sesungguhnya setiap orang mampu berkata, namun tak semua orang sanggup menerima balasan~ s.m.s
CEO dengan hati – hati melingkarkan tangan pada pinggang prianya, kekhawatiran tampak jelas dari raut wajah sang empu. Sementara Ezza hanya diam tidak lagi melarang, sebab ia tahu seberapa besar dampak akibat peristiwa barusan.
Handphone bordering...El hendak melepaskan pelukannya namun dihentikan oleh pukulan kecil dari prianya dan lebih meng-eratkan nya.
"Iya kak ?" tanya Ezza kepada gadis yang berada disebrang telepon sana.
"Za kamu harus pulang, Mama sama ayah udah dirumah dan juga ada Lisa, dia bawa temen nya ke rumah, kamu ajak Jonathan juga ya ke rumah" pesan kakaknya, Jeni disebrang telepon lalu mengakhiri panggilannya.
"Kita ke rumah aku sekarang, di jalan nanti aku jelasin" ajak Ezza.
Mereka berdua bergegas keluar, mengendarai mobil hitam yang berada didepan perusahaan menuju rumah pria nya
Sesampainya dirumah,,,
"Ayah" panggil Ezza dari menghampiri pria paruh baya yang tengah duduk dimeja makan sembari mengobrol dengan kedua putri serta teman – teman kakak nya.
Pria paruh baya itu menoleh lalu tersenyum ketika ia melihat sumber suara yang memanggilnya, tidak lain adalah anak lelaki satu – satunya dikeluarga ini. Mereka saling berpelukan.
"Kangen banget sama ayah, udah lama kita gak jogging bareng dan main bareng" celetuk Ezza, memeluk sang Ayah.
"Aduh, putra kesayangan ayah sudah tambah tinggi dan tambah cantik aja" ujar ayah, menyambut pelukan putranya.
"Tau nih, aku sama Lisa kalah dibuatnya" canda Jennie, membuat semuanya tertawa.
"Udah – udah, semuanya duduk lalu makan, mengobrol nya dilanjut sambil makan" tegur seorang wanita paruh baya yang duduk disebelah ayahnya, tidak lain sang ibu.
Ezza mengambil piring lalu menuangkan nasi dan membagikan nya. Tidak lupa panjatkan doa pada sang pencipta atas kemurahan nya sehingga mereka masih bisa hidup sampai hari ini dan terima kasih atas semua berkat yang telah diberikan kepada mereka.
"Dia siapa Za ?" tanya ibu dengan sorot mata penuh selidik, memandangi pria yang berada disebelah anak nya dari ujung kaki hingga ujung rambut, seketika memecahkan keheningan sesaat.
"Namanya El, eh bukan ma, maksud aku Jonathan Immanuel Sirahop, biasa dipanggil Jo merupakan CEO perusahaan tempat aku magang sekaligus temen aku selama disana" jelas Ezza.
"Benar tante" ujar El.
"Ouh, jadi bagaimana kinerja anak saya selama bekerja di perusahaan anda ? Apakah dia baik atau justru sebaliknya ? sebab saya dengar perusahaan anda tidak penah menerima anak magang, itu berarti anak saya masuk jalur koneksi ya ?" tanya ibu penuh selidik.
"Maaf tante, kalau untuk perusahaan saya yang tidak menerima magang itu memang benar, sebab kinerja karyawan saya mampu bersanding dengan perusahaan lain, namun tidak menutup kemungkinan bahwa kami akan terus memberlakukan hal demikian sebab tidak ada aturan secara tertulis mengenai hal tersebut hanya dari mulut ke mulut, juga mengenai masuk nya Ezza tidak ada koneksi sama sekali sebab masa traning kami berikan kepada nya selama 3 hari dan terbukti dia mampu menunjukkan potensi dan berdedikasi pada perusahaan" jelas El, membuat pria nya tersentuh sebab pertanyaan yang baru saja di lontarkan ibu nya tidak sepenuhnya salah.
"Baiklah kalau begitu, lalu untuk kamu Jennie siapa pria yang ada disamping kamu ?" tanya ibu ketus.
"Saya V tante, patner kerja sekaligus kekasih nya anak tante" jawab V, memandang wajah ibu yang telah melahirkan anak secantik dan selembut Jennie dengan penuh senyum.
"Iya ma, V pacar aku, selain sebagai model dia juga penyanyi, mungkin mama sering liat dia di tv" ujar Jennie, menambahkan.
"Pantas saja tidak asing" balas Ibu, mengingat kilas balik saluran tv yang telah ia tonton.
"Kamu udah punya pacar Jo ?" tanya ibu, membuat El tersedak.
"Kamu gapapa kan ? Minum dulu" ujar Ezza, menyodorkan minum, sembari menepuk – nepuk pelan punggung pria nya.
"Ekhm, saya udah punya tante bahkan saya sudah melamar dia pagi ini" jawab El, membuat ibu dari pria nya kehilangan sedikit semangat.
"Lalu mengapa kamu berada disini jika baru melamar dia ?" tanya ibu kembali.
"Kebetulan dia ada acara keluarga tan, dan saya juga belum meresmikan hubungan kami dihadapan keluarga nya hanya antara saya, tunangan saya dan juga kakak nya" jelas El.
"What ? Sejak kapan gw tau mereka dah lamaran, ngomong sama gua aja kagak" bantah Jennie dalam hatinya, namun ekspresi terkejut tak dapat ia sembunyikan.
"Ok" jawab ibu.
"Baiklah, cukup sudah pertanyaan yang telah di ajukan, saatnya pindah ke ruang tamu melanjutkan obrolan kalian karena saya dan juga Ezza akan membereskan semua hidangan ini, sekian dan terima kasih" ujar Jennie dengan senyuman.
Mereka bangun dari kursi nya lalu pergi meninggalkan empat insan di meja makan. Kakak beradik bertugas merapihkan meja dan dapur sementara ke dua pria mereka bertugas mencuci setiap piring dan gelas yang kotor.
"Kok kakak gatau kalian udah tunangan ?" tanya Jennie dengan sedikit kesal.
"Tadinya mau dikasih tau, tapu karena banyak masalah yang telah terjadi dan hendak diselesaikan terlebih dahulu, jadi kami urung kan untuk memberitahu sampai pulang kantor nanti, siapa yang tahu kalau ayah sama mama bakal balik trus ada kak Lisa dengan Rose lagi" jelas Ezza, mengembalikan semua barang pada tempatnya.
"Sebentar, kok kamu tau nama dia ? Harusnya kan kalian pertama kali kenal dan ketemu di sini, atau... jangan – jangan ada yang kamu sembunyiin ya dari kakak ?" tanya Jennie penuh selidik sembari mengelap meja dengan kain setengah basah.
"Enggak" jawab nya dengan cepat.
"Udah fiks ini mah, kamu ada yang disembunyikan dari kakak... cepet kasih tau gak" ujar sang kakak menghampiri adiknya.
"Kasih tau.... atau...." sambungnya, Jennie mulai menggelitik bagian perut sang adik menyebabkan tawa secara terus menerus.
"Hahahahaha ampun kak, hahahha ampun...ampun...ampun.." ujar Ezza, sementara kedua pria yang tengah asik mencuci piring hanya menonton perilaku mereka, sesekali tersenyum melihat tingkah lucu kekasih mereka.
"Yaudah mana" tagih sang kakak, handphone nya berbunyi menandakan notif chat.
"Udah, kakak liat aja sendiri" jawab Ezza. Jennie terdiam sejenak, ia mulai mengingat kembali kilas balik yang berhubungan dengan gambar yang ia lihat sekarang.
"Kamu dapat dari mana foto ini ?" tanya Jennie.
"Aku liat sendiri kak, dan sebenernya foto itu udah lama aku simpan karena aku mau nanya sama kakak cuma aku lupa kak dan tadi pas aku liat kak Rose aku baru ke inget lagi" jelas Ezza.
"Gabisa dibiarin, ayo" ajak Jennie menarik tangan Ezza.
"Eh, kalian mau kemana ?" tanya kedua pria yang masih memegang piring dan tangan yang penuh dengan busa sabun.
"Diem" perintah Jennie.
"Yok lanjut" ujar V, mereka berdua kembali mencuci tumpukan piring yang menggunung.
Jennie dan Ezza hanya berjalan mengitari ruang demi ruang untuk melihat keberadaan sang ibu serta adik mereka. Hingga tiba di salah satu ruangan, yakni kamar tamu mereka mendengar suara Ibu, Lisa dan Rose.
"Ma..." panggil Lisa, menggenggam tangan kanan Rose memperlihatkannya pada sang ibu.
"Kalian berdua ?..." tanya ibu dengan tatapan aneh, sementara tangan Rose mulai mengeluarkan cairan bening, menjadi sekumpulan keringat dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
PELANGI TANPA WARNA
RomanceAltezza yang kerap di panggil Ezza/Al merupakan pria cantik nan rupawan, memiliki 2 saudara perempuan serta orang tua yang baik, semua nya tampak baik sampai suatu ketika pertemuan itu mengubah hidup Al dan El. Akan kah mereka mendapat restu dari o...