"Udah ah ma, mama gak liat wajah mantu mama ini udah kayak orang ketakutan gini" tegur Lisa, membuat ibu nya tertawa.
"Mama udah tau kok Ros, cuma mama mau isengin kamu, tapi yang ini nih...gak seru, hmph.." ujar ibu, sedikit merasa kesal, membuat Rose tertawa.
"La-ng-sung ke inti nya a-ja, ja-di... selama mama dan ayah pulkam aku udah tinggal bareng Rose dan selama itu juga aku udah mikirin semuanya, bahwa aku gabisa hidup tanpa Rose ma, aku sayang banget sama dia, dia segala nya di hidup aku, aku rela berhenti jadi model kalau mereka gak mau terima hubungan kami karena kami bekerja dibawah agensi yang sama, tapi dari mereka tidak memberikan tatapan maupun perkataan buruk melainkan mereka mendukung kami, karena cinta gak bisa dipaksain ataupun dihalangi, sekarang tujuan aku mengajak mama ngobrol disini yaitu untuk meminta restu kepada kami berdua ma" jelas Lisa dengan satu tarikan nafas menyelesaikan perkataan nya, ibu nya terdiam membeku atas apa yang baru saja ia dengar, sebab untuk keseriusan hubungan mereka tak pernah terpikir jauh oleh beliau.
"Baiklah, mama restuin kalian" ujar ibu, mengelus kedua pucuk rambut kepala gadis yang ada dihadapannya.
"Makasih ma" ujar mereka serentak dan memberikan pelukan terhadap ibu nya.
Sementara Ezza dan Jennie hanya menyaksikan tidak menyela percakapan mereka, justru mereka terharu melihat adegan tersebut, bagaimana seorang ibu merestui anak nya dengan cara yang bijak.
"Balik ke dapur lagi yuk kak" ajak Ezza.
"Ayo" menerima ajakan adiknya, memutar haluan kembali ke dapur.
"Baiklah para tuan dan nyonya mari kita tinggalkan dapur ini, bergabung bersama yang lain diruang tamu" ajak V ketika Ezza dan Jennie baru tiba diruang makan.
"Tapi..." ujar Jennie ragu.
"Udah beres semua sayang, kita kesana aja ya" ajak V kembali, menghampiri Jennie lalu menarik tangan nya, sementara El dan Ezza tetap tinggal sebentar.
"Kenapa ?" tanya Ezza menghampiri El, yang sedari tadi larut memperhatikan kakak beserta kekasihnya.
"Gapapa kok, aku cuma kepikiran aja, seandainya aku perempuan pasti kita bisa langsung menikah hari ini juga atas restu yang telah diberikan oleh kedua orang tua kamu" ujar El dengan sedikit kecewa.
"El nya Al, kenapa pikiran nya berkelana sangat jauh ? Pulang yuk... aku disini, kalau ada yang harus jadi perempuan itu harusnya aku, karena selama ini kamu yang selalu menjaga dan melindungi aku, bahkan perlakuan yang aku berikan tidak ada setengah nya yang kamu lakukan" jelas Ezza dengan tulus, terlihat dari sorot mata penuh kasih yang diberikan. Tidak ada balasan dari perkataan Ezza barusan, El hanya memeluknya dengan sangat lama kemudian mengecup kening pria nya, adegan barusan disaksikan langsung oleh Rose, ia mengabaikan nya lalu pergi. Setelah itu, mereka menyusul dan berkumpul diruang tamu, mereka menonton televisi sembari bercerita juga bercanda.
Keesokan hari nya, jalanan macet dipenuhi dengan berbagai kendaraan serta kebisingan yang berasal dari setiap mobil juga keluhan dari setiap insan, mereka yang berdasi maupun tidak terjebak didalamnya. Bahkan kaca yang telah ditutup tak dapat menyembunyikan sosok pria tampan nan rupawan dengan bibir berwarna merah muda serta kemeja yang senada dengan warna tersebut yaitu pink, dengan lembut ia membuka pintu taxi, lalu bersiap turun dan keluar. Semua mata tertuju pada nya, setetes cairan perlahan keluar dari tubuh pria itu sepanjang ia berlari menuju kampus nya.
"Santai aja kali" ujar Chelsi, menepuk pundak pria itu, membuat nya terkejut seakan jantung nya hendak terlepas.
"Ngagetin aja lo, mau buat copot jantung gw lo ya" ujar Ezza dengan sedikit kesal.
"Habis nya lo sih, kaya habis dikejar apaan aja lari – lari di koridor, liat kemeja belakang lo sampai basah gitu" ujar Chelsi.
"Gw mau ngejar Pak Mul buat minta ttd, mau ngajuin sempro" jawab Ezza sembari mengatur nafas akibat berlari tadi.
"Gercep ya bun" ledek Chelsi.
"Iyanih pak" jawab Ezza.
"Sialan lo" balas Chelsi membuat kedua nya tertawa bersama.
"Yaudah, gw duluan ya" pamit Ezza dengan lambaian tangan pada sahabatnya.
"Good luck ya" pesan Chelsi pada pria yang perlahan menjauh hingga akhirnya menghilang dari pandangannya.
Ezza yang sedari tadi berlari perlahan mulai mengatur nafas dan berjalan dengan baik menuju ruang dosen pembimbing nya, menyerahkan file proposal juga SK bimbingan untuk tanda tangan. Setelah selesai, ia menlanjutkan langkahnya menuju ruang Prodi (Program Studi) menyerahkan semua berkas syarat pengajuan seminar proposal.
Setelah menyelesaikan segala urusan dikampus, Ezza Berniat mengunjungi kantor kekasih nya, namun siapa sangka pucuk di cinta ulan pun tiba, pria tinggi dengan paras tampan serta dada nya yang bidang berhasil mecuri pandangan kaum hawa.
"Al" panggil pria itu, El. Ezza berjalan menghampiri dan menarik pria nya masuk ke dalam mobil dengan cepat.
"Kenapa ?" tanya El, duduk dikursi kemudi yang penuh dengan kebingungan melihat perilaku pria nya.
Ezza mendekat dan berkata tepat ditelinga pria nya "You are mine" mendengar ucapan barusan, El mengerti maksud dari tindakan pria nya barusan. Kegembiraan meliputi wajahnya, ia berpaling menatap dalam pria yang berada disebelahnya kemudian mengecup singkat bibir pria nya. Ezza sangat terkejut, pasalnya mereka melakukan hal itu didepan kampusnya ia takut jika ada yang melihat dan memberitahu ibu nya sebelum ia menjelaskan terlebih dahulu mengenai hubungan mereka.
"El..." ujar Ezza, menepuk pelan lengan pria nya. Tanpa membalas apapun, El melajukan mobil nya dengan kecepatan penuh namun tetap berada dalam aturan lalu lintas, menuju rumah nya. Sesampainya di depan rumah, El membuka kan pintu mobil lalu menggendong ala bridal style membawanya masuk dan menempatkan nya di sofa panjang berwarna hitam tersebut. El duduk disebelahnya, mereka mulai mengganti posisi dimana Ezza berada di atas mengapit kedua kaki pria nya. Pria kecil mulai tersenyum nakal kemudian mendekatkan dirinya hingga kening mereka saling bersandar satu sama lain begitu pula dengan bibir keduanya yang kian dekat dan bersentuhan. Seringai terlihat jelas, perlahan ia melumat bibir kekasihnya dengan sedikit penekanan penanda hak kepemilikan adegan tersebut berlangsung selama 20 menit lamanya, memberi gigitan lembut pada v-nec lalu mencium nya ringan, seluruh lehernya dipenuhi tanda merah , berangsur –angsur melewati dada bidang hingga roti sobek dipenuhi bercak – bercak merah akibat isapan yang ditinggalkan pada tubuh pria nya, setelah selesai mereka berdua tertidur nyenyak dengan Ezza yang berada dalam pelukannya.
"Aku bisa nunggu kamu selama apapun bahkan aku rela ngasih kamu semua waktu yang aku punya, tapi dengan perbincangan kita kemarin dan ucapan mama kamu, maaf aku gabisa..." gumam El sembari mengelus kepala pria nya dan mengeratkan pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PELANGI TANPA WARNA
Storie d'amoreAltezza yang kerap di panggil Ezza/Al merupakan pria cantik nan rupawan, memiliki 2 saudara perempuan serta orang tua yang baik, semua nya tampak baik sampai suatu ketika pertemuan itu mengubah hidup Al dan El. Akan kah mereka mendapat restu dari o...