° 22. FATHUR JATUH °

72 15 0
                                    

“Maaf Kak, kelas siang ini Kak Aldo masuk nggak ya?” Shanum menatap Midzal yang baru saja keluar dari kelas siang ini. Midzal yang beberapa hari ini sering di teror oleh Shanum hanya mendengus kesal. Beberapa hari ini Shanum selalu bertanya perihal Aldo, padahal Midzal sama sekali tak dekat dengan Aldo.

“Nggak, dia nggak masuk selama seminggu ini” Shanum meruntuhkan pundaknya, pantas saja sendari tadi ia menunggu Aldo namun tak kunjung keluar, ternyata Aldo memang tak masuk kuliah lagi.

Shanum hanya mengangguk, sebelum pergi ia mengucapkan kata terimakasih kepada Kakak tingkatnya itu. Ia lalu pergi dan berjalan ke arah motornya. Shanum menatap langit yang biru, di penuhi dengan awan putih yang menggulung bersama, Shanum tersenyum tipis harus dengan cara apa lagi ia mencari Aldo.

Saat mengetahui Aldo dan Amayra adalah anak kandung dari Ayah sambungnya, membuat Shanum sedikit terkejut. Pasalnya anak yang ternyata ia dan Aila cari selama ini adalah Amayra dan Aldo. Yang membuat Shanum merasa sesak adalah, kenapa harus Aldo, cinta pertama bagi Shanum yang menjadi anak ayah sambungnya.

Shanum duduk di atas motornya, tujuan mana lagi yang harus ia tempuh. Selama semunggu ini, keluarganya dengan gencar mencari keberadaan adik kakak itu. Awalnya Shanum pikir akan mudah menemukan mereka, namun ternyata sangatlah susah. Apalagi Aldo seperti menghilang di telan bumi, tak ada jejak yang ia tinggal. Shanum rasa, Aldo sengaja menjauh dari keluarga Fathur.

Mulai dari alamat yang Aldo kasih adalah alamat salah, nomor ponselnya yang tak bisa di hubungi. Shanum, Aila, bahkan nomor toko mencoba menghubungi laki-laki itu, namun nihil, selalu tak terhubung. Tak masuk kuliah selama satu minggu ini, itu semua seperti hal yang sudah di rancang oleh Aldo.

Suara deringan ponselnya membuyarkan lamunannya. Shanum segera merogoh dan mengangkat panggilan dari ibunya.

“Waalaikumsalam Bu, kenapa?” Shanum bertanya seraya mengeluarkan kunci motor yang ada di tas miliknya.

“Segera pergi ke rumah sakit, Ayah jatuh dari tangga” ucap Aila di seberang sana, Shanum yang mendengar tiba-tiba panik.

“Kok bisa bu? Ya sudah tunggu Shanum, secepatnya. Di rumah sakit Mahardika kan Bu?” tanya Shanum memastikan, Aila berdehem pelan.

Shanum segera mematikan panggilan, fokusnya lalu beralih untuk menyalakan motor miliknya. Namun saat ingin pergi, ada seseorang yang menahannya.

“Mau kemana Sa?” tanya Rendi yang terlihat sudah memakai helm.

“Ke rumah sakit” jawab Shanum seraya memundurkan motornya, ia tak melirik sedikit pun ke arah Rendi.

Rendi mengerut heran, siapa yang akan Shanum jenguk di rumah sakit. Apa mungkin Aldo, si cowok gembel itu? Kini Shanum sangat terlihat panik. Bisa jadi saja dugaan Rendi benar, akhirnya tanpa bertanya lagi, dirinya berlari ke arah motor dan bersiap untuk mengikuti Shanum.

Shanum yang panik tak sadar jika Rendi tengah mengikutinya, ia hanya memikirkan keadaan sang ayah. Shanum harap, semua baik-baik saja. Setelah hampir 20 menit menempuh perjalanan, Shanum segera berlari dari arah parkiran. Ia menelusuri rumah sakit dengan tergesa-gesa.

Saat sudah berada di depan ruangan milik Fathur, ia akhirnya membuka pintu dengan pelan. Menatap laki-laki yang kini tengah berbaring dengan lemah, dan juga wanita yang setia memposisikan tubuhnya duduk di hadapan sang Ayah. Dengan tangan memegang erat lengan milik Fathur.

“Assalamualaikum, Gimana keadaan Ayah, Bu?” Aila menoleh

“Waalaikumusalam, Alhamdulillah baikkan. Tapi kaki ayah nggak bisa di gerakin lagi” jawab Aila seraya menunduk lesu. Shanum yang mengerti perasaan Aila akhirnya mendekat, mengusap punggung pelan milik Ibunya.

Adik Kakak Penuh Luka { SUDAH TERBIT }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang