17. Support

351 51 2
                                    


Hampir dua minggu sudah, Fiony mendapati bangku milik Dey yang kosong, Gadis itu tak pernah datang lagi ke sekolah, Para guru banyak yang menanyakan dirinya, hanya saja tak ada yang tahu alasan mengapa Dey tak kunjung masuk sekolah. Satu sisi Fiony merasa lega karna itu pertanda bahwa Dey tidak di keluarkan dari sekolah.

"Gue jadi pengen ke rumahnya deh kalo gini...." Kata Zara sambil menyangga dagunya dengan malas dan menatap Chika bosan.

"Emang lo tau dia tinggal di mana?" tanya Chika

Zara menggeleng , kemudian masih dengan menatap Chika " Kita kan bisa lihat di buku siswa"ujarnya lagi. " Eh tapi, gosip itu bener nggak sih, kok gue lihat-lihat pak Gito biasa aja, kayak gak ada masalah"

Chika diam lagi, Yang ia lihat hari itu, Sepertinya pak Gito yang lebih dulu memutuskan hubungannya kemudian Dey terlihat nggak terima. Gadis itu bahkan keliatan mengemis sembari menangis agar Gito nggak ninggalin dia, Tapi seperti yang dia tahu, kalo memang Pak Gito pergi begitu saja.

Hubungan kedua manusia itu memanglah rumit. Ketika semua orang di sekolah heboh membicarakan mereka, mungkin saja Dey tak mengetahuinya dan memilih untuk menghilang, Semetara Pak Gito bersikap seolah tidak terjadi apa-apa.

Fiony tiba-tiba berdiri dari kursinya, seperti tersentak. Ekspresi wajahnya nampak murung.

"Aku mau ke toilet dulu" ucapnya membawa tas jinjingnya. Marsha melotot, karena tingkah Fiony itu mendadak aneh, begitu Fiony meninggalkan mereka ia kembali menatap Zara dan Chika bergantian.

.............

Di depan sebuah pintu yang membatasi area luar dengan area dalam yang ada di ruangan itu, berdirilah Fiony dengan ragu, akan tetapi keraguan itu kalah kuatnya dengan rasa keinginan tahu mengenai Dey, diketuknya pintu dengan hati-hati, sembari menarik nafas panjang.

"Masuk!" suara pak Gito terdengar berseru dari dalam.

Fiony mendorong pintu pelan sekali sampai ia melihat pak Gito tengah menunggu di belakang mejanya.

"Fiony?!"dia tersenyum seperti biasanya. " Ada apa?" tanya dia penuh perhatian sambil memandangi raut Fiony yang muram.

Fiony masih dengan keraguannya saat ia duduk di kursi. Saat menatap pak Gito, ia mulai canggung. " Pak, saya...," Fiony ingin memulai namun ia terlalu takut, karna menyadari bahwa apa yang ingin ia sampaikan tidak ada hubungannya dengan sekolah ataupun pelajaran. Ia pun kemudian menarik nafas lagi untuk menghilangkan rasa canggung dan takut itu.

"Sudah seminggu lebih Dey tidak masuk, pak. Apakah dia sakit?"

Awalnya, Gito kelihatan kaget banget, tapi, kemudian ia mencoba untuk tersenyum lagi, walau jelas kelihatan dipaksakan. "Saya juga nggak tahu, Fio." Jawabnya, kemudian menghela nafas.

"Kasihan Dey Pak..." kata Fiony." Semua orang membicarakan dia terus... apa... , Pak Gito nggak bisa ngelakuin sesuatu supaya Dey bisa balik ke sekolah?"

"Fio, Dey itu nggak suka sekolah" kata Pak Gito, sekarang giliran wajahnya yang murung " Dia udah bilang sama saya berkali-kali, kalau dia itu nggak mau ke sekolah lagi"

"Kenapa pak?" tanya Fiony

"Kamu tahu dia punya masalah," jawab Pak Gito, masih dengan ekspresi yang sama-sedih. "Saya sudah berusaha membantu sebisa saya tapi..."

"Kenapa pak Gito nggak melakukan sesuatu supaya Dey nggak lagi digosipin yang aneh-aneh?" tanya Fiony

"Kalau itu memang tidak benar, kalau apa yang bu Anin bilang nggak benar, harusnya pak Gito bilang kalau yang mereka katakan itu nggak benar...."

Princess sleeping (FIONY CHK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang