Keesokan hari nya, langit tampak gelap, awan mulai berubah warna menjadi abu, gemuruh menggelegar ke seluruh penjuru. Kedua kakak beradik sedang mempersiapkan jamuan untuk makan siang, Ayah beserta El telah duduk menanti makanan yang disajikan satu per satu, sementara dikamar utama, terdapat dua insan yaitu Ibu dan Lisa yang tengah berbincang, namun melihat dari raut wajah serta ekspresi marah yang tersirat pada diri Ibu sangat jelas bahwa keadaan nya tidak baik - baik saja.
"Ma, Lisa makanan nya udah selesai" panggil Jennie, mendengar teriakan itu Ibu dan Lisa bergegas keluar menuju sumber suara, ekspresi Ibu juga berubah menjadi datar dengan senyuman palsu.
"Iya, kami datang" teriak Lisa yang berjalan mengikuti ibu dari belakang.
Akhirnya mereka berkumpul dalam satu meja makan, sejenak mengesampingkan permasalahan yang ada dan menikmati hidangan lezat yang tersedia dihadapan mereka. Namun, tidak berselang lama Ibu mulai membuka pembicaraan.
"Apakah nak Jo sudah merasa baikan ?" tanya Ibu memecahkan keheningan.
"Sudah mendingan tante dan maaf merepotkan karena telah bermalam dirumah ini tanpa izin langsung pada tante dan om" jawab El dengan sungkan.
"Gapapa, toh kamu juga udah baik sama anak tante dan kamu juga jangan merasa sungkan karena berkat kehadiran kamu tante jadi punya anak 2 pasang deh" perkataan Ibu barusan membuat semua orang tertawa.
"Oh iya, tante mau denger kisah kamu sama tunangan kamu, awal mula nya gimana kalian bisa ketemu satu sama lain" sambung Ibu, seketika menhentikan tawa semuanya, Jennie dan Ezza yang duduk berhadapan sekarang saling pandang satu sama lain, mata kedua nya mengisyaratkan sesuatu, mereka mulai keringat dingin didalam ruangan ber-ac.
"Em.... Jadi saya ketemu dia dibandara, saat itu saya tidak memperhatikan jalan sehingga tidak sengaja menginjak kaki nya, lalu kebetulan yang kedua kami bertemu ditaman ketika dia sedang memotret tapi tidak memperhatikan sekitar mengakibatkan kamera nya jatuh lalu saya menangkap nya dan memberikan nya itulah awal kedua untuk pertemuan pertama yang baik dan dari situlah kami mulai berteman dan dekat, bagai lampu lama terbengkalai jauh dalam balutan kain - kain tak satu orang pun yang menyadari keberadaan nya namun dia tahu lalu mengambil dan menghidupkan kembali yang lama tak terpakai, membuat saya yakin untuk mengutarakan perasaan kepada nya walaupun ditolak saya tetap berusaha membuatnya menerima saya dan akhirnya hari itu tiba, selama kebersamaan kami, saya percaya bahwa dia adalah hidup saya, tanpa nya hari - hari yang saya lalui tidak berarti, itulah akhirnya saya melamarnya dan kini sedang mencari waktu yang tepat untuk memberitahu kedua orang tua nya mengenai niat saya serta memohon restu" begitulah El menjelaskan kepada semua nya tentang dia dan pria nya, semuanya merasa simpati dengan cerita nya, mata Jennie juga berkaca - kaca, namun Lisa dan Ibu hanya memberi ekspresi datar.
Setelah cerita yang panjang, makanan lezat juga habis disantap, meninggalkan Ezza dan Jo untuk membereskan semuanya, sementara Lisa menarik tangan Ibu menuju kamarnya, Jennie merasa ada yang tidak benar, itu sebab nya dia mengikuti mereka.
"Gimana ma ? Apa itu arti nya mama merestui hubungan mereka ?" selidik Lisa.
