Pertemuan

117 12 1
                                    

Disebuah kota hidup lah sebuah keluarga bahagia nan harmonis semuanya tampak baik. Keluarga yang beranggotakan 5 insan dengan 2 orang anak perempuan serta seorang anak tengah laki - laki.

Perbedaan usia diantara mereka bertiga tidak jauh berbeda, berkat didikan orang tua nya mereka tumbuh saling mengasihi satu sama lain. Beberapa tahun kemudian semua berubah, ketika mereka menginjak usia dewasa yang telah mengenal rasa juga cinta.

Pekerjaan menyita waktu, sedikit kata untuk istirahat hanya ketika hari libur tiba, waktu senggang biasanya mereka pergunakan untuk menghabiskan waktu bersama sekarang tidak lagi, semuanya sibuk dengan urusan masing - masing. Hal tersebut juga menjadi pemicu akan perhatian lebih yang kerap diberikan orang tuanya kepada anak perempuan dalam keluarga itu. Sementara anak lelaki itu mendapat kehampaan serta kekosongan.


Sampai suatu hari,,,

" Mama sama ayah mau pulang kampung hari ini, kalian bertiga harus saling jaga, mengerti ?" pesan ibunya terhadap anak - anak nya.

" Iya ma, mama tenang aja " jawab anak perempuan pertama dalam keluarga itu, yakni Jenni.

" Bener ma, selama ini juga kita semua saling jaga kok " jawab anak terakhir dikeluarga itu, yakni Lisa.

" Kalian berdua mengatakan seperti ini, benar - benar akan saling jaga kan, tidak hanya untuk menennagkan kami saja ? " tanya ayah untuk memperjelas keadaan.

" Mama setuju " jawab ibu.

" Tapi, sebentar bukannya kalian ada jadwal pemotretan ya ? " sambung nya.

" Ada ma, sekalian menghadiri acara pertemuan antara BA dari berbagai negara, tiga hari paling lama seharusnya ma, tapi aku usahain untuk pulang cepat ketika semuanya telah siap " jelas Jenni.

" Lisa ? " tanya Ayah kepada putrinya.

" Sama ayah, tapi Lisa bakal usahain untuk pulang secepatnya " jawab Lisa.

" Aku bisa sendiri ayah, kalian semua hati - hati diperjalanan ya " ucap anak laki - laki itu.

"Atau kita tunda aja ayah, tunggu Jenni dan Lisa pulang dulu" tawar Ibunya .

" Mama aku udah gede, yang seharusnya dikhawatir kan itu ka Jenni sama Lisa, mereka pergi ke negeri orang " jelas anak lelaki itu.

" Mama tau, tapi yaudah lah..." jawab ibunya.

" Ingat satu hal, setiap mama telfon jangan sekali - kali kalian reject atau apapun itu kecuali saat ada jam kuliah, paham ! " sambung nya.

" Kita bakal jawab telfon mama sama papa kok, kalau pun enggak, kita bakal telfon balik" ucap Lisa mencoba menyakinkan ibunya.

" Yasudah, ayo Yah kita berangkat" ajak ibu terhadap suaminya itu.

" Mau dianter ? " tawar anak lelakinya itu.

" Gausah sayang, kita pulang bawa mobil aja, agar lebih mudah mengurusi semuanya, kalau sama orang lain nanti makin ribet " jawab ayahnya.

" Tapi bukannya itu justu mengkhawatirkan yah ? Gimana kalau ayah kecapean selagi dalam perjalanan " tanya anak lelakinya dengan sedikit cemas.

" Benar ayah, pulangnya sewa supir aja " ucap kedua anak perempuannya.

" Kalian ini meragukan ayah, jangan seperti itu dong buat malu ayah didepan mama kalian aja " jawab ayah tersenyum malu.

" Ayah..." ucap anak lelaki itu, belum sempat menyelesaikan kalimatnya sudah dipotong terlebih dahulu.

" Shut...udah, udah kami berangkat dulu " ucap ayahnya berpamitan.

" Hati - hati di jalan semua " ucap mereka bertiga bersamaan.

Baru sebentar, namun Altezza Supamonkon yang kerap dipanggil Ezza itu mulai merasa kesepian, rumah yang dahulunya dipenuhi tawa sekarang sunyi senyap semenjak keberangkatan orang tuanya.

Ketika Jenni dan Lisa terburu - buru menuju kamar meninggalkan lelaki itu seorang diri, membuatnya tesadar dari lamunannya. Langkah kedua wanita itu terhenti sesaat oleh panggilan Ezza.

" Kalian mau kemana ? " Tanya lelaki itu dengan lembut.

" Siap - siap ke bandara " jawab kakanya, Jenni.

" Loh ? Hari ini juga kah ? " Tanya Ezza kembali.

" Iya za, kamu gak nyimak percakapan kita sama ayah dengan mama tadi ? " ujar Lisa.

" Nyimak kok, cuma gak nyangka aja perginya hari ini juga " ucap Ezza dengan muram.

Jenni menghampiri lelaki itu lalu memeluknya, dan berkata

" Sabar ya saying, kakak pulang cepat dari sana. Kakak juga gak tega ninggalin kamu lama - lama " ucapnya menenangkan hati adiknya .

Lahir ditahun yang sama, tidak membuat Ezaa dan Lisa dekat, justru Jenni lah yang paling dekat dengannya. Sementara Lisa cenderung dekat dengan mama nya.

" Yaudah kakak siapa - siap dulu ya " sambung Jenni melepaskan pelukannya.

" Aku ikut anterin kalian ke bandara ya ?" mohon Ezza.

" Iyain, daripada ntar lo ngerengek " sahut Lisa.

Mereka mulai bersiap lalu pergi menuju bandara menggunakan mobil Jenni. Karena macetnya jalanan kota, membuat mereka harus bergegas cek - in dan memasuki pesawat. Ezaa memperhatikan mereka hingga bayanngnya tak lagi terlihat, yaps pesawat itu telah lepas landas.

Ezaa berjalan tanpa memperhatikan ke depan, menyebabkan dia bersinggungan dengan seorang pria paruh baya berumur 40 tahunan.

" Maaf, maaf pak. Saya tidak sengaja " ucap nya sembari merapikan barang bawaan pria itu yang terjatuh karenanya.

" Sekali lagi saya mohon maaf pak " sambung nya dengan memberikan barang pria itu.

" Tidak apa - apa de, saya juga salah. Trimakasih ya " ucap pria paruh baya itu.

" Saya juga trimakasih sudah dimaafkan pak " balas Ezza dengan senyum hangat nya.

" Kalau begitu saya duluan dek " ucap sang bapak, perlahan menjauh dari tempatnya berdiri.

" Hati - hati pak " jawab Ezza.

Setelah kejadian itu, bukannya bergegas pulang, Ezza justru menghampiri kursi tunggu. Tidak untuk menunggu kepulangan sesorang, melainkan untuknya merenung. Pikirnya untuk apa mempercepat langkah hingga diri sampai di rumah, jika tak ada seorang pun yang akan menyapa maupun disapa kembali.

Gawai yang seharusnya menjadi tontonan justru kebalikannya, seperti taka da guna memilikinya saat ini, sorot mata nya kian kosong.

Pada menit ke 180, tiba - tiba gawai bordering bertuliskan "Chelsi" nama yang akrab ditelinga keluarga Supamongkon, ia adalah gadis pintar nan cantik merupakan teman kuliah Altezza.

**Telfon

" Iya sel ? " jawab Ezza disebrang telfon

" Dimana ? " tanya gadis itu dari sebrang telfon sana.

" Bandara " jawab nya

" Lah, ngapain ? Ada masalah kah sama penerbangan kakak dan adik lo ? " tanya gadis itu kembali.

" Hush, gak boleh ngomong gitu, pesawat mereka baik - baik aja kok " jawabnya.

" Trus ngapain lo masih disana ? Ini udah 3 jam lebih sejak lo nganterin mereka " ujar gadis itu.

" Loud, straight to the point wrote ! " balas Ezza ketus.

" Yaelah sensi amat bro, pms lo ? hahahahahaha " tawa gadis itu terdengar jelas disebrang telfon.

" I'm busy, don't bother until I contact you first, got it ! " ujarnya dengan tegas lalu mematikan telfonnya.

Sementara Chelsi disebrang sana hanya terdiam, lalu menghubungi teman lainnya yang dapat di ajak pergi bersama. Walaupun Ezza pria yang lembut, tidak mudah untuk berkompromi dengan nya ketika suasana hatinya sedang buruk.




bersambung,,,,,

PELANGI TANPA WARNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang