan papa yang terakhir, tolong kamu penuhi permintaan kami ya? Lagian kamu harus ingat, papa Abian sudah membantu keluarga kita dalam menghadapi kebangkrutan, dan mama yakin, kamu pasti bahagia hidup bersama Abian” bujuk Rinda dengan nada sedikit menekan di akhir kalimatnya.

Mariyyah memalingkan wajah, mana mungkin ia mengorbankan cintanya hanya demi permintaan mama dan papanya. Mariyyah pikir, balas budi tak harus dengan cara mengorbankan dirinya bahkan mengorbankan kebahagiaanya. Semua bisa di balas dengan kebaikan pula nantinya, mengapa harus Mariyyah yang harus menjadi korban.

“Aku nggak akan pernah setuju sama perjodohan ini! Aku dan Rian akan segera pergi dari sini. Aku nggak bisa menikah dengan laki-laki yang bernama Abian itu!” sergah Mariyyah menggebu-gebu.

“Kembalikan harta papa selama dua puluh tahun ini jika kamu menolak untuk menikah dengan Abian!” Kelakar seseorang yang kini tepat ada di belakang keduanya.

°°°

“Aku ngga bisa nikah sama dia sayang. Ayo, ayo bawa aku kabur dari sini! ” ucap Mariyyah dengan nada panik. Wajahnya tak berhenti menoleh ke kiri dan ke kanan untuk memastikan tidak ada orang yang mencegahnya.

Rian menatap kekasihnya dengan tatapan tak bisa di artikan. Sebenarnya Rian tahu, Mariyyah akan di jodohkan dengan sahabatnya--Abian. Namun ia diam tak pernah berbicara, ia bingung harus bagaimana. Ia bingung, selama ini orang tua Abian lah yang telah mengurus dirinya setelah kedua orang tuanya meninggal saat Rian berumur tiga belas tahun.

Hampir sembilan tahun lebih dirinya bergantung pada Abian dan keluarganya. Mariyyah tak pernah tahu menahu perihal semua ini, karena dirinya tak pernah sedikitpun cerita bahwa ia hanyalah seorang anak yatim piatu yang hidup sebatang kara, di kontrakan kecil milik keluarga Abian. Yang Mariyyah tahu, Rian adalah seorang anak cemara yang memiliki keluarga.

“Mar, aku ingin kamu tahu” Mariyyah menoleh, saat dalam keadaan genting begini sang kekasih ingin berbicara padanya.

“Dengarkan aku” lanjutnya, Mariyyah akhirnya setuju. “Aku bukanlah seorang anak sempurna, yang memiliki keluarga dan orang tua. Aku adalah anak yatim piatu yang bergantung hidupnya kepada keluarga Pratama ... Ayah dari laki-laki yang akan menikahimu” 

Bagaikan terjatuh pada sungai yang paling dalam. Mariyyah sangat tercengang atas lontaran kata demi kata yang Rian katakan, wajahnya memerah menahan amarah. Tangannya terkepal, wanita mana yang tak akan marah jika tahu kekasihnya sendiri bohong kepadanya. Mariyyah menunduk menahan tangis, kini ia tak bisa menolak lagi. Dari gelagat Rian, ia sudah menyuruh dirinya untuk menyerah, mengorbankan cintanya dan menguburkan mimpinya untuk hidup bersama hingga tua.

Mariyyah tak tahu harus kepada siapa lagi ia meminta bantuan.

“Menikahlah dengan Abian, dia baik. Kamu akan bahagia dengannya” Mariyyah mendongakkan kepalanya, ia mendekat menatap mata Rian dengan dekat.

Adik Kakak Penuh Luka { SUDAH TERBIT }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang