Hari telah larut, pukul 21.00 WIB
"Hati – hati ya" ujarnya sembari melambaikan tangan hingga mobil tak terlihat lagi.
Ezza kembali ke dalam rumahnya, berjalan menuju kamar mengambil laptop dan memeluknya, kemudian ia menjatuhkan dirinya kepada kesayangannya.
Ezza membalikkan dirinya, mulai mencari profil perusahaan tempatnya magang, seperti familiar akan tanggal yang tertera dan benar saja bahwa besok adalah hari,,,
"Udah malem gini, mau cari dimana ya ?" gumamnya.
"Gw tau" gumamnya kembali.
Ezza menekan tombol beranjak meninggalkan tempat tidurnya.
Dering telepon memecahkan fokusnya, terlihat sebuah panggilan video menanti jawaban dari sebrang sana.
"Kenapa kak ?" tanya nya.
"Buset dah, gak boleh nelfon nih ? Baru juga ditinggal berapa hari." celoteh Jennie.
"Bukan gitu kak, boleh kok, cuma gak biasa aja kakak telfon jam segini" jelasnya menenangkan Jennie.
"Kamu juga gak biasanya ngelukis jam segini" balas Jennie penuh selidik.
"Habis kalau keluar jam segini toko juga dah pada tutup" ujarnya.
"Jadi tuh gini kak..." menceritakan awal mula pertemuan hingga berujung dengan lukisannya.
"Gitu kak" sambungnya.
"Trus kamu mau ngasih kado yaitu lukisan kamu sendiri ?" Tanya Jennie.
" Iya kakak ku" jawabnya dengan penuh senyum.
"Kamu suka dia ya ?" Tanya Jennie penuh selidik.
"Kakak mah ada – ada aja, Aku sam El kan cowo kak, yakali ada rasa begitu" sangkalnya.
"Habisnya dari semua teman – teman yang udah kamu kenalin, cuma dia yang buat wajah kamu berseri – seri hanya dengan menceritakannya dan juga dia teman pertama yang dapat lukisan kamu seperti sekarang ini" jelas Jennie.
"Denger ya, cinta gak memandang apapun dan segala hal tentang cinta tidak salah hanya manusia nya saja yang egois tak dapat mengendalikan diri" sambung Jennie.
"Iya kak, trimakasih atas penjelasan panjang kali lebar kali tingginya, hahahahaha" mereka tertawa bersama ditempatnya berada.
"Tapi Za" ujar Jennie, seketika menghentikan tawa.
"Kalau kamu suka sama dia, kakak pengen jadi orang pertama yang tau hubungan kalian" pinya Jennie.
"Pasti kak" jawabnya.
"Yaudah kak, aku lanjutin ini dulu ya, bye kak" sambungnya.
"Bye sayang, semangat ya" ujar Jennie mengakhiri pembeicaraan pada mala mini.
Ezza menyelesaikan lukisannya larut malam hingga ia tertidur diruangan tersebut.
Keesokan harinya pukul 11.45 WIB, Ezza bangun dari tidurnya, menaiki beberapa tangga menuju dalam kamarnya, kemudian ia membersihkan setiap sudut rumah tak lupa ia berbenah diri setelahnya.
Walaupun Ezza tidak suka memasak makanan namun ia hobi dalam membuat cemilan serta cake, terbukti dari banyaknya Jennie mengacungkan jempol pada adiknya tersebut.
Ezza melangkahkan kakinya menuju dapur, menyiapkan segala bahan, ia mulai dengan meletakkan telur dalam wadah lalu memasukkan gula dan mengocoknya setelah menyatu memasukkan tepung kedalamnya dan mengaduknya menggunakan spatula terlebih dahulu, lalu berganti dengan mixxer, melakukannya secara berulang sebab Ezza memiliki kebiasaan buruk yakni lupa waktu jika ia telah menginjakkan kakinya didapur. Hingga bahan kue habis barulah ia berhenti.
Ting...Ting...
Ting...Ting...
Bell berbunyi, Ezza membukakan pintu, terlihat seorang pria tinggi dengan punggung lebar sebidang dadanya, memakai jaket berwarna hijau, membalikkan tubuhnya menghadap Ezza, berkata...
"Udah siap ?" tanya pria tersebut.
"Hah ?" jawabnya tak dapat menyembunyikan ekspresi kagum, terpana akan ketampanan pria yang berdiri dihadapannya.
"Ayo berangkat, kan kita mau jalan sebelum kamu UAS Al, lupa ya ?" tanya El.
"Inget kok, cuma ini baru jam berapa El ? Gak kecepetan kah ?" tanyanya memastikan tanpa memperhatikan.
"Coba kamu liat jam dulu, waktunya udah pas kok" jawab El, Ezza pun melihat jam dindingnya terlihat pukul 18.35 WIB
"Astaga, sorry El, aku gak merhatiin jam dari tadi, tunggu ya, 10 menit aja" ujar Ezza.
"Oh, yaudah" El hendak melangkahkan kakinya kedalam rumah namun ditahan oleh Ezza.
"Jangan, El tunggu diluar aja" ujar Ezza.
"Loh, kenapa ? Biasanya juga langsung disuruh masuk" tanya El, curiga.
"Gapapa, tunggu diluar aja dulu, aku kan cuma bentaran doang" jawabnya.
10 menit telah berlalu, Ezza keluar dengan membawa kado cukup besar.
"Itu apa Al ? Punya siapa ? Isinya apa ? Buat apa juga ?" tanya El tanpa berhenti.
"Shut ! Ini itu punya temen aku, kamu buru – buru gak nanti ?" Al membalikkan pertanyaan kepada El.
"Ouh" jawab El kecewa, karena ia pikir bahwa itu untuk dirinya, sebab ia sudah amat berharap akan apa yang berada ditangan Al.
"Yaudah nanti kasih tau aja alamatnya" ujarnya kembali mencoba untuk tetap terlihat tegar.
Kemudian mereka pergi dengan mobil sport hitam milik sang CEO.
Mereka bermain ditaman kota yang ramai dengan hiruk pikuk manusia. Pastinya kalian akan bertanya, mengapa tidak ke café atau restaurant atau mungkin mall, menonton bioskop dan berbelanja, mengapa harus ke tempat sederhana ??? itu semua karena permintaan Ezza, pria rupawan dengan kecantikan mengalahkan cantiknya seorang wanita mampu memikat hati sang CEO sejak pertemuan pertama kalinya.
Tak terasa waktu menunjukkan pukul 22.00 WIB, sudah saat nya untuk mereka kembali,
"Alamat temen kamu dimana ?" tanya pria tersebut ketika mereka telah berada didalam mobil, hendak menuju rumahnya.
"Jalan aja dulu, aku udah bilang ke dia, kalau nanti yang ada cowo yang nganterin, soalnya aku udah ngantuk banget, sekalian masih ada yang ketinggalan barangnya, nanti aku kasih ya pas udah sampai rumah, bolehkan ?" tanya Ezza dengan mata penuh harap.
"Yaudah iya, tapi habis barangnya udah ditangan aku, kamu janji ya harus tidur ?" El mencoba membuat penawaran, sebab ia takut jika prianya jatuh sakit akibat bergadang secara terus menerus.
"Gamau, aku mau mastiin barangnya sampai dulu" Ezza kekeh agar ia dapat melihat wajah pria nya, setelah tau bahwa semua itu untuk dirinya.
"Altezza" panggilnya lembut dengan suara khas dari seorang CEO berserak basah.
"Yaudah deh, iya" jawabnya dengan tenang, walau bagian dalam dirinya seakan ingin terbang dengan panggilan tersebut, bagaimana tidak ? Sebelumnya beberapa orang telah mengatakan hal tersebut, namun yang benar – benar mengguncang hingga tersirat hanya Immanuel seorang.

KAMU SEDANG MEMBACA
PELANGI TANPA WARNA
RomanceAltezza yang kerap di panggil Ezza/Al merupakan pria cantik nan rupawan, memiliki 2 saudara perempuan serta orang tua yang baik, semua nya tampak baik sampai suatu ketika pertemuan itu mengubah hidup Al dan El. Akan kah mereka mendapat restu dari o...