"Jika mama merestui hubungan mereka, maka mama akan menanyakan siapa nama kekasihnya bukan ? Ini tidak mama lakukan dan juga mama tidak akan menyetujui dua hubungan sejenis dikeluarga ini, hanya satu saja sudah cukup atau kamu kamu mau merelakan hubungan mu demi hubungan abang mu ? boleh saja" goda Ibunya, mereka tidak tahu bahwa seseorang sedang mendengarkan pembicaraan mereka diluar.
"Mamaaaa" rengek Lisa, mengguncang lengan ibunya.
"Kamu tenang aja, mama gakan biarin kamu terluka sedikit pun, anak perempuan mama harus bahagia, sementara Ezza dia harus berperan layaknya pria yang menikahi perempuan bukan seorang pria" jelas Ibu dengan penuh penekanan.
"Mari kita keluar" sambung Ibu setelahnya, Jennie buru - buru melangkah pergi sebelum ada yang menyadari nya.
Sementara itu, Jo baru tiba diruang tamu ia hendak duduk namun kemudian...
"Jo, kamu dipanggil mama ke kamar nya" ujar Lisa.
"Baiklah" jawab El mengangguk, berlalu pergi menuju kamar utama.
Tok...Tok...Tok...El mengetuk pintu kamar dan menunggu jawaban sebelum ia melangkah masuk.
"Boleh saya masuk ?" tanya El kepada sang pemilik kamar.
"Masuk Jo" jawab Ibu, El melangkah masuk dengan pelan.
"Saya ingin kamu mencoba sebuah pakaian sebelum memberikan nya kepada Ezza, tapi kamu harus menutup mata mu terlebih dahulu" perintah Ibu, awalnya El enggan untuk melakukan nya namun mau bagaimana pun nanti beliau akan menjadi mertua nya, maka ia harus bersikap selayaknya.
"Baiklah tante" jawab El perlahan menutup mata nya, Ibu mengambil gaun mewah berwarnah putih bertabur biru dibagian bawahnya lalu memasangkan nya ke tubuh El, El mulai merasa curiga setelah gaun sampai pada bagian pinggangnya, lalu Ibu langsung menariknya ke bawah membuat El terpaksa membuka mata.
"Tante, apa - apaan ini ?" tanya El dengan penuh kebingungan.
"Bukan kah kamu ingin mendapatkan restu dari saya ?" seringai Ibu.
"Maksud tante ?" tanya El yang belum mengerti akan situasi yang terjadi.
"Kamu lihat" ujar Ibu lalu mendorong El, ia terjatuh tepat didepan kaca, lalu Ibu manarik nya dengan kasar.
"Kamu lihat ? Apakah pantas mengenakan gaun seperti ini ? Dengan segala otot - otot kamu ? Apakah pantas jika kalian berdua menikah dengan tampilan seperti ini ?" bentak ibu kepada El, saat itu juga El tidak tahu harus berbuat apa, apakah ia harus melawan Ibu dari pria yang dicintai nya atau justru menerima semua perlakuan buruk terhadap dirinya.
"Kamu lihat ? Berkaca lah dengan baik agar kamu bisa melihat semua yang ada dihadapan kamu, otot kamu, rambut kamu bahkan ini kamu pun tidak ada" bentak Ibu, ia memukul otot lengan, menjambak rambut dan menunjuk lalu melumas kedua payudara milik pria itu, El merasakan sakit yang luar biasa.
Sementara itu, dalam kamar mandi Ezza merasa gelisah ia buru - buru keluar dan mencari El, mulai dari kamar nya dan berlari ke ruangan lainnya. Namun tidak ditemukan, sampai akhirnya pintu kamar Ibu dibuka dengan kasar, Ezza melihat dari atas bahwa Ibu nya sedang menyeret paksa pria nya. Sontak hal tersebut membuat jantung nya seakan berhenti, ia berteriak dan berlari.
"Jangan ma" teriak Ezza.

KAMU SEDANG MEMBACA
PELANGI TANPA WARNA
RomanceAltezza yang kerap di panggil Ezza/Al merupakan pria cantik nan rupawan, memiliki 2 saudara perempuan serta orang tua yang baik, semua nya tampak baik sampai suatu ketika pertemuan itu mengubah hidup Al dan El. Akan kah mereka mendapat restu dari o...