Chapter 18

2.2K 447 551
                                    

⚠️TYPOS⚠️


Selesai sholat subuh, Maliq melarang Azalia berkutat di dapur atau untuk sekedar mengerjakan pekerjaan rumah, karena mereka punya asisten rumah tangga.

Padahal itu adalah satu-satunya alasan agar Azalia lolos dari jerat tatap Maliq yang tidak berkesudahan sejak mereka bangun tidur.

Azalia belum terbiasa ditatap oleh Maliq, itu hanya akan membuatnya berakhir malu dan gugup.

Meskipun tidak ada yang lebih lucu dibanding wajah mungil Azalia yang memerah penuh rona.

Senyum Maliq senantiasa terulas apalagi mengingat ciuman intim mereka semalam.

Selain menatap wajah cantik istrinya, dia pun tak luput memotret bibir merah Azalia dengan lensa matanya.

Maliq tidak lagi penasaran semanis apa bibir Azalia, karena rasa ingin tahu itu kini perlahan berubah menjadi candu.

Maliq ingin mengecapnya lagi seperti vitamin harian.

Maliq kecanduan.

"Haura..."

Azalia memberanikan diri balas menatap suami, menunggunya berbicara.

"Tanggapan temen-temen Aza waktu tau Aza nikah sama saya gimana?"

Azalia sontak memasang wajah berpikir yang jenaka, mengundang obsesi Maliq lagi dan lagi.

"Katanya Aza ngeri ya dapetin om-om ganteng..."

Maliq tersedak salivanya sendiri. "H-huh? O-om-om?"

Aza mengangguk polos. "Temen-temen Aza kompak banget bilang Sayyid itu Om Maliq." Di ujung kalimatnya, Aza terkikik di balik telapak tangan.

"Eh? Ngetawain? Huh?" Maliq menarik pinggangnya lalu menggelitik kecil hingga tawa Aza pecah karena merasa geli.

Karena gerak intens itu Azalia berakhir menindih tubuh Maliq hingga kedua telapak tangannya menempel di dada suami, jika tidak salah bisa merasakan degup jantung pria itu.

Interaksi mereka dijeda oleh tatap lekat dan dalam.

Keduanya kompak membagi atensi pada kedua iris mereka yang penuh binar.

"Istriku..."

Azalia merona, dia begitu mudah tersipu oleh hal-hal sederhana.

"Eskrim semalam enak enggak?"

Wajah yang semakin memerah tidak menghalangi anggukan Azalia yang terlihat jenaka.

"Aza suka?"

Apakah memang kebiasaan Maliq merendahkan suara jika wajah mereka hanya berjarak hembusan udara?

"Aza... s-suka..."

Bersamaan dengan jawabannya yang jujur dan polos, ibu jari Maliq telah lama membelai belahan bibir Aza yang lembab.

"Mau lagi enggak?" Maliq kembali bertanya, kali ini membelai rahang Azalia dan sesekali menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga.

30:21Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang