Chapter 13

2.3K 529 903
                                    

⚠️TYPOS⚠️


Azalia bangun dari sujudnya,  hendak memanjatkan doa namun lagi-lagi tidak bisa menahan senyum yang merekah di bibir.

Kembali, dia meminta ampun kepada Sang Pencipta, karena kehilangan fokusnya dalam beribadah.

"Maafin Aza, Yaa Allah..."

Itu karena Azalia begitu bahagia sejak tadi malam.

Itu bukan mimpi, tentu saja. Dia mendengar sendiri apa yang Maliq katakan di hadapan semua orang.

Maliq mau nikahin Azalia

Kalimat bersifat mutlak itu kembali membuat Aza tak karuan, dia menutup wajahnya yang memerah malu lalu tercekat kecil setelah mendengar seseorang menyalakan speaker mesjid di dekat rumah.

Oh, itu pukul tiga pagi. Tentu saja.

Jantung Aza berdegup kencang, padahal baru suara nafasnya saja yang terdengar.

Bismillah pembuka surah yang dibaca dengan mengalun lembut.

Aza semakin tidak karuan mendengar suara calon suaminya, jika ada yang bisa mengalahkan lembutnya kapas atau sekumpulan awan di langit musim panas, maka itu adalah suara Maliq saat melantunkan ayat suci.

"Allah..." Aza menjawab pelan setiap kali Maliq memberi jeda.

"Haachii!!!"

Suara bersin di tengah-tengah bacaan surah itu membuat Aza kaget.

"Kan Hamza udah bilang Sayyid masuk anginnya berlanjut."

Mereka pikir bisik-bisik di depan mic mesjid ada gunanya?

Atau mereka lupa mematikan micnya?

Kini suara keduanya terdengar ke seluruh penjuru komplek.

"Bodrex lebih bagus, Yik."

Aza mendengarkan mereka dengan seksama, menahan tawa tapi juga merasa cemas dengan kondisi Maliq. Apakah dia sakit?

"Ini anginnya kalau dikumpulin bisa jadi puting beliung." Celetuk Maliq setelah bersendawa beberapa kali.

Mereka terkekeh, belum sadar micnya masih menyala.

"Ini angin sama bahayanya kayak Aza sih."

"Emang kenapa Yik?"

"Angin nganginin, Aza ngangenin."

"Kiw kiw cukurukuk!"

Azalia bersemu dan menutup wajahnya yang memerah.

"Tapi Za, kalau disuruh milih. Gue enggak mau dah masuk angin, mending masuk surga."

"Hamza juga mau!"

Kekehan renyah Maliq begitu menggelitik telinga Aza.

"Tapi Hamza mending masuk angin, daripada masuk penjara."

30:21Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang