Chapter 11

2.6K 498 562
                                    

⚠️TYPOS⚠️


"Aza cuma mau tau aja... kenapa enggak boleh?"

Pertanyaan berulang itu membuat Maliq kehilangan fokusnya selama mengemudi. Untung saja dia tidak oleng dan mengantarkan Azalia sampai rumah dengan selamat.

"Gini, Aza..."

"Hu'um???"

Maliq memasang wajah berpikir sebelum bertanya. "Gini... kenapa opsi 'nikah' sama saya ada di dalam pikiran kamu?"

Aza terdiam. Benar juga, pikirnya.

Kenapa opsi menikah dengan Sayyid Maliq ada di dalam benaknya?

"Enggak bisa jawab kan?" Sudah Maliq duga.

Ya. Maliq tepat sasaran.

"Soal tanggung jawab yang saya bicarain, itu sepenuhnya salah paham."

"Iya Aza ngerti kok. Aza cuma tanya aja kenapa kita enggak boleh nikah? Semisal Allah takdirin kita berjodoh gimana?"

"Kek mana ya aku jawabnya." Ucap Maliq bernada. Mulai frustrasi.

Aza benar-benar serius dengan pertanyaannya sehingga dia enggan turun dari mobil sebelum mendapatkan jawaban.

"Enggak bolehnya ya... Aza kan masih muda banget, masih bisa nempuh pendidikan yang lebih tinggi, wujudin cita-cita—cita-cita Aza apa?"

"Jadi istri soleha dan luar biasa seperti Khadijah binti Khuwailid."

"Wah mulia sekali." Maliq bertepuk tangan.

Aza ikut bertepuk tangan untuk dirinya sendiri, seperti anak kecil di tengah pesta ulang tahun yang meriah.

"Duh...." Maliq kehabisan kata-kata, "yang lain. Cita-citanya... jadi dokter, atau polwan? Atau Aza mau jadi caleg?"

"Oh cita-cita yang itu..."

"Lah banyak juga kategorinya..." gumam Maliq.

"Hmm Aza kepengen jadi pilot helikopter."

Wajah Maliq berubah dipenuhi ringisan, jawaban Azalia juga membuatnya menyerah. "Kenapa?"

"Kayaknya seru ngendarain capung raksasa."

"Gue salah nanya kayaknya..." gumam Maliq.

"Kalau Sayyid? Cita-citanya sejak kecil kepengen jadi apa?"

Ketika hendak menjawab pertanyaan Azalia, seseorang telah lebih dulu mengetuk pintu mobil Maliq.

Itu adalah Fahd.

Sedang apa dia di sana?

"Aza... maafin Fahd! Fahd mohon kasih kesempatan."

Maliq refleks berdiri di hadapan Azalia dan menghadang Fahd.

Tatapan galaknya Maliq pada Fahd melahirkan banyak asumsi.

"Ana mau ngomong sama Azalia."

"Ngomong apa? Nanti ana sampein."

30:21Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang