Matahari kembali menyinari bumi, hari yang panas pun berakhir. Cahaya nya masuk melalui celah – celah kecil gorden jendela apartment mengarah pada kedua pria panas itu, membangunkan mereka.
"Aa-ah" ujar Ezza, ia merasa seluruh tubuhnya sakit terlebih pada bagian kepalanya sangat sakit.
"Jangan memancingku" perintah El dengan suara yang berat, melingkarkan tangannya pada pinggang prianya lalu memeluknya erat. .
Ezza terkejut, sebab ia tak ingat tentang kejadian yang terjadi semalam. Hingga mengapa ia dan prianya berada diranjang yang sama. Tapi satu hal, dapat dipastikan bahwa seluruh badan nya sakit.
"Kok kita bisa ada disini ? Ini apartment siapa ? Dan juga badan aku sakit semua" keluh Ezza.
"Kamu kemarin bandel, trus malam nya kamu nakal, untung aja aku bisa temuin kamu, coba kalau enggak ?" jawab El, yang masih memeluk pinggang Ezza dari belakang.
"Maksudnya ?" tanya Ezza yang masih mencerna setiap kata yang di ucapkan oleh pria nya.
"Aku gamau ini terulang kembali, kamu harus ingat ya, diperusahaan aku yang berhak merintah kamu cuma Aku dan yang harus kamu turutin juga hanya Aku, gada yang lain dan gada satu orang pun yang boleh gertak kamu di daerah kekuasaanku, Kamu milik Ku" ujar El, membuat Ezza kembali berfikir dan perlahan paham akan perkataan pria nya barusan.
El bangun, membuka laci dan mengambil kotak berwarna merah bentuk hati, lalu...
"Al, will you marry me ?" El berlutut, membuka kotak lalu menyodorkan nya ke arah pria nya, memberinya tatapan penuh harap.
"Tapi El..." ujar Ezza, merenggut senyum pria yang ada dihadapannya.
"Yes, I do" sambungnya kembali, menggoda sedikit pria nya. Pria di hadapannya tidak hanya tersenyum melainkan sampai melompat kegirangan.
"Yeyyyy" teriak El, ia bangun dan melompat – lompat mengekspresikan tanda kebahagiaan atas jawaban yang ia terima dari pria nya.
El menghentikan lompatannya, ia mengambil handphone miliknya dari atas meja lalu mengirimkan pesan singkat kepada Zee, isi nya "40 menit dari sekarang semuanya berkumpul dalam aula utama, tidak terkecuali".
"Bangun yuk, kita mandi trus sarapan dulu" ajak El, menghampiri Ezza dan membantu nya berdiri.
"Mau kemana ?" tanya Ezza, menyelaraskan langkah kaki nya dengan pria disebelahnya.
"Pergi membereskan hama" jawabnya sambil tersenyum.
"Hama ?" tanya Ezza dengan bingung.
"Nanti kamu juga tau, sekarang kita berbenah dulu ya sayang" ujar El dengan lembut.
Ezza tak menjawab, ia hanya mengikuti langkah pria nya sembari memberikan kendali penuh atas diri nya kepada pria nya itu, layaknya seorang anak kecil yang tengah dibantu oleh ayahnya, ayah gula.
Sesampainya diperusahaan...
Hiruk pikuk manusia memenuhi aula utama, banyak dianataranya bertanya – tanya mengapa mereka harus berada diruangan ini dalam waktu sepagi ini, bukan kah ruangan ini digunakan jika ada acara besar kantor ? Suara mereka tiada lagi bergema, suasana menjadi penuh dan sesak karena banyaknya percakapan yang dibuka antara satu dengan ratusan pekerja.
Pintu terbuka, tampak 2 insan manusia memasuki ruangan, seketika suara lenyap, langkah kaki kedua nya bergema, berjalan maju dan berhenti pada podium.
"Selamat pagi semuanya" ujar El, menghidupkan kembali suara yang telah pergi.
"Pagi Pak" jawab serentak para karyawan.
"Tujuan saya mengumpulkan kalian semua diaula ini adalah untuk memberitahukan informasi penting" ujar El, suasana kembali tegang, tidak ada satu gerakan pun dari karyawan.
"Seperti yang kalian lihat, saya berada didepan bersama dengan sekretaris magang, yang seharusnya mengakhiri masa magang nya besok, akan tetapi dipercepat menjadi hari ini, dan dengan ini saya umumkan bahwa Altezza Supamongkon bukan lagi karyawan magang disini, melainkan kehadirannya didepan ini berstatus sebagai tunangan saya" jelas El, sang CEO Sirahop.
Semuanya terkejut, sebanyak 602 jiwa bangun dari duduk nya karena tak percaya dengan apa yang mereka dengar bahkan sebagian diantaranya merasa salah dengar akan perkataan barusan. El melihat tanggapan tak percaya yang diberikan oleh para karyawan nya.
"Saya tahu, kalian pasti tidak percaya dengan apa yang baru saja saya katakan, tapi percaya lah bahwa saya sangat mencintai pria yang ada dibelakang saya ini" ujar El, menarik pelan tangan Ezza memposisikan diri mereka bersampingan dan merangkul pinggang mungil milik sang pria nya.
Seketika semua terdiam, tak ada lagi tanggapan lain hanya terukir senyum pada wajah seluruh karyawan, walaupun mereka terkejut dan tak percaya bukan berarti mereka tak melihat setiap perlakukan lebih yang diberikan pemimpin perusahaan kepada sekretaris kecil nya itu.
"Dan satu lagi, kepada Sesilia" panggil El, melepaskan tangannya dari pinggang sang pria nya.
"Pria ku bukan seseorang yang dapat anda sentuh dengan mudah, Aku telah menjaga nya dalam kurun waktu satu tahun ini, tidak membiarkan nya luka sedikit pun bagaimana bisa anda mempermaikan nya ?" sambung El, berjalan menuruni tangga podion aula menuju gadis muda yang berada ditengah kerumunan karyawan yang masih berdiri.
"Sesilia...mengaku sebagai tunangan saya ? Sejak kapan anda memiliki keberanian tersebut ? Apakah anda lupa, alasan dibalik mutasi anda ke Amerika, padahal seharusnya itu bukan anda. Jadi, cukup untuk semua kesabaran yang saya berikan, saya tidak lagi perduli bagaimana kelanjutan hidup anda selanjutnya, dengan ini saya nyatakan memblokir anda di industry ini, perusahaan mana pun yang menerima anda maka mereka mengibarkan bendera perang terhadap seluruh Sirahop Company" ujar El dengan tegas, tatapan tajam seakan ia lemparkan pada gadis dihadapannya, kata – kata nya seakan menusuk dan tertancap pada bagian terdalam, membuat gadis itu terjatuh dengan kesakitan mendalam.
"Itu..." gumam Ezza, ia tak tahan dengan peristiwa yang terjadi dihadapannya, melihat seorang terjatuh duduk lemah tak berdaya. Berjalan menuruni tangga, menghampiri mereka.
Sesilia merangkak, memeluk kaki sang CEO dan memohon padanya.
"Maafkan saya pak, saya minta maaf, saya – saya janji tidak akan melakukannya lagi" mohon gadis itu, memeluk kaki kiri sang CEO.
El tetap dengan pendirian nya, ia mengacuhkan gadis itu. Sementara Ezza menghampiri mereka, mencoba membantu Sesilia untuk berdiri.
"Berdiri dulu" ujar Ezza, memegang kedua lengan gadis itu, mencoba membangunkan nya.
Tanpa menoleh sedikit pun, ia menghiraukan bantuan dan melepaskan tangan Ezza dengan mendorongnya.
"Gak butuh" balas Sesilia dengan sombong dan beralih kembali memeluk kaki sang CEO.
El melihatnya, dengan sigap membantu pria nya.
"Mana yang sakit, lihat dulu" ujar El, mengamati dengan cermat keadaan pria nya.
"Aku gapapa, cuma jatuh aja, gada yang lecet kok" jawab Ezza, mencoba menenangkan pria nya.
"Keluar" bentak sang CEO, kepada gadis yang telah menjahati pria nya.
Para karyawan tidak berani berkutik sedikit pun, mereka hanya menonton kejadian tersebut. Dua pria berbadan besar menghampiri gadis yang terduduk dibawah, membawanya keluar dari aula utama.
"Untuk hari ini semuanya diliburkan, kalian silahkan pulang" perintah sang CEO.
"Terima kasih pak dan bahagia selalu untuk kalian berdua" ujar serentak para karyawan, meninggalkan mereka berdua diruangan yang besar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PELANGI TANPA WARNA
DragosteAltezza yang kerap di panggil Ezza/Al merupakan pria cantik nan rupawan, memiliki 2 saudara perempuan serta orang tua yang baik, semua nya tampak baik sampai suatu ketika pertemuan itu mengubah hidup Al dan El. Akan kah mereka mendapat restu dari o...