05: Is it a Fourthwheel?

751 69 34
                                    

Warnings: Slight bromance or BxB | 1,8k+ words ✍🏻




Lee Heeseung tengah menanti di area tangga. Ransel bertengger di bahu kiri dan matanya menatap ponsel yang memutar panggilan.

Terlepas amarahnya mereda, dia masih tak terima Jake memperlakukannya seenak jidat semalam. Jadi sesuai ucapan, dia menunggu kehadiran lelaki yang dikenal paling dekat dengan Elisa itu.

Sementara lelaki yang ditunggu Heeseung masih di ambang pintu kelas, mengumpulkan mental sembari memikirkan rangkaian kalimat yang mudah diterima oleh seniornya.

Sesekali Jake menoleh kebelakang, memperhatikan Park bersaudara yang tak kunjung pulang. Sunghoon asik menonton final NBA di ponsel dan kakaknya terlelap anteng di kursi. Rasanya aneh kalau mereka tetap di sini meski jam terakhir diliburkan.

Itu membuat Jake takut salah satu dari mereka melihat dirinya menemui Heeseung. Mungkin lebih baik dirinya mengobrol dengan si senior terhormat di lantai yang berbeda dan tempat yang tertutup.




⋆。˚ ☁︎ ˚。⋆。





Heeseung sembarang melempar kunci motor dan ranselnya di meja ruang OSIS.

Setelah mendengar permintaan Jake, ia memutuskan bahwa ini tempat yang cocok untuk bicara private karena ruangannya kedap suara. Selain karena dia selalu pegang kunci cadangan.

Yang muda mencoba duduk senyamannya, sedikit lebih jauh dari sang senior. Sementara yang lebih tua menyeringai, menotis tangan kiri Jake yang tenggelam di dalam saku jas.

"Udah, taruh aja senjata lo. Gue orangnya anti main tangan duluan." Sindir lelaki Lee.

Jake berdecak malu karena ketahuan. Heeseung ada benarnya, Jake sendirilah yang kerap trust issue dengan lelaki bertubuh besar.

Sekedar info, Jake selalu mengantongi safety tools sejak tinggal terpisah dari orangtua. Jarang sekali ia benar-benar menggunakannya, paling-paling cuma dibuat mengintimidasi.

"Oke, gue disini cuma mau ngasih tau beberapa fakta. Pertama Park Sunghoon, gue seratus persen yakin dia punya rasa sama kakaknya, jadi-"

"Gue udah tau, Jake... Bahkan jauh sebelum lo tau. Lo lupa gue ini teman pertamanya Sunghoon?" Heeseung bicara seperti meremehkan.

Tahu apa Jake yang cuma teman SMP Park bersaudara? Heeseung telah menotis kecemburuan tak normal dari Sunghoon sejak SD, ia sampai berpikir orang-orang tutup mata dan pura-pura bodoh akan hal itu.

Jake mengangguk sambil mengetuk-ngetuk permukaan meja, tak mau terlalu tersinggung karena dirinya masih ada titah yang perlu disampaikan.

"Oke. Selanjutnya, gue sebagai sahabat si Elisa nggak terima lo tiba-tiba cium dia di-"

Lelaki Lee berdecih. "Penguntit ya lo."

Kalimat Jake barusan langsung memicu sisi tersembunyi dalam diri Heeseung. Dia betulan benci saat ada yang ikut campur dalam urusan pribadinya.

"Gausah banyak bacot, gue tau betul malam itu lo niat bawa sahabat gue kemana." Ujar Jake, begitu geram sampai rahangnya mengeras.

Yang lebih tua menyilangkan tangan, tak merasa takut. Baginya Jake cuma bocah ingusan yang dikenal tak sopan pada senior-seniornya.

Entah karena Jake siswa prestigius atau memang minim respect, imbas dari kultur negara asal. Tapi tetap saja sikapnya kurang etis buat sebagian orang di sini.

"Gue emang gak dipuja-puja atau dihormati seperti lo, Heeseung. Tapi jangan sampe lo ngira lo berhak bodohin cewek sepolos Elisa. Dia perempuan yang dijaga banyak orang dan gak pantes disandingin sama orang gak bener." Jake menimpali.

𝐓𝐨 𝐭𝐡𝐞 𝐏𝐞𝐫𝐬𝐨𝐧 𝐈 𝐚𝐦 𝐁𝐞𝐜𝐨𝐦𝐢𝐧𝐠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang