° 10. HARUS KEMANA?°

77 26 0
                                    

"Semua data saya dapatkan dari anak buah saya, semua terjamin aktual. Anak bernama Amayra memang lah benar anak logis dari istri anda, dari akta dan kartu keluarganya tertera nama Mariyyah Taliyah sebagai ibu kandung atas nama Amayra dan Aldo" ucapan itu membuat seseorang mengepalkan tangannya kuat-kuat.

"Satu informasi lagi, ini sangat penting. Mereka hanya tinggal berdua, di sebuah kontrakan kecil yang ada di jalan Pahlawan"

Wajahnya terlihat memerah, ia memutuskan panggilannya dengan sepihak. Tanpa mengucapkan satu patah pun ia melemparkan ponsel miliknya secara asal. Tidak, tidak, ia tak akan membiarkan mereka bisa masuk pada kehidupan istrinya. Ia tak ingin ada orang lain yang masuk di antara keluarga bahagianya sekarang, yang harus ia lakukan adalah segera menyingkirkan mereka.

"Tidak akan ku biarkan, tunggu tangan ini bertindak" ucapnya seraya tersenyum sungging.

°°°

"Duh stres nih lama-lama" ucap Aldo seraya menatap atap kontrakan miliknya.

Sendari tadi Aldo tak bisa tidur, kepalanya terus saja membayangkan wajah Pak Fathur yang nyaris menjiplak setiap wajah ayahnya. Hanya saja pak Fathur berkumis dan berjenggot, namun setiap rinci wajahnya memang sangatlah mirip, entah itu hidung, mata, bibir, halis, semua sama.

Aldo sangat berharap bahwa hal yang ia pikirkan tak selaras dengan kenyataan. Semoga Pak Fathur memanglah Fathur Arsino Bara, bukan Abian Tojali Putra.

Tubuhnya guling-guling ke kanan dan kiri. Mencoba memenjamkan mata namun nihil, tetap tak bisa. Aldo segera bangkit dari tidurnya ia meneguk air yang setiap malam ia sediakan, mungkin dengan belajar ia akan mengundang rasa kantuk. Saat tengah berjalan untuk mengambil laptop miliknya terdengar suara ketukan pintu yang terdengar dari pintu miliknya.

Aldo beranjak untuk membuka pintu, ia merasa kaget ternyata yang datang adalah pemilik kontrakan.

"Maaf ganggu kamu, Aldo" ucapnya dengan sedikit ketus.

"Nggak apa-apa Buk, ada apa ya?" tanya Aldo dengan sopan. Sebab biasanya sang pemilik kontrakan tidak datang di malam-malam begini, kecuali pada saat ia menagih uang kontrakan pada waktu menunggak tiga bulan lalu.

"Saya mau ngasih tau, kalo rumah ini sudah saya sewakan pada orang lain. Dengan harga tiga kali lipat dari uang perbulan yang semestinya, dan pemilik kontrakan ini meminta supaya rumah ini di kosongkan malam ini juga" ucapnya yang membuat mata Aldo membelak.

Malam ini juga? Jadi Aldo dan Amayra harus angkat kaki dari rumah ini sekarang?

"Harus malam ini, Buk?" tanya Aldo dengan sedikit lemah.

"Iya sekarang juga, kamu cepat bereskan barang-barang kamu. Saya tidak akan menyia-nyiakan orang yang lebih menguntungkan dari kamu kan? Dan ini uang sewa kamu bulan ini, saya kembalikan" Aldo menerima sisa uang sewa bulan ini. Aldo menoleh ke arah sang pemilik kontrakan, mana mungkin dirinya dan Amayra pergi larut malam begini.

"Bu, apa nggak bisa jika saya perginya besok pagi saja?, Beri waktu pada saya untuk mencari kontrakan baru malam ini" Aldo mencoba untuk membujuk, setidaknya ia punya waktu untuk mencari kontrakan yang baru. Jika harus harus sekarang ia dan Amayra harus tidur dimana?

"Nggak bisa! Saya mohon kamu mengerti Aldo. Saya kasih waktu setengah jam untuk membereskan semua barang kamu dan adikmu!" katanya dengan tegas.

Aldo diam untuk beberapa saat, ia tidak bisa apa-apa sekarang. Aldo menghembuskan napasnya kasar, ia pasrah dan mengangguk setuju.

"Terimakasih Buk, saya permisi" ucap Aldo kembali ke dalam.

Aldo berjalan ke arah kamar milik adiknya dengan perlahan ia membangunkan Amayra. Sang adik membuka matanya cepat.

Adik Kakak Penuh Luka { SUDAH TERBIT }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang