07: That's Unexpected, Heeseung!

1.7K 59 39
                                    

CW: Slight bxb, suggestive, sexual activity, dirty words, cursing, mentions of blood and injury. | 3,1k+ words ✍🏻


"Kenapa kamu jadi nggak sekolah juga sih?!"

Jam menunjukkan pukul 8 pagi, tapi siapa sangka ada makhluk aneh berkaki jenjang sedang berbaring di ranjang milik Elisa.

Si gadis melempar ranselnya ke karpet, kesal bukan main. Hari ini dia mendahului jadwal pulang supaya bisa menghindari Sunghoon, tapi bocah itu justru curang dan memakai kamarnya tanpa ijin.

Sunghoon mengintip si gadis galak lalu tersenyum padanya seperti berniat memancing perkara.

"Malah cengengesan! Apa kata Mama kalo kamu bolos diem-diem gini? Terus siapa yang nganterin surat cutiku kalo bukan kamu?" Tanya pemilik kamar bertubi-tubi.

Sang adik berubah duduk di tepuan kasur dan bertingkah manja. "Udah dianter supir. Mama juga gak bakal marah kalo aku bolos. Asal gak ketahuan aja." Jawabnya.

Entah bagaimana Sunghoon mengelabui sang Mama pagi ini. Sebetulnya Elisa tidak mau ambil pusing. Bocah itu memang sudah nakal dan licik dari lahir.

"Trus kamu mau terus-terusan di sini? Minggir. Aku juga butuh tidur!" Sentak sang kakak.

Ia benar-benar kelelahan setelah bercengkrama dengan sang Papa sampai subuh. Ditambah tadi dia naik bis express selama 5 jam. Seluruh badannya jadi pegal tak tertolong.

"Sini, kan masih luas." Balas Sunghoon, menepuk-nepuk kasur dengan telapak tangannya. "Jadi gimana kemaren bareng Papa. Cerita apa aja kalian?" Tanyanya sok akrab.

"Ck, lagi capek malah disuruh cerita--Eh, tanganmu." Muka gadis itu berubah serius melihat balutan perban di tangan kanan Sunghoon.

Gadis Park bisa melihat urat timbul dan bekas keunguan di sekitar perbannya. Tak tahan ingin memeriksa, ia pun cepat menaruh pantat di samping adiknya.

"Ah ini, aku gak sadar tanganku berdarah. Taunya pas sampe rumah kemaren sore." Jawab adiknya dengan nada santai.

"Kalian bertengkar separah apa sih? Dia gimana?" Tanya Elisa, malah menanyakan keadaan crush-nya.

"Stop!" Sunghoon menarik tubuh ramping kakaknya dengan tangan kiri lalu memeluknya di posisi menyamping. "Hari ini gak boleh ngomongin orang lain. Kalo nggak-"

Elisa mencubit lengan adiknya, meski pelan yang penting emosinya tetap tersalurkan. "Apa? Coba ngomong kalau berani."

"Hehe, nggak jadi." Ucap Sunghoon.

Sesaat mereka diam dan sibuk dengan pikiran masing-masing. Di momen ini, Sunghoon ingin sekali membicarakan tentang kondisinya. Tapi dia kuatir kakaknya mengomel lagi dan lagi.

Malas bergelut dengan kelabilan sendiri, akhirnya Sunghoon nekat membuka mulut.

"Jujur kemarin aku bener-bener kacau. Kalo kamu tau kamarku sekarang berantakan banget. Aku banting barang dan nangis gak karuan. Tau kenapa? Gara-gara kuatir sama kamu doang." Terang lelaki itu panjang lebar.

Sunghoon sadar kelakuannya terlalu dramatis. Tapi dia juga bingung harus apa dengan itu. Akal sehatnya mulai terkikis sejak masalah datang dari luar kehidupannya. Dan paling banyak adalah yang berkaitan dengan Elisa.

𝐓𝐨 𝐭𝐡𝐞 𝐏𝐞𝐫𝐬𝐨𝐧 𝐈 𝐚𝐦 𝐁𝐞𝐜𝐨𝐦𝐢𝐧𝐠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang