#Warna ?

30 6 3
                                    

"Bagi sebagian manusia, warna ialah hal yang selalu dapat ia lihat dimana pun, bahkan terkadang mereka muak oleh banyak nya warna yang mereka lihat hingga mereka lupa untuk mensyukuri setiap warna yang mereka dapati belum tentu orang lain dapat"~s.m.s

"Ini semua data klien meeting nanti dan juga lo harus bisa pelajari semuanya dalam waktu kurang lebih 59 menit dari sekarang, untuk jadwal nya udah gw share ke lo" jelas Tutor.

"Inget, jangan sampai ada kesalahan !" perintahnya, lalu pergi meninggalkan.

"Buset dah, ini kenapa kagak dikasih dari kemarin aja si, dikira gampang apa ya" gumam Ezza, seakan tak percaya pada kemampuannya sendiri.

Dalam ruangan yang begitu besar berisikan 2 insan manusia tanpa adanya komunikasi sedikit pun, Ezza yang focus pada data sementara El hanya menandatangani berkas yang telah menumpuk di meja nya, setelah selesai ia pun merasa bosan dan jengah akan situasi tersebut, tanpa sadar ia berulang kali lewat dari hadapan sang sekretaris, namun tak kunjung mendapat respon apapun. Hingga waktu menunjukan pukul 09.50 WIB Ezza tiba – tiba berdiri membuat El terkejut terjatuh terduduk dikaki nya.

"Kamu ngapain disitu ? Kayak gada tempat duduk lain aja" ujar Ezza terheran.

"Ya karena kamu, kamu dari tadi focus sama dia terus, aku nya di anggurin gitu aja, padahal aku tu kangen pengen ngobrol, trus pengen peluk kamu, kamu juga sekarang gak bolehin aku jemput kamu lagi, cuma pas pulang kantor aja boleh nganterin balik" celoteh manja sang CEO.

Ezza tertawa kecil melihat tingkah manja dari kekasihnya. Bukannya membantu Ezza justru ikut duduk dilantai marmer tersebut.

"Aku baru kerja 2 hari loh, dan ini baru hari pertama aku gak bolehin kamu buat jemput, tujuan aku supaya orang kantor gak curiga sama kedekatan kita dan aku gamau mereka berbisik dibelakang kita dan soal aku dari tadi tidak menghiraukan kamu, karena aku lagi baca data klien , supaya nanti pas mereka jelasin aku bisa paham, karena udah baca dan tinggal mengajukan pertanyaan apabila diperlukan, supaya aku juga bisa sejajar sama kamu dan aku bisa ngerasa pantas bersanding sama kamu" jelas Ezza, setelah melihat perusahaan tempat nya magang, ia menyadari arti dari jabatan yang sedang di jalani oleh pacar nya sekarang, ia juga menyadari bahwa diri nya masih terlalu jauh jika terus berdiam diri.

"Al nya El, jangan pernah merasa kecil terhadap potensi kamu sendiri, aku memang ditakdirkan untuk mengoperasikan sebuah perusahaan besar dan kamu ditakdirkan untuk mendampingi aku, karena tanpa kamu hidup aku sama seperti dulu, monoton. Gak berwarna" jawab El.

"Dari mana nya gak berwarna ? Jelas – jelas hidup kamu sangat berwarna" sanggah Ezza.

"Shut, berwarna yang kamu maksud adalah dengan tumpukan dokumen serta masalah perusahaan yang aku hadapi ? Namun, tahu kah kamu, ketika seseorang hanya memiliki ruang itu dan tidak merasa kesenangan dari dalam bisa kah ia berkata bahwa hidupnya berwarna ?" tanya El kepada lelaki yang berada didepannya itu.

"Tentu tidak, Al. Warna dari setiap emosi yang ada pada umumnya berbeda – beda, bahkan terkadang gelap tiada berwana meliputi hidup manusia sepanjang hayatnya, namun ketika seorang insan merasakan hal tersebut dalam hatinya, baru lah itu disebut berwarna dan kehadiran kamu dihidup aku, membuka kembali rasa yang telah lama ku rindu, kamu menyinari kehidupan ku dan membawa ku kembali pada kehangatan" sambungnya.

"El, a-ku minta ma-af ya, hiks...hiks..hiks..." ujar Ezza dengan derai air mata yang telah membasahi pipi nya, ia baru mengetahui bahwa betapa penting nya dirinya bagi lelaki yang kini mendekap ia ke dalam dada bidang nya.

"Udah Al, jangan nangis ya... Sebentar lagi kita bakal meeting, kalau kamu tambah nangis yang ada sembab trus jadi jelek" goda El, sebab ia tak tahan jika kekasihnya lebih lama menangis, maka ia akan merasakan sakit yang lebih dalam.

"El..." Ezza menepuk pelan punggung kekasihnya itu.

Kondisi dalam ruangan meeting sangat lah panas mengalahkan pendingin yang telah dinyalakan sebelum mereka masuk. Selama 30 menit lamanya, akhirnya meeting pun berakhir.

"Senang bekerja sama dengan anda" ujar El, sebagai CEO yang turun langsung menangani proses meeting dan mengulurkan tangannya.

"Kami juga sangat senang dapat menjadi mitra perusahaan bapak, perusahaan kami takkan mengecewakan bapak" jawab perwakilan perusahaan lain, menerima uluran dan berjabat tangan.

Walaupun Sirahop Company, merupakan perusahaan terbesar di Indonesia ia tetap menghargai setiap mitra nya, itulah sebab banyak perusahaan lain berlomba – lomba untuk mendapatkan kerjasama atas proyek yang mereka jalan kan, terkadang ada juga proyek kecil yang mengajukan proposal agar mereka menjadi investor atas apa yang mereka kerjakan.

Hari kedua Ezza berakhir dengan padatnya meeting, hari ketiga nya dipenuhi dengan tumpukan berkas yang harus diperiksa kembali sebelum penandatangan dilakukan, hari ke empat nya mulai menjadwalkan meeting tanpa bantuan asisten CEO, hari ke lima nya kembali di penuhi dengan meeting bersama para sekrektaris lainnya dan CEO untuk melihat strategi dari setiap pertumbuhan perusahaan selama ini, hingga hari – hari berikutnya begitulah Ezza melewati masa magang nya selama berada diperusahaan Sirahop.

PELANGI TANPA WARNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang