Sesampainya didepan rumah,,,
Ezza keluar dan turun dari mobil lalu mengambil birthday cake, serta kue yang lain, memasukkan nya dalam satu tempat lalu memberikannya kepada El.
"Tolong ya, alamatnya udah aku send ke kamu" ujarnya dengan senyum.
"Iya, kamu juga jangan ingkar janji ya" jawab El, lalu mengacak – acak rambut prianya itu, walaupun belum official.
"Hati – hati" balas Ezza, beriringan dengan perginya El mengendarai mobilnya.
Disisi lain, sudah ada teman – teman El yang kini berada dirumahnya mempersiapkan kejutan ulang tahun teman sekaligus bosnya.
Ditengah perjalanan,
"Pantesan nitip ke aku ternyata komplek rumah kami sama" ujarnya, yang belum menyadari akan no.rumah yang tertera dan terus mengemudi. Hingga ia sampai didepan rumah yang berjarak 1 rumah dengannya. Lalu membuka jendela mobilnya.
"Loh, bukannya setelah ini.." belum sempat ia melanjutkan gumam-an nya...
Gawainya kembali berbunyi, satu pesan masuk.
"Alamatnya bener kok, kamu buka aja semua yang aku kasih, selamat ulang tahun pria terkuat yang aku kenal, seorang pria yang tegar, baik, sopan dan ramah, juga penyanyang, pria yang sudah mengisi hari – hari ku, pria yang selalu mengertiku, serta tatapan hangat yang selalu kamu berikan, trimakasih kepada sang pencipta yang telah menghadirkanmu dihidupku. Wish you all the best orang baik, rayakanlah bersama dengan teman – temanmu, aku tau mereka telah menyiapkan yang terbaik untuk mu, salamku pada semuanya, berbahagialah El"
Pria yang tidak pernah meneteskan air mata, bahkan dihari kepergian dan peringatan kematian kedua orang tuanya kini setetes air keluar disusul oleh suara tangis yang terisak – isak hingga membasahi pipi juga sebagian pakaiannya, namun terlihat sebuah senyum diwajahnya. Semua hal tersebut dilihat oleh teman – temannya, mereka bertiga yakni tutor, zee dan max menghampirinya turun kebawah.
"Lo kenapa Jo ?" tanya mereka bertiga dengan khawatir.
"Kalau ada apa – apa lo boleh cerita Jo, kita siap dengerin" sambung tutor.
"Iya Jo, jangan tiba – tiba nangis, kita gatau mau ngapain kalau lo udah kaya gini" ujar max.
"Mana lo nangis sambil senyum lagi, kan serem Jo" sambungnya.
Tanpa bertanya lagi, zee mengambil gawai milik El dan membaca pesan yang tertera didalamnya. Zee terharu, air mata yang tadinya ingin mengalir, kembali kesemula sebab gawai telah dirampas oleh Max.
"Gw liat" ujar Max, tanpa izin dari Zee.
Tutor pun menyondongkan badan serta kepalanya demi melihat isi pesan yang ada.
"Ni orang sape sih, pake acara send message begini segala" ujar Max dengan raut wajah yang berubah 90 derajat.
"Tau kaya mau ko-it aja" ujar Tutor.
"Hush, gaboleh bilang gitu, maksud dia baik kok" ujar Zee.
"Lo gapapa kan Jo ?" sambungnya.
"Enggak, thanks dah datang... naik, bawa masuk yang dibagasi" perintah El.
"Yaelah, bentaran doang udah balik mode CEO lagi" celoteh Max.
El langsung memalingkan wajahnya ke arah Max, memberikan tatapan tajam membuatnya merinding. Mereka pun masuk kedalam rumah, El terkejut saat melihat kado berisi lukisn yang indah, dirinya sangat senang, ingin rasanya berbicara langsung atau setidaknya mungucapkan trimakasih melalui telfon pada seseorang yang jauh disana, namun apalah daya saat ia yang meminta ia juga yang melanggarnya, itu sebab ia harus menunggu sampai UAS atau setidaknya sampai Ezza sendiri yang menghubungi. Sementara itu, mereka tetap melanjutkan perayaan ulang tahun sang CEO atau biasa dipanggil Jo/El. Mereka merayakannya hingga larut malam dan tertidur disofa serta lantai yang beralaskan ambal.
Keesokan harinya, Ezza mengirimkan pesan singkat
"Selamat memasuki usia 22 tahun, semangat dalam menjalani hari ya El, kirain aku pas kamu bilang waktu pertama kali kita ketemu, umur kamu beneran udah masuk 22 loh, ternyata enggak. Baru kemarin jadi manusia berusia 22, yaudah aku mau belajar dulu ya, kamu semangat terus ya".
Notifikasi berbunyi, El terbangun dari tidurnya, dengan cepat melihat handphone nya lalu terpancar senyum begitu menyilaukan, wajahnya tak dapat menutupi kegembiraan dalam hatinya.
"Makasih banyak ya, lukisan kamu aku suka banget, juga kue yang kamu buat enak bangettttt. Aku pengen ketemu sekalian kita jalan hari ini bisa ?" El mengirimkan balasan akan pesan sebelumnya namun sama seperti pesan – pesan sebelumnya untuk setiap pertanyaan serta pengajakan dia selalu menaruh harapan besar akan jawaban yang diberikan oleh pria ini.
"Maaf El, mulai hari ini sampai 2 minggu kedepan kayaknya kita gabisa ketemu dulu, aku mau focus UAS, kemungkinan juga kita gabisa jalan kayak biasanya kalau seandainya IP aku turun" balas Ezza, jauh dalam lubuk hatinya ia juga ingin bertemu oleh pria yang membalas pesannya itu, namun dia juga harus konsisten akan prinsip yang ia tanamkan selama ini.
"Yaudah gapapa, kamu semangat ya belajarnya, jangan telat makan, aku punya hadiah untuk kamu sesudah nilai keluar" balas El kepada calon prianya, walau jauh dalam lubuk hatinya ingin selalu bersama - sama menghabiskan hari dengan seorang yang sangat spesial.
"Siap" balas Ezza mengakhiri balasan pesan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PELANGI TANPA WARNA
Roman d'amourAltezza yang kerap di panggil Ezza/Al merupakan pria cantik nan rupawan, memiliki 2 saudara perempuan serta orang tua yang baik, semua nya tampak baik sampai suatu ketika pertemuan itu mengubah hidup Al dan El. Akan kah mereka mendapat restu dari o...