21: Her Kinda Support System

1K 52 31
                                    

Warning: harsh words, kissing, non-con | 2,7k+ words


"Jaeyun Shim, berdiri!" Miss Choi meminta murid percontohan kesayangan melakukan speech opening yang baik.

Jake beranjak sembari merapihkan rambut dan mengetatkan gesper. Kunci percaya diri ada di penampilan dan Jake sudah tampan, cuma perlu memberi sedikit sentuhan ajaib.

"Minimal kalian harus punya pronounsiasi seperti Jaeyun kalau pengen saya beri tiket menuju UAS."

Semua siswa melongo. Ini bukan soal apa, tapi Jake berasal dari Brisbane, sehingga Inggris bukan lain adalah bahasa pertamanya.

Miss Choi terlalu terang-terangan menyiksa rakyat lokal, paling-paling cuma Jay dan Gabbie yang bisa langsung lulus tanpa latihan.

Lucunya, para siswa tak berani protes karena biasanya mereka bakal diberi tugas yang lebih sulit. Anggap itu aturan utama permainan Miss Choi.

"Alright, Jaeyun. Sepertinya semua sudah tahu betapa bagus bahasa Inggrismu. Kamu tunjuk aja satu orang untuk menyampaikan speech opening."

Sontak noda di jendela terlihat menarik di mata Sunghoon dan Elisa. Dua saudara itu berusaha sekeras mungkin menghindari kontak dengan Jake.

Denyut jantung mereka sudah tak karuan. Yang satu tak jago bahasa Inggris, satunya lagi langganan panic attack tiap tampil depan umum.

"Park Sunghoon." Panggil Jake sembari menahan tawa, tentu dia menyerang yang bongsor duluan.

Sunghoon langsung syok dan menuding-nuding pihak lain. "Lah ko gue?! Cari yang pinter bahasa Inggris lah. Kayak anak depan-"

"Cok." Elisa melempar pisuhan dengan suara kecil.

"Alah, masa gak bisa? Ini kan cuma pembuka pidato biasa. Bedanya pakai bahasa Inggris." Ujar Miss Choi pada siswa jangkungnya.

"Nah, saya kurang mahir bahasa Inggrisnya, Miss! Kalau pidato pake Indonesia baru saya jabanin. Sampe penutup deh saya berani." Ujar Sunghoon, mendadak berdiri dan sok-sokan mau jalan ke depan.

"Gak usah, percuma." Timpal Miss Choi.

Soal pidato bahasa Indonesia semua siswa di kelas pasti bisa. Sebaliknya, Jake dan Jay mungkin kesulitan dalam hal itu. Mendengar reaksi Miss Choi, Sunghoon menjerit menang dalam hati.

"Elisa, ayo gantikan adikmu." Tunjuk gurunya.

"Loh! Sunghoon bisa bahasa Inggris, Miss. Di rumah saya sama dia Inggrisan kok." Kata si gadis dengan cara bicara yang agak melunjak.

Sunghoon menarik ujung rambut sang kakak. "Me? English? What you-"

"Aaah! What you, what you, apaan sih? Jangan dibiasain ga pake to-be!" Gadis Park langsung bergeming atas refleksnya barusan.

Di sisi lain, Jake, Jay dan Gabbie sekuat mungkin menahan semburan tawa dari bangku masing-masing. Sepertinya bukan rahasia kalau Elisa sensitif soal Grammar. Mana Sunghoon kelihatan sekarepan dan tak mau payah menyusun kalimat. Yang penting percaya diri.

"Ayo berdiri, Elisa. Kelihatannya kamu sudah pintar." Ucap gurunya, seakan menantang.

Kedua lutut Elisa bergetar sebab takut. "Miss, sumpah... Saya kurang jago kalau pidato. Saya lancarnya pas ngobrol sama Jake doang."

Gadis yang nilai bahasa Inggrisnya hampir menyamai Jake itu berusaha melindungi diri. Sementara lelaki yang terpanggil melirik sang submisif yang menghabiskan siang-malam di apartemennya.

"Ya sudah, silahkan pidato menghadap Jake." Miss Choi mulai gedek.

Elisa cemberut. Entah mengapa perut bawahnya juga mendadak sakit. Dia ingin menumpahkan semua kesialan hari ini pada Sunghoon dan mungkin akan langsung menggebuknya ketika Bu Choi pergi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐓𝐨 𝐭𝐡𝐞 𝐏𝐞𝐫𝐬𝐨𝐧 𝐈 𝐚𝐦 𝐁𝐞𝐜𝐨𝐦𝐢𝐧𝐠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang