Chapter 19

3.2K 465 393
                                    

⚠️TYPOS⚠️


Sejauh yang Azalia dengar, Maliq mengatakan bahwa Aza boleh menyerukan rules yang mereka sepakati di awal.

Tapi tidak, kata-kata itu terdengar samar karena Azalia sibuk menggugu sebuah sensasi.

Di ceruk leher sang suami wajahnya tenggelam, suaranya teredam, kadang timbul dengan parau ketika tempo yang diberi berantakan.

Seperti Maliq sendiri kesulitan mengontrol dirinya.

"Aza oke?" Pria itu bertanya setelah menyempatkan diri berhenti.

Sungguh. Azalia tidak mengenali pria buas itu. Sisi lain dari seorang Maliq yang membuatnya tercengang.

"Sayang? Kamu oke?"

Azalia menatap sekujur tubuh suaminya, baru pertama kali mendedikasikan diri menyapukan atensi pada keseluruhan tato di tubuhnya yang bongsor berlebihan.

"Haura?" Maliq membelai wajahnya, menyadarkan Azalianya yang kini tak berdaya.

"Mau istirahat dulu?"

"A-aza boleh istirahat?"

"Boleh, sayang."

Karena tidak mau mengulang tangis Azalia, Maliq tidak menarik diri, sebaliknya membiarkan kesayangannya itu terkulai di atas tubuhnya.

Maliq memeluknya sayang, mengabsen setiap inci kulit punggungnya yang halus, tak lupa menghadiahi kecupan di dahi.

"Aza nyaman? Kalau kurang nyaman boleh ditarik dulu..."

"Sakit enggak?" Aza waswas.

Sepertinya sakit, pikir Maliq.

"Saya pelan-pelan."

Aza mempercayai suaminya, dia kemudian mengangguk dan meringis hebat saat pria itu menarik diri.

Ah, noda sucinya tersebar di sprei tempat mereka bercampur.

"Mau ke mana? Jangan tinggalin Aza..." Aza mengeluh melihat suaminya memakai celana dan hendak keluar.

"Ke dapur sebentar..."  Maliq menyahut sebelum mencium pipi istrinya.

"Jangan lama-lama."

"Enggak lama..."

Ucapan Maliq terbukti, dia kembali membawa nampan berisi susu hangat dan air putih. "Boleh yang mana aja dulu..."

Dia senantiasa menggugu tingkah manja istrinya di pelukan.

"Lemes?" Maliq bertanya dan Aza menggeleng kecil.

"Enggak, Aza butuh nafas dulu."

"Boleh, sayang..."

Maliq mengatur suhu air conditioner lalu meneliti jemari Azalia yang lentik dan cantik.

"Nafas Aza udah oke..."

"Udah enakan?"

Azalia mengangguk dan kini menengadah dan menatap Maliq, tentu saja membaca dengan jelas kabut gairah yang masih terpancar di kedua mata suaminya.

30:21Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang