Chapter 3

1.9K 525 490
                                    

⚠️TYPOS⚠️


Untungnya kondisi Baba membaik dan dokter membolehkannya pulang hari itu juga.

"Baba kan udah enggak apa-apa. Turunin. Nanti Ayik capek." Kata Baba pada Maliq yang kembali menggedongnya di punggung saat hendak membawanya keluar dari IGD.

Maliq menggeleng kecil dan tetap menggendong Baba di punggungnya.

Karena keputusan Maliq tidak dapat diganggu gugat, Baba menyerah dan membiarkannya menggendongnya.

Baba tidak malu menjadi tontonan setiap pasang mata. Justru dia bangga dan raut wajahnya mengatakan bahwa yang menggendongnya saat ini adalah putra kesayangannya, sosok yang mungkin orang lain anggap nakal dan urakan namun punya kasih sayang yang begitu luas kepada Baba, juga kepada orang-orang.

Maliq menurunkan Baba dan memakaikan helm.

"Baba bisa naek sendiri."

Si protektif itu terkadang bikin Baba kewalahan, hanya naik motor saja Baba masih sanggup bukan?

"Hati-hati. Kakinya."

Maliq berlutut dan menepuki debu di sendal dan celana Baba terlebih dahulu.

"Beneran udah oke kan idungnya? Enggak sakit lagi?"

"Iya. Ayo pulang, Baba belum kelar nyiram tanaman."

Maliq mengangguk. "Pegangan sama Ayik:"

Baba memeluk pinggang Ayik dengan lucu saat putranya itu mulai menyalakan motor dan meninggalkan halaman rumah sakit.

"Baba kepengen pup!"

"Apa Ba?"

"Kepengen pup!"

Maliq menghentikan motornya di spbu dan hendak mengantar Baba ke toilet.

"Baba bisa sendiri. Ayik tunggu di sini."

"Hati-hati lantainya licin."

"Iya."

"Siram Ba, jangan dikubur di tanah."

Baba menggebuknya hingga dia mengaduh kecil.

Maliq terkekeh sesudah mencium tangan Baba, hal yang kerap dia lakukan jika merasa bercandanya sudah kelewatan.

"Ayik nunggu di depan toilet, kalau ada apa-apa kasih tanda."

Dan beberapa menit kemudian Ayik mendengar Baba memberi tanda di dalam toilet.

"Kenapa Ba?"

"Tangan Baba enggak sampe." Kata pria tua itu dari dalamz

Karena tubuh Baba gempal dan lucu, dan modelan kloset spbu itu jongkok.

"Kloset jongkok."

Maliq melepas jaket kulitnya lalu mengetuk pintu.

"Babanya jongkok pegangan sama Ayik."

Baba mengangguk patuh.

30:21Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang