Chapter 1

5.4K 621 862
                                    

⚠️TYPOS⚠️


Disclaimer⚠️ untuk visualisasi karakter, aku bebaskan kepada para pembaca.

⚠️warning keras•dont like dont read⚠️

Pria itu sedang diburu waktu.

Setelah lupa bahwa hari ini ada acara penting di rumah kerabatnya.

Dia menelan sober up untuk menyadarkannya dari pengaruh sisa alkohol semalam.

Itu pukul tiga sore ketika dia melirik jam tangan, dan karena terlalu fokus memperhitungkan waktu, dia tidak tahu lampu merah baru saja menyala.

"Shit!"

Kecelakaan kecil. Seri zx25r itu terpental.

Pria itu bergulingan di jalan, rasa ngilu di sekujur tubuh itu tidak sebanding dengan perasaan paniknya karena jika tidak salah dia baru saja manabrak seseorang.

"Maliq?! Masih di mana?" Seseorang bersuara di seberang sana tepat setelah Maliq menggeser tombol hijau di ponselnya yang retak.

"Di jalan. Tunggu. Bentar lagi sampe."

"Ini bentar lagi acara inti! Kan yang paling luwes gerakan tariannya ente!"

"Sepuluh menit." Maliq mematikan sambungan telfon.

Dia bergegas menghampiri korban yang ternyata seorang wanita.

"Hey... sorry, sorry...!"

Pria itu berlutut dan mengangkat tangan saat beberapa orang menatapnya penuh tuduhan. "Saya tanggung jawab—"

Maliq melotot kecil melihat ada darah di gamis wanita itu. Lalu dia sadar, kaki wanita itu terluka.

"Ukhti, saya anter ke rumah sakit ayo!"

Wanita itu beringsut, di balik cadarnya mati-matian menghindari tatapan Maliq.

"Saya enggak apa-apa."

Maliq menyentakkan kepala lalu membuka baju dan membalut kaki wanita itu dengan kaosnya. Itu opsi tercepat untul menghentikan darahnya.

"Aza! Astaghfirullah! Kamu enggak apa-apa?!"

Yang ditanya oleh sepupunya mengangguk dan menjawab dengan bahasa Arab.

"Aku ngelamun. Akhi enggak salah, jadi enggak apa-apa."

Aza dibantu berdiri oleh sepupunya.

"B-beneran enggak apa-apa?"

Azalia dan sepupunya memalingkan wajah karena Maliq hanya menyisakan jaket kulit dan tidak memakai atasan lagi.

"Mbak mending dibawa ke rumah sakit aja, itu kakinya luka loh." Orang-orang memberi saran.

Azalia menggeleng. "Saya tadi ngelamun enggak liat jalan. Sya, kita pulang sekarang."

"Tapi... mending ke rumah sakit ayo." Maliq memaksa.

"Syukron." Ucap Azalia sebelum kemudi berlalu dan kebetulan taksi online nya sudah datang.

30:21Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang