Magang #1

26 5 1
                                    

40 hari telah berlalu, waktu liburan telah usai kini saat nya tuk pria bertubuh tinggi nan putih juga memiliki paras cantik memulai waktu yang padat.

"Ingat ya dek, kamu harus berperilaku baik dan bisa berbaur terhadap lingkungan baru serta teman kantor mu nanti, jangan cuma bareng sama Jo mulu dan juga..." belum selesai sang kakak memberi nasehat, sang adik pun memotongnya.

"Jangan sedikit – sedikit ngadu sama Jo" ujar sang adik, mengangkat tangan kirinya lalu menggoyangkan satu jari telunjuk ke kanan kiri sembari melahap sarapan menggunakan tangan kanan dan bersiap berangkat magang.

"Kakak ku tersayang, aku janji bakal patuh sama semua saran yang telah diberikan, namun ada kala nya juga kita melihat waktu dan sekarang sudah saatnya" sambungnya sembari melihat pukul berapa sekarang pada jam dinding yang berada di belakang sang kakak.

"Aku berangkat" ujar Ezza lalu berlari menjauh dari sang kakak.

Sesampainya didepan, ia terdiam membeku melihat sesosok pria berbadan tinggi lengkap dengan stelan jas AAV II B yang dikenakan, bersandar pada mobil Mercedes-Benz C-Class, semua yang digunakan oleh pria dapat menghidupi puluhan hingga ratusan orang dalam 1 bulan. Dan ketika pria itu menoleh ke belakang, betapa terkejutnya Ezza bahwa pria yang baru saja ia puji adalah...

"Pagi El nya Al" ujar sang pria menunjukkan kepemilikan, walau tak ada siapapun disekitar mereka.

"Tumben banget rapi begini" bukannya menjawab sapaan sang kekasih, Ezza justru melemparkan pernyataan pertanyaan.

"Bukan tumben, tapi ini kewajiban rutin berpakaian ke kantor sayang" jawab Al dengan manja, agar kekasihnya me-notice nya.

"Ouh, yaudah yok berangkat" ajak Ezza, membuka pintu mobil dan masuk ke dalam nya.

Al menurutinya dengan wajah kecewa seketika kembali pada ekspresi datar.

~"Gada niatan mau bilang pagi kembali apa ya ? atau Pagi Sayang, hari ini kamu tampan banget, makin sayang deh, trus kasih morning kiss kek, tapi ini ? Boro- boro morning kiss, sapaan balik aja kagak, gini amat punya pacar cuek"~ cerutu Al dalam hatinya.

Sepanjang perjalanan menuju kantor mereka berdua tidak saling bicara, bagaikan dua insan yang tak saling kenal namun terpaksa dalam satu kendaraan sebab tempat tujuan mereka sama, hingga jarak kurang lebih 50 meter dari kantor, Ezza memulai pembicaraan.

"Al, aku turun disini aja" ujar Ezza, mengejutkan pria disebelahnya. Bagaimana tidak ? ya begitulah, lanjut baca ya.

"Kenapa ? Kantor nya masih jauh. Atau kamu mau cari sarapan dulu ya ?" tanya sang kekasih.

"Enggak kok aku udah sarapan, aku pengen turun disini supaya orang lain gak beranggapan buruk sama kamu dan juga aku, soalnya aku mau ketenangan selama magang ku, boleh ya" jelas Ezza dengan mata berbinar dan raut memohon, membuat sang kekasih tak dapat membantah.

Al menghirup nafas dalam lalu menghembuskan nya dan berkata.

"Baiklah, apapun untukmu" jawab sang kekasih, dengan nada yang berat.

Tanpa aba – aba, Ezza langsung memeluk erat leher kekasihnya, sembari berkata

"Terima kasih sayang" lalu ia mengendorkan pelukannya dan mencium pipi kekasihnya.

"Selamat pagi El nya aku, semangat untuk mu hari ini ya, kurangi amarahmu dan jadilah anak baik" sambung nya menepuk – nepuk pelan kepala kekasihnya dan mendaratkan ciuman terakhir pada kening pria nya itu lalu pergi.

Al membeku, mematung dikursi pengemudi, tak dapat berkata apa – apa rasanya seluruh pertahanan yang salama ini ia jaga runtuh oleh tindakan sang pria nya, hati nya dipenuhi dengan gejolak asmara, ia kembali merasakan kupu – kupu diperutnya.

Sementara didepan kantor, tampak seorang pria muda yang sedang berjalan kemudian berbalik layaknya seorang yang sedang menyetrika.

"Atas nama Attaya Altezza Supamongkon" ujarnya ketika melihat seorang pria ke-50 yang sedari tadi berulang berdatangan dihadapannya.

"Iya pak" jawab Ezza ragu-ragu.

"Akhirnya" ucapan kelegaan, seorang pria bernama Tutor tersebut.

"Saya sudah nunggu kamu dari tadi, mari ikut saya" sambungnya, di ikuti oleh Ezza yang berjalan dibelakangnya.

Sementara itu para karyawan mulai berbisik satu sama lain mengiringi langkah mereka hingga berakhir dengan samar – samar tertutupnya lift.

"Eh, kok gw baru liat asisten Pak Jo langsung turun tangan buat jemput tu orang baru" ujar seorang karyawati, Gina.

"Ya gagapa kali, ini tuh namanya ciptaan Tuhan mana lagi yang kau dustakan" jawab Kia, seorang resepsionis, yang telah lama mengagumi asisten CEO.

PELANGI TANPA WARNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang