"Tidak nona, ini merupakan bayi tabung milik Altezza Supamongkon dan Jonathan Immanuel Sirahop, saya telah mencoba menghubungi kedua nya namun tidak satu pun dari mereka yang aktif itulah sebab saya menghubungi nona sebagai kontak darurat yang diberikan oleh tuan Ezza" jelas pria tersebut.
"What ?" ujar Jennie terkejut dengan adanya bayi tabung secara tiba - tiba.
"Maksudnya nona ?" tanya pria itu.
"Gapapa, saya akan tiba dalam kurun waktu 1 jam, terima kasih atas informasi nya" ujar Jennie, ditengah kebingungan nya, ia merasa senang karena ada peninggalan mereka berdua.
"Baik nona, ditunggu kedatangan nya" ujar pria tersebut mengakhiri panggilan. Jennie bergegas menuju kamar mandi dan bersiap, kurang dari 10 menit ia telah selesai bersiap. Dengan terburu - buru ia membuka pintu, mengakibatkan seseorang terbentur kesakitan.
"Aw...." ujar V, sembari mengusap - usap kepala nya.
"Loh, V ? Kamu kenapa ada disini ?" tanya Jennie dengan heran.
"Aku khawatir sama kamu, makanya aku jaga disini semaleman" jawab V lembut.
"Ini sekarang kamu mau kemana ?" sambung V.
"Aku mau ke Rumah Sakit Pelita Harapan, kamu mau ikut ?' tanya Jennie.
"Ya mau lah, ayok" ajak V bersemangat melupakan rasa sakit akibat benturan dikepalanya. Mereka melajukan mobil dalam kecepatan sedang menuju Rumah Sakit.
Sesampainya disana Jennie menghampiri pusat informasi dan bertanya mengenai kebenaran telfon tadi.
"Maaf mba, tadi saya ditelfon oleh salah satu petugas terkait bayi tabung atas nama Altezza dan Jonathan, untuk proses selanjutnya bagaimana ya mba ?" tanya Jennie berhati - hati.
"Tentang itu, mba lurus saja dari sini sampai mentok belok kanan, terus lurus sebentar nanti ruangan nya sebelah kanan atas nama Dokter Ricardo Spesialis Urologi, beliau yang akan mengarahkan kemana mba selanjutnya" jelas mba nya.
"Terima kasih ya mba, kami permisi" ujar Jennie, ia mengikuti istruksi petugas lalu berjalan hingga menemukan ruangan dokter tersebut.
Tok....Tok...
"Masuk" ujar dokter mempersilahkan.
"Silahkan duduk nona Jennie dan tuan" mendengar ucapan barusan, Jennie dan V hanya tersenyum dan menuruti nya.
"Baik, saya akan langsung ke intinya, perihal pihak kami menelfon nona itu benar adanya sebab kedua tuan yang bersangkutan tidak dapat dihubungi terkait bayi tabung yang mereka setujui, ia telah lahir kemarin tepatnya pukul 23.59 WIB jadi saya mengabari kepada nona agar nona dapat memberitahu kepada kedua nya, karena proses ini telah berlangsung 7 bulan lebih dan pihak kami bertanggung jawab penuh atas bayi nya seperti yang diperintahkan langsung oleh tuan Jonathan juga nomor nona kami dapatkan dari Altezza saat pengisian formulir dibagian kontak darurat" jelas dokter.
"Maaf dok, kemarin keluarga kami mengalami baru mengalami kemalangan, adik saya Ezza juga pria nya meninggal dunia" jawab Jennie dengan sedih, kesenangan yang ia tunjukkan seketika runtuh mengenang kembali peristiwa kemarin.
"Turut berdukacita nona, maaf saya tidak mengetahui hal tersebut dan mengganggu nona juga anggota keluarga lainnya" ujar dokter, ia merasa iba dan tidak nyaman telah mengganggu waktu mereka.
Jennie mengambil nafas panjang dan berkata "Gapapa dok".
"Oh iya dok, boleh saya melihat keponakan saya ?" sambung nya.
"Sus, tolong diantar" perintah dokter pada suster yang sedari tadi berdiri dibelakang kursi nya.
"Baik dok" jawab suster.
"Mari saya antar" ajak suster, Jennie dan V mengikuti nya berjalan dibelakang.
Ketika mereka berhenti didepan Ruang VVIP (Very Very Important Person), betapa terkejutnya Jennie saat pintu terbuka ia melihat dua bayi kembar didalam nya.
"Aastha Supamongkon Sirahop dan Nevan Supamongkon Sirahop" Jennie membaca name tag yang berada dipergelangan kedua kaki bay tersebut.
"Betul nona, sebelumnya tuan Altezza telah memberikan amanah agar nama anak nya diberi Aastha dan Nevan, agar kelak mereka memiliki keyakinan atas apa yang belum di dengar dan lihat biarkan jiwa mereka penuh dengan kesucian untuk menentukan mana yang benar dan salah" jelas suster.
"Sungguh mulia kamu Za, apakah sebelumnya telah terfikirkan oleh mu tentang peristiwa kemarin" Jennie bertanya - tanya pada diri nya, V tidak mengatakan apapun ia hanya memeluk kekasihnya sebagai bentuk dukungan.
"Segala berkas tentang kedua bayi ini dan proseur keluarnya telah kami urus semuanya, jika nona ingin membawa nya hari ini sudah diperbolehkan" ujar Suster menyerahkan beberapa file dalam map bening kepada Jennie.
"Baik sus, terima kasih banyak, saya akan membawa nya hari ini" ujar Jennie. Suster mengeluarkan bayi dari tempat tidurnya dan memindahkan nya kedalam baby stroller kembar.
Jennie dan V membawa mereka pulang menuju apartment, namun tiba - tiba ketika diperempatan jalan V mengambil jalan belok kanan yang seharus nya lurus, ia menambah sedikit kecepatan dan berhenti disebuh gedung besar.
"KUA ? Kita ngapain kesini ?" tanya Jennie yang sedari tadi kebingungan akan perilaku kekasihnya.
"Kita akan nikah hari ini" celutuk V dengan tegas.
"Hah ?" respon Jennie membuat kedua bayi terbangun sebentar lalu kembali menutup mata nya dan tertidur.
"Duh, kamu pelanin dikit suara nya" pinta V.
"Ya habis kamu, enteng banget ngomong nya" ujar Jennie sedikit kesal.
"Kita nikah hari ini, untuk resepsinya bisa dijadwalkan nanti, yang penting kita nikah dulu agar Aastha dan Nevan punya orang tua lengkap, selain itu aku tau kamu bakal marah karena dengan aku mengajak nikah kesan nya seperti tidak menghargai duka yang kamu rasakan, tapi jika kita tidak menikah apa tanggapan orang - orang terhadap kedua anak ini" jelas V, yang diselimuti rasa takut atas respon yang diberikan Jennie barusan.
"Oke, kita daftar sekarang" mereka berdua keluar dari mobil membawa kedua bayi nya, mendaftarkan pernikahan dan berfoto, dalam hitungan menit mereka sudah sah menjadi suami istri yang memiliki bayi kembar dihari ini juga.
"Kita kerumah papa dulu ya, aku mau ambilin semua barang - barang kesayangan Ezza sebagai bentuk kenangan ketika anak nya dewasa nanti" pinta Jennie, V menganggukkan kepala nya dan berangkat menuju rumah mertua nya.
Sesampainya mereka dirumah besar itu, kenangan buruk kembali masuk memenuhi pikiran Jennie, ia mencoba melawan nya agar dapat masuk dengan kepala dingin, V memegang pundak istrinya.
"Kamu bisa, ayo kita masuk" ajak V, mereka meninggalkan kedua bayi nya didalam mobil dengan kaca sedikit terbuka agar udara dapat masuk..
Jennie terkejut melihat semua barang milik adik nya berserakan didepan pintu, tak berselang lama ia melihat Ibu dan Lisa memegang camera juga beberapa potret dalam bingkai di tangan nya, ia merasa lebih buruk ketika kanvas dan lukisan juga berada dibawah itu berarti ruang bawah tanah telah ditemukan.
"Maksudnya apa ngeluarin semua barang Ezza" ujar Jennie dengan sedikit kesal.
"Gada, lagi bebersih nih, terlalu banyak barang jadi sarang nyamuk" celetuk Lisa.
"Apa ?" tanya Jennie seakan tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

KAMU SEDANG MEMBACA
PELANGI TANPA WARNA
RomanceAltezza yang kerap di panggil Ezza/Al merupakan pria cantik nan rupawan, memiliki 2 saudara perempuan serta orang tua yang baik, semua nya tampak baik sampai suatu ketika pertemuan itu mengubah hidup Al dan El. Akan kah mereka mendapat restu dari o...