Chapter 15

1.9K 490 487
                                    

⚠️TYPOS⚠️


Ketika menyadari itu adalah pagi yang begitu berbeda, Azalia tidak bisa menahan rona di wajahnya.

Itu pukul tiga tatkala Aza mengerjapkan mata dan mendapati dirinya berada dalam sebuah dekap, cukup membuat detak jantungnya menggila.

Apalagi ketika sedikit menengadah dan mendapati wajah tertidur suaminya, sungguh tampan.

"Sayyid..." Aza mengelus lengannya pelan.

Maliq tidak bereaksi dan setia memejamkan mata.

"Yaa Zauji..." Aza kembali memanggilnya dengan suara lembut mendayu.

Sudut bibir Maliq terangkat mendengar panggilan itu.

"ih udah bangun..." Aza merengek manja karena merasa dikerjai.

Maliq membuka mata lalu tersenyum. "Masya Allah..."

Karena yang pertama dia lihat saat matanya terjaga adalah sosok cantik luar biasa yang masih membuatnya tidak percaya, bahwa nama mereka tertulis di Lauhul Mahfudz.

"Masya Allah..." Aza ikut mengucap mendapati wajah ganteng itu.

Kemudian Aza merasakan usakan kecil di kepala, tangan Maliq yang terangkat membuatnya salah fokus pada tatonya.

Aza menghentikan gerak Maliq lalu meneliti tato itu dengan seksama. "Sakit enggak ditato?"

"Sakit."

"Kalau sakit kenapa ditato?"

Maliq ikut menatap tatonya dengan seksama. "Kepengen aja...?"

Azalia fokus meneliti tato-tato itu dengan serius. "Banyak ya tatonya..."

"Banyak." Maliq menengadah dan memperlihatkan tato di kedua sisi lehernya.

Azalia menyentuh tato itu dan mengerjap berulang.

"Selain di tangan sama leher, ada di mana lagi tatonya?"

Maliq menatap bibir Azalia yang sesekali menciptakan garis lurus saat meneliti tatonya.

"Punggung, pinggang, dada, kaki."

"Hmm gitu..."

"Mau liat?" Tawar Maliq.

"H-hum?"

"Mau liat semua tatonya?"

"Aza boleh liat?"

Maliq tersenyum dan megusak rambutnya. "Iya. Aza boleh liat..."

Maliq bangun lebih dulu, disusul Azalia hingga mereka duduk berhadapan.

Pria itu tidak bisa menahan diri untuk tidak menangkup sebelah pipi Azalia dan mengusaknya dengan ibu jari, tahu bahwa Azalia gugup luar biasa, rona merah di wajah lucunya bukan tanpa alasan.

Maliq menarik kaos putihnya sebelum tubuh bagian atasnya terekspos, lebih dulu mengeratkan genggaman tangan pada istrinya yang tampak syok, tentu saja dia tahu ini kali pertama Azalia melihat tubuh seorang pria terpampang nyata di depan matanya.

30:21Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang