Chapter 10

2.3K 523 692
                                    

⚠️TYPOS⚠️


Hamza setia duduk sambil menunggu Maliq yang mengeluh tidak bisa tidur karena disarankan beristirahat.

Kondisi Maliq bisa dibilang memburuk dan tensinya kembali naik.

Dia bahkan sempat mengeluh nyeri dada dan sesak nafas.

"Istighfar, Yik..."

Maliq mengucap sebanyak yang ia bisa sambil mengabsen tasbih.

"Tasbihnya bagus, Yik." Hamza memecah keheningan. Ia tidak berbohong, tasbih punya Maliq benar-benar menyita perhatian.

"Tasbih dari jaman kuliah."

"Udah lama berarti?"

"Hn."

"Sayyid masih simpen tasbih dari kaman kuliah?"

Maliq bereaksi kecil. "Kenapa?" Dia terkekeh lemah. "Yahh, luaran gue emang urakan sih."

Maksudnya, siapapun juga tidak akan percaya kalau Maliq masih ingat dengan tasbihnya, dan masih suka mengabsennya di beberapa kesempatan.

"Anu... afwan, Hamza enggak gitu."

"Kalem. Za, lo enggak pulang?"

"Kalau Hamza pulang nanti Sayyid sama siapa?"

"Gue bukan anak kecil, Za. Sendirian juga berani."

"Masa sih? Kok Hamza enggak betah ya sendirian?"

"Yeu, pantesan ngintil sana-sini."

Hamza meringis sebagai reaksi.

"Lo... beneran mau kerja sama gue?"

Hamza mengangguk-anggukan kepala.

"Tapi gue enggak bakal manjain lo kayak Sayyid Richard, kudu lo inget, kesabaran gue setipis tisu."

"Baik, Yik. Hamza udah siap mental."

Duh, itu terdengar seperti Maliq adalah sosok yang bisa membuat anak orang sawan.

"Oh iya... Hamza mau tanya, soalnya kepo daritadi."

"Apa?"

"Sayyid kenal sama Syarifah Azalia?"

Satu nama yang keluar dari mulut Hamza kembali membuat Maliq bereaksi tidak biasa.

"Hn. Kenal." Sahut Maliq singkat. "Kenapa?"

"Enggak apa-apa... Hamza juga kenal, soalnya waktu itu Ifah mau dijodohin sama Sayyid Richard."

Maliq tahu sedikit ceritanya.

"Terus Hamza denger Ifah nikah sama Sayyid Fahd."

"Udah cerai."

"Iya, Hamza juga denger."

"Kenapa ngeliatin gue kayak gitu?" Maliq gemas dengan raut wajah kepo Hamza.

30:21Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang