18: Finally, A Good Result

677 50 15
                                    

2k+ words ✍🏻






Akhir-akhir ini, Elisa belajar banyak tentang kehidupan. Banyak hal berada di luar kuasanya. Setidaknya ini bukti kalau tugasnya cuma melindungi hal terpenting di hidupnya, yaitu dirinya dan keluarga.

Tak perlu berfikir terlalu berat. Dia tak mau dunia memperdaya kemudian mengubahnya jadi perempuan toxic yang melukai tiap orang yang dia temui.

Lagipula, selama Elisa masih punya Jake di sisinya, ia yakin semuanya akan baik-baik saja.

Jake telah menemani Elisa melewati fase depresif, eating disorder, sembelit, rapor merah dan kegilaan yang lain. Saking seringnya mereka bersama, teman-teman meledek mereka sudah menikah siri.

Keadaan tak jauh berbeda pada Park Sunghoon, bungsu paling tampan sedunia itu juga banyak menderita. Elisa masih jadi kakak yang sempurna di mata Sunghoon dan Sunghoon selalu membutuhkan gadis itu. Apalagi di momen ia berurusan dengan Heeseung dan polisi.

Dia tak mempedulikan saran orang lain dan hanya mau mendengarkan kakaknya, tentang apa yang sebaiknya ia lakukan serta yang harus ditinggalkan.

Sunghoon belum menyerah. Dia punya janji di hati terdalam untuk menyelamatkan harta berharga yang dia punya, yaitu Elisa dan sang Mama. Kalau Sunghoon kehilangan dua pihak tersebut, ia bersumpah akan menuntut Tuhan sebuah ganti rugi.






⋆。˚ ☁︎ ˚。⋆。





"Tuhkan, bener!" Pekik Sunghoon sambil menampar kertas laporan yang dia terima.

Ia berada di lounge area kantor polisi, menemani sang Mama yang sedang di ruangan lain. Elisa melompat kecil saking senangnya dan Jake disampingnya merapal rasa syukur sambil mengangguk seperti bapak-bapak.

"Seratus persen salah pelacur itu. Dia yang godain Papa dan memaksakan kehamilan sama dia. Trus karena Papa gabisa nerima anak itu, pelacur itu nyeret Heeseung biar gak nerima sanksi sosial sendirian!" Kata Sunghoon dengan penuh penekanan.

Ini pertanda bahwa kasus mereka besar kemungkinan akan menang di pengadilan.

"Berarti Kak Heeseung sebenarnya innocent, ya?"

Padahal Elisa cuma bertanya, tapi dia dihadiahi tatapan mengerikan dari dua laki-laki di dekatnya. Apalagi bocah yang hidungnya masih bengkak dan diplester, alis tebalnya sampai terjun bebas.

"Gak bisa dibilang gitu, El. Septic tank letaknya ga jauh dari rumah." Kata Sunghoon, entah apa maksudnya.

"Artinya apaan, bang Messi?" Tanya gadis itu

"Artinya Heeseung kek tai, ngerti gak?" Jawab adiknya dengan nada ketus.

Sunghoon langsung mengelus hidungnya yang nyeri kala menggerakkan wajah, sementara Jake tertawa menampakkan deret giginya.

Jake kemudian mendekat demi memijat kedua bahu Elisa sampai Elisanya tersentak-sentak. Si gadis menghentikan lengan usil dan meminta penjelasan.

"Heeseung masih ada kecenderungan sakit seperti Bundanya," Jake menekuk dua jari di tangan, memberi isyarat. "Dia perlu terapi bahkan pengasingan dari dunia luar. Aku denger dari polisi, waktu inspeksi Heeseung selalu denial meski fakta udah terpampang jelas."

Elisa merasa kasihan dengan seniornya. Tapi sekali lagi, hal ini di luar kuasanya. Bahkan meski hati kecil Elisa meronta-ronta ingin menyelamatkan, Elisa percaya rencana Tuhan jauh lebih baik.

Kak Heeseung, semoga kita ketemu lagi ketika semua sudah tenang dan semoga kita bisa punya relasi yang jauh lebih baik dari kemarin - Elisa berdoa dalam hati.

𝐓𝐨 𝐭𝐡𝐞 𝐏𝐞𝐫𝐬𝐨𝐧 𝐈 𝐚𝐦 𝐁𝐞𝐜𝐨𝐦𝐢𝐧𝐠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang