07. Muak

416 36 5
                                    

‼️Cerita ini hanya fiktif belaka, apabila terdapat kesamaan tokoh/karakter dan tempat dalam cerita ini, hanya merupakan kebetulan semata tanpa ada unsur kesengajaan ‼️

Hi Guys
Happy Reading!

____

"Joshua sadarkah dirimu, yang membuat Al seperti ini karena ulahmu. Dia menutup diri dan di jauhi orang karena mu! Kamu yang membuat dia tidak bisa bicara lagi Joshua! Dan sekarang apa? Kamu memukul Al hingga berdarah!" Lisa memukul tubuh Joshua dengan brutal melampiaskan kekesalannya dan amarahnya.

"Apa?"

Seruan itu mengalihkan pandangan Lisa dan joshua, disana Raffa dan Raka menatap Joshua tidak percaya. Jadi selama ini sosok yang di kagumi, sosok penuh kasih sayang, tega berbuat demikian rupa.

Joshua menunduk "aku tidak kan melakukan lagi, maafkan aku Lisa" gumam Joshua.

"Kalian dengar! Kalian dengar apa yang dia katakan. Apa kalian akan terus menghina abang mu!" Ujar Lisa.

Si kembar menggelengkan kepala dan menunduk.

"Bunda selalu sabar menghadapi kalian, bunda tau di sekolah kalian selalu menghina dan mengolok olok Al. Bunda masih bisa toleransi semua. Tapi sekarang terserah kalian, kalian pilih mau bagaimana. Kalian ingin seperti ayah kalian, apa kalian mau menjadi seorang pembunuh!"

Raffa dan Raka pun memeluk Lisa dan menangis.

"Maafkan kami bunda, kami mengaku salah"

Joshua mendengus mendengar akhir kalimat Lisa "aku bukan seorang pembunuh Lisa" desis Joshua.

Lisa menatap Joshua sinis "kamu pembunuh Joshua, kamu membunuh perasaan anakku secara perlahan tanpa kamu sadari itu!"

Joshua diam mematung dia tidak bisa menjawab semua itu, dan pergi meninggalkan mereka. Mungkin apa yang dikatakan Lisa benar.

Lisa memeluk kedua putranya, dan membawa nya duduk menunggu dokter keluar dari ruangan.

"Bunda apa yang terjadi?" Tanya Raka.

Lisa menghembuskan nafas "bunda tidak tau pasti sayang, bunda hanya melihat abang kalian tergeletak di kamar dengan darah mengalir di kepala. Di sana pun ada ayah kalian, bunda tidak tau apa yang ayah kalian lakukan."

"Apa dia baik-baik saja bunda?" Tanya Raffa.

"Kalian berdoa saja semoga Al tidak kenapa kenapa, bunda mohon sayangi Al seperti layaknya saudara. Apa kalian bisa lakukan itu?" Pinta Lisa kepada kedua anaknya.

Raffa dan Raka pun mengganguk setuju.

.....

Al telah sadar dan di pindahkan ke ruangan, Raffa dan Raka menunggu Al sedangkan Lisa pulang ke rumah untuk menyiapkan kebutuhan Al dan si kembar.

Si kembar tidak mau pulang padahal besok mereka sekolah, dengan terpaksa Lisa membawa perlengkapan mereka berdua dan juga Al.

Lisa pun telah mengurus surat perceraian dan telah menandatangani nya, sekarang tinggal ia berikan kepada Joshua.

Lisa membuktikan omongannya, bukan hanya omong kosong supaya Joshua tau dia tidak bisa di tindas dan di kekang oleh lelaki itu.

Lisa masuk ke ruangan kerja Joshua dan menyondorkan berkas perceraiannya.

"Ini tanda tangani" ujar Lisa.

Joshua menatap Lisa dengan pandangan yang tidak bisa diartikan, Joshua mengalihkan pandangannya ke berkas yang Lisa berikan.

Disana tertera surat perceraian, membuat Joshua marah dan kecewa sekaligus.

"Apakah perlu seperti ini? Jangan konyol Lisa! Aku tidak akan menandatanganinya"

Joshua merobek berkas tersebut dan membuangnya, Joshua menghampiri Lisa dan mencengkram pundaknya.

"Ku mohon jangan seperti ini! Apakah tidak bisa aku mendapatkan kesempatan untuk memperbaiki nya?"

Lisa menepis tangan Joshua "Terlalu banyak kesempatan yang telah ku berikan Joshua, tapi apa! kamu menyia-nyiakan semuanya!"

"Tolong pikirkan anak anak Lisa, bagaimana dengan mereka? Mereka membutuhkan peran kedua orang tua!"

"Jangan bawa anak anak Joshua! Itu hanya alasan mu saja! Mereka telah dewasa, mereka tau mana yang baik dan mana yang buruk"

Joshua menarik rambutnya frustasi "Kenapa kamu selalu membelanya Lisa! Apa karena anak itu anak dari seseorang yang kamu cintai!"

"Omong kosong apa ini Joshua! Jelas aku membelanya karena dia anak ku!"

"Bohong!!" Bentak Joshua "Kamu pasti menyembunyikan sesuatukan tentang anak itu! Iya kan!!"

Lisa mendengus "Terserah mu Joshua, jangan membuat dia terluka kembali, kalo kamu tidak mau menyesal suatu saat nanti!"

Lisa pergi meninggalkan Joshua dia muak berada di dekat lelaki itu.

Sedangkan di lain sisi

"Al eh hem.." Raffa mengaruk tekuknya yang tidak gatal, dia bingung harus memulai pembicaraan dari mana, suasana canggung seketika.

Al menoleh menatap si kembar menunggu mereka berbicara.

"Aku mesti memanggil mu apa? Jujur aku bingung" ujar Raffa membuat Al tersenyum.

Raka mendengus dan menoyor Raffa "Goblok! Kalo bego jangan di pelihara, jelas saja manggil abang atau kakak, dia kan lebih tua dari kita"

"Alah sok ceramah Lo ka" menjitak kepala Raka
"Manggil gua aja pakai nama, padahal gue abang lo kan. Gue lebih dulu lahir baru Lo"

Raka tertawa terbahak memang benar dia tidak pernah memanggil Raffa dengan embel embel abang atau kakak.

Al melihat perdebatan mereka menggeleng kan kepala, sedangkan Lisa melihat diam di depan pintu tanpa mereka sadari.

"Panggil dia abang, dan Raka panggil Raffa juga abang, bukankah begitu enak di dengar?" Ujar Lisa dan menyimpan barang bawaannya.

"Kok aku geli ya bunda, manggil dia abang?" Ujar Raka menunjuk Raffa.

Raffa memutar bola mata jengah "pokoknya panggil gue abang Raffa mulai detik ini!"

"Ngarep Lo!"

Membuat ruangan penuh dengan tawa karena perdebatan kecil yang mereka buat. Al merasa tidak kesepian lagi, sesuatu yang dia inginkan mulai terpenuhi, akhirnya hubungannya dengan kedua adiknya bisa seperti dulu lagi. Terimakasih tuhan batin Al.

Lantas bagaimana dengan cerita selanjutnya?

To Be Continued...

28 Juni 2023

Anak Haram [Kisah Austin Alvaro]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang