Dimalam yang panjang juga sepi hanya terdengar detik jam yang bergerak membentuk lingkaran berulang. Seorang pria muda terbaring diatas ranjangnya, menatap langit – langit kamarnya tak lupa ia juga membaca beberapa buku hingga buku – buku itu mengelilinginya.
Sementara ditempat yang berbeda seorang pria sedang duduk termenung, mencoba focus, menghentikan pikiran dan menjauhkan perasaan khawatir dari dirinya, sekarang isi dikepalanya seakan ingin keluar. Disaat yang bersamaan zee masuk keruangan kerjanya El untuk mengajaknya makan diluar, namun kedatangannya justru dikagetkan oleh bentakan singkat.
"Argh, sial !" ucap El pada dirinya sendiri dengan menaikkan volume suaranya.
"Astaga" sambung Zee, dengan ekspresi terkejut, tergambar jelas diwajahnya.
"Lo kenapa si Jo ? Seberat itu ya masuk usia 22 ? Perasaan gw enggak deh, soalnya umur kita berempat gak jauh, beda bulan doang" ujar Zee.
"Brisik, lo mau ngapain ke sini ?" tanya El.
"Santai kali bos,marah – marah mulu, gabaik" celoteh Zee, melangkahkan kaki menuju sofa.
El tidak menjawab namun pandangan yang tadinya tidak menemukan titik henti berubah mencari sasaran, menghentikan pandangannya dengan tajam pada pria yang kini duduk disofanya.
"Gw kesini mau ngajak lo makan bareng sama anak – anak" ujar Zee.
"Gw gak laper, kalian aja" jawabnya.
Belum sempat Zee mengeluarkan jurus rayuan untuk membujuknya, El langsung memotongnya.
"Jangan lupa tutup pintu" sambung El.
Ajakan Zee tidak membuahkan hasil, namun memberi ide pada El ia pun memesan makanan lewat aplikasi dengan tujuan rumah Ezza. Dalam makanan tersebut terdapat secarik kertas berisikan "Kamu mampu melakukannya lebih dari yang kamu ketahui" diakhiri symbol love, yang berarti "lelah ada, begitu pun aku, akan selalu ada untukmu". Ezza menerimanya dengan keadaan bingung, namun setelah melihat secarik kertas dan membaca isinya, ia tersenyum bahagia. Pengiriman makanan berlangsung selama tidak adanya pertemuan antara mereka berdua.
Sementara di Korea, Jennie mendapatkan pesan dari sahabatnya juga berprofesi sebagai model, yang sekarang berada di Thailand.
"Jen, gw liat Lisa lagi bareng cewe" pesan Tzuyu, lalu mengirimkan 3 foto.
"Oh, ini sahabatnya, biasalah" balas Jennie.
"Thanks ya buat infonya" Jennie mengirimkan balasan kembali sebelum menerima jawaban dari sahabatnya itu.
13 hari telah berlalu, nilai untuk mengakihiri perjalanan semester genap ini pun telah keluar, Ezza juga mendapat kabar bahwasanya kakaknya Jennie akan pulang.
Demi merayakan kenaikan IP yang telah dicapai oleh Ezza, El pun mengajaknya bermain. Eits, kalian pasti bertanya – tanya mengapa El mengetahuinya, itu semua karena El adalah orang pertama yang diberitahu oleh Ezza akan nilainya. Mereka bermain hingga tengah hari, saat menunggu pesanan datang, satu pesan masuk, ia menarik tangan El menuju mobilnya.
"Bandara El" ujar Ezza, perlahan mengatur nafasnya.
Tanpa bertanya El mengikuti perintah Ezza. Sesampainya disana, terlihat seorang wanita cantik dengan rambut hitam panjangnya terurai sedang menunggu seseorang.
"Berhenti" ujar Ezza, ia keluar dari mobil lalu berlari menuju perempuan itu, lalu memeluknya dengan erat.
Pemandangan tersebut sangat indah bukan ? Yaps, begitulah mata memandang mereka berdua, namun berbeda dengan pandangan orang – orang, pria yang hampir saja dilupakan keberadaan nya oleh sang calon kekasih.
Ezza melepaskan pelukannya, meletakkan koper dibagasi lalu membukakan pintu untuk kakaknya. Selama diperjalanan Jennie telah memperhatikan El, ia mengerti maksud dari tatapan yang diberikan kepadanya dan dengan sengaja ia hiraukan.
Sesampainya dirumah, pukul 16.00 WIB
"Aku pamit ya" ujar El kepada pria yang ada dihadapannya.
"El gak mampir dulu ? Emangnya gak cape nyetir seharian ?" tanya Ezza khawatir.
"Enggak Al, aku langsung aja, soalnya masih banyak kerjaan yang harus aku urus" jawab El, walaupun dalam hatinya masih menginginkan Al membujuknya untuk tetap tinggal namun disaat yang bersamaan apakah ia sanggup menahan api cemburu ???
"Yaudah hati – hati ya El, kalau udah sampai rumah kabarin ya" pesan Ezza.
"Bye" ujar El dengan melambaikan tangan pada Ezza dari dalam mobilnya.
Jennie mendekatkan dirinya lalu berbicara tepat ditelinga sang adik.
"Ada yang cemburu nih" ujar Jennie.
"Maksudnya ?" tanya Ezza dengan ekspresi bingung yang tak dapat ia sembunyikan.
"Apa ya..." Jennie membalikkan badan, berlari menuju kamarnya dan menutup pintu.
"Kakak....jangan setengah – setengah dong" rengek Ezza sembari mengikuti kakaknya dari belakang, tak lupa ia membawa koper milik kakaknya. Ia tak lagi memperhatikan jalan hingga saat kakak nya menutup pintu, keningnya bersalaman dengan pintu kamar milik kakaknya.
"Kakak mau tanya, hubungan kalian udah sampai mana ?" tanya Jennie dari balik pintu kamarnya.
"Hubungan ? Kami baik – baik aja kok, gada berantem dari hari dimana kami kenalan sampai sekarang" jawabnya dengan begitu polos.
"Bukan itu, maksud kakak..." ujar Jennie sembari membuka pintu kamarnya.
"Hubungan kalian udah sampai itu belum ?" sambungnya dengan mengankat tangan sejajar dengan dadanya lalu saling menunjuk antara jari telunjuk kanan dan telunjuk kiri
Ezza yang mengerti akan maksud dari gerakan tersebut langsung membantahnya,
"Gada ya kak, kita pure temenan, ya walaupun gabisa dibilang gitu karena aku udah punya perasaan sama dia bahkan setiap deket sama dia jantung aku gak bias diajak kompromi, gak aman lama – lama deket sama dia, tapi aku pengen deket – deket dia terus kak, tapi aku juga gak mau kalau tiba – tiba nanti dia gak nyaman sama aku karena dia tau kalau aku punya rasa sama dia" jelas Ezza.
"Udah coba jujur dek ?" tanya Jennie.
"Kakak...kalau El gak punya perasaan yang sama dengan aku, gimana ? Yang ada El bakal ngejauhin aku dan itu adalah hal yang paling menakutkan kak" jawab Ezza dengan mata yang berkaca – kaca.
"Coba aja dulu" saran Jennie.
"Tapi kak" bantah Ezza namun segera dipotong oleh Jennie.
"Kenapa ?" tanya Jennie dengan tegas serta sorot mata yang dalam, sebab ia yakin alan perasaan keduanya.
"Hehehe sebenernya El ngajak ke Thailand kak, selama satu minggu soalnya dia ada kerjaan disana sekaligus jalan – jalan untuk merayakan IP aku" jawab Ezza dengan sekali hembusan nafasnya.
"Kesempatan bagus" ujar Jennie.
"Iya kalau diterima, kalau enggak gimana ? Yang ada aku ditinggalin dinegeri orang terus dia pulang ke Indo sendiri, niat nya healing berakhir pening" jawab Ezza.
"Hadeh, kalau kamu ditinggal kakak yang bakal jemput kamu" ujar Jennie.
"Kapan berangkat ?" sambungnya.
"Be-sok kak, barang dan tiket udah ready" jawab Ezza dengan ragu, mempercepat katanya.
"Apa ? Tega banget ninggalin kakak" ujar Jennie.
"Maaf kak, lagian kakak ngabarinnya baru hari ini sementara tiket udah dibeli kemarin" ujar Ezza.
"Yaudah deh, gapapa, kakak tunggu kabar baiknya minggu depan" ujar Jennie lalu masuk dan menutup kembali pintu kamarnya dengan tertawa.
"Kakak..." teriak Ezza.
Begitulah malam berlalu...
KAMU SEDANG MEMBACA
PELANGI TANPA WARNA
RomanceAltezza yang kerap di panggil Ezza/Al merupakan pria cantik nan rupawan, memiliki 2 saudara perempuan serta orang tua yang baik, semua nya tampak baik sampai suatu ketika pertemuan itu mengubah hidup Al dan El. Akan kah mereka mendapat restu dari o...