Chapter 7

1.8K 518 813
                                    

⚠️TYPOS⚠️


Itu pukul satu malam.

Dan Maliq masih meracau dalam lelapnya.

"Sus... periksain, sus! Saya aja deh... Oh, kok Aza enggak mau diperiksain sama Om Ayik? Sini sama Om diperiksain—"

Maliq kemudian tersentak hebat setelah Baba melelparnya dengan bantal.

Pria itu mengerjap berulang kali dan menatap Baba yang berpangku tangan di ambanh pintu.

Baba hendak tahajud, namun dari liar mendengar racauan Maliq yang tak jelas.

"Makanya bismillah dulu kalau mau tidur!"

Maliq menyentakkan kepala dan kembali merebahkan tubuh, menatap langit-langit kamar dengan mata mengantuk.

"Malah lanjut tidur, ayo tahajud dulu!"

"Bismika Allahumma Ahya..."

Baba menggeram seperti singa.

"Lima menit lagi Ba..."

"Awas ya kalau enggak bangun!"

"Hn."

Tapi kelopak kata Maliq kembali terpejam. "Ba..."

Baba akhirnya memilih sholat tajahud di kamar Maliq. "Apa?"

"Baru lulus S1 itu kehitung bocil kan? Usianya..."

"S1 ya sekitar dua puluhan, usia keponakan kamu lah."

"Buset, pantesan."

"Pantesan apa?"

Maliq tidak menyahut dan membiarkan Baba sholat.

"Bocil banget."

Maliq berasa tua saat mencoba menghitunh perbedaan usianya dengan Azalia. "Kalau bocil usianya 20, gue 31. Heh beda 11, pantesan dalem mimpi gue manggil Om."

Maliq melewatkan satu hal. Kenapa dia memimpikan Azalia dan ngebet gantiin sister yang memeriksanya di IGD?

"Kok gue tua ya? Tapi hidup masih gini-gini aja, mulai invest apa ni biar kaya raya...? Masa invest coklat koin..."

Maliq memaksakan diri untuk bangun dan menungging cukup lama karena masih digoda setan untuk kembali tidur.

Kemudian dia terpekik saat pantatnya dipukul raket bulu tangkis oleh Baba yang sudah selesai sholat.

"Baba! Nanti kalau pantat Ayik meletus gimana? Tepos dong!"

"Buruan wudhu!"

Maliq merengut sambil mengelus pantatnya yang sakit.

"Baba masih ngambek ya sama Ayik karena enggak ngajar!"

"Ngambek mulu kayak pacar."

"Baba pukul lagi ni ya!"

30:21Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang