16: Like A Damn Rollercoaster

827 49 36
                                    

Warning: cheating, dirty and harsh words, violence | 2,6k+ words ✍🏻









Drrt!

"Hah!" Elisa tersentak dari tidur.

Ini masih tempat yang sama dengan semalam. Asrama pria tiga lantai yang letaknya dekat dengan pabrik roti.

Kamar ini begitu gelap. Sepertinya Heeseung sengaja menutup tirai sampai gadis itu berfikir ini masih malam, padahal sudah hampir jam 8 pagi.

Tangannya mengulur ke ponsel yang berdering di meja, mengabaikan surat yang ditinggalkan Lee Heeseung di sebelahnya.

Tap!

"Where the fuck are you?!" Pekik Jake di telfon.

"Buset, s-santai dong! Bukannya masih libur?"

Elisa tidak yakin dengan pertanyaan yang dia buat sendiri dan buru-buru menjauhkan wajah demi melihat display tanggal.

Tolol. Umpat si gadis pada diri sendiri.

Ia tak sadar minggu indahnya telah habis dan berganti hari. Serius saja, terlalu banyak cuti membuat dia jadi buta hari. Lagian kenapa Heeseung tak membangunkannya, sih?

"Aku udah nyangka kamu bakal aneh-aneh," kata Jake yang mendadak memelankan suara.

Dari riuh di telepon, sepertinya sahabatnya sedang di jalan raya dan hendak meminggirkan mobil.

"Sekarang aku ijin pura-pura ikut lomba bareng kamu. Demi Tuhan, aku pusing tujuh keliling nyari info lomba hari ini dan untungnya dapet."

Elisa merengek sebab sang sahabat sebegitu niat melindunginya. Saking keterlaluannya, mungkin Jake tak bisa membedakan mana memberi bantuan dan mana membahaya diri sendiri.

Akan tetapi Elisa juga tak bisa membayangkan kalau Jake tak cepat mengcover ketololannya. Bisa-bisa Sunghoon curiga karena kakaknya tak ke sekolah dan berakhir bocah itu mengendus kebohongan Elisa selama ini.

Ibarat di game, Aunghoon adalah The Last Villain. Elisa tak mau bermain bodoh di belakangnya karena sang adik bisa menghancurkan semuanya.

"Sunghoon gimana? Dia nyariin aku?" Tanya gadis itu.

"Aku gak mau omongin itu sekarang. Mending cepet share lokasi karena aku juga punya banyak pertanyaan!"









⋆。˚ ☁︎ ˚。⋆。









Ingat saat Jay cepu pada Jake jika Elisa meminta resep antidepresan lewat sang Ayah? Lelaki berkebangsaan Amerika itu berdialog langsung dengan Ayahnya, jadi dia punya informasi lengkap tentang siapa manusia yang membutuhkan obat tersebut.

Lagi-lagi Lee Heeseung,

Jay tak habis pikir mengapa Elisa berurusan dengan sosok yang punya citra buruk. Heeseung memang super tampan dan bersahaja, tapi ayolah! Baginya Jake lebih cocok disandingkan dengan Elisa.

Setelah Jake tahu, malam itu juga dia memenuhi notifikasi ponsel sahabatnya dengan panggilan. Tapi entah sepertinya Elisa sibuk atau men-silent ponsel, sampai Jake pasrah menunggu di area perumahan hingga tengah malam.

Itu kali pertama Jake terjaga tanpa bermain komputer. Dia benar-benar fokus melihat jalan yang sedikit gelap. Sesekali memutar musik, menahan kantuk demi menunggu tanda-tanda sahabatnya pulang.

Setelah waktu terbuang sia-sia, Jake menyerah dan pulang demi menyiapkan semua skenario terburuk di hari esok. Jam tidurnya terpangkas begitu banyak.

"Sunghoon jelas nanya kenapa kamu gak datang bareng aku. Dia juga kelihatan sehat hari ini." Terang Jake, ia memejamkan mata di seat pengemudi yang direndahkan.

𝐓𝐨 𝐭𝐡𝐞 𝐏𝐞𝐫𝐬𝐨𝐧 𝐈 𝐚𝐦 𝐁𝐞𝐜𝐨𝐦𝐢𝐧𝐠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang