19. Kejadian

386 46 4
                                    

Typo Alert

Chika tersentak ketika seseorang menepuk bahunya, ia menoleh dan mendapati Wee sudah disamping menatapnya menelisik " Kenapa lo?" ucapnya yang mampu menembus suara bising barbel dan alat berat yang biasa digunakan untuk latihan oleh para pegulat di sini, bahkan juga suara gaduh dan teriakan para pemain di atas ring sana.

Ia sempat tertegun, lalu menghindari tatapan pelatihnya yang sudah berubah marah, Wee marah karena Chika sama sekali tidak membuat samsak didepanya bergerak dengan pukulannya. Tidak ada sedikitpun yang bisa gadis itu hempaskan ke benda tersebut.

Wee akhirnya meraih dagu Chika membawa wajah cantik itu untuk menatap ke arahnya "Chik lo harus fokus, ngerti !" katanya sambil menepuk pipi Chika kecil.

Chika masih bergeming beberapa saat, namun dia tetap berusaha untuk mengembalikan fokusnya meski terlihat lelah, kepalanya mengangguk tanda ia menerima perintah dari Wee.

"Lo nggak boleh nyerah meski latihannya berat!, kalau lo beneran pengen jadi pegulat, lo harus bisa ngatasi segala tekanan dari luar maupun dari dalam diri lo sendiri!" Ujar Wee penuh penekanan di setiap kalimatnya.

"Kalau nggak di atas sana, lo cuma jadi sasaran empuk dan kalah dengan cara yang menyedihkan!" Katanya mengingatkan pada Chika" Lebam dan rasa remuk yang lo terima gak akan ada artinya!Ini soal harga diri, dan lo harus inget itu!"

Perkataan Wee begitu menusuk di telinga Chika, Ia memandangi wanita itu dengan yakin bahwa yang keluar dari bibir tipisnya itu adalah benar!, Namun, masih saja nggak cukup untuk bisa membuatnya tidak memikirkan kejadian yang di sekolah.

Dengan pikirannya yang masih tertinggal pada momen tadi, Chika mulai memukul samsak di depannya, ia masih berusaha untuk tetap latihan dengan segala beban yang memenuhi benaknya, begitu latihan selesai , Chika merasa sangat lelah.

Sebelumnya Chika sudah biasa lelah, tapi lelahnya kali ini mampu membuatnya sampai terdiam sangat lama, dengan pikiran yang kemana-mana. Sangat wajar kalau Wee sampai marah dengannya.

Suara engsel berderit kasar dari pintu besi di ruang ganti, menandakan adanya pergerakan. Wee si pelatih masuk dengan wajah seriusnya, menghampiri Chika yang terduduk diam di salah satu bangku yang ada di sana.

"Gak habis pikir gue!" kata Wee mengambil tempat di samping Chika yang melamun " Lo bukan pertama yang gue latih, terus tiba-tiba mau mutusin mundur karena nggak sanggup latihan lagi."

Chika diam, Kepalanya tertunduk.

"Padahal belum juga gue suruh lo sparing di atas sana, tuh oniel udah gak sabar pengen ngelawan lo" lanjutnya lagi. " Gini deh gampang aja, gue selalu ingetin mereka di awal, kalau mau mundur ya silahkan saja... dan sekarang gue juga bakal tanya itu ke lo"

Chika mendongak seketika, ia membalas tatapan Wee yang sedari tadi menyorot ke arahnya. Heran! bagaimana bisa setelah tadi memberi semangat kepada dirinya, wanita itu sekarang malah seolah mengusirnya?!, apakah Chika kelihatan terlalu lemah, sampai Wee harus bertanya seperti itu padanya.

"Lo masih mau lanjut, atau berhenti dari sini?," tanya dia memastikan. "Kalo lo lanjut, lo harus siap!,karena nanti latihannya lebih berat dari yang sekarang, Gue gak mau buang waktu gue buat orang yang gak serius...., bagi gue anak didik gue adalah aset, dan gue gak mau nyimpen aset yang gagal Chik. Jadi sekali lagi lo pikir mateng-mateng, lo mau terus apa mundur?"

"Saya tetap lanjut Wee," Ucap Chika,menatapnya dengan lekat.

Wee menganggukan kepalanya sembari berdiri kembali, Ia mengelus rambut Chika sambil menyungingkan senyum kecil " Oke kalo lo udah mutusin gitu.. besok, hari minggu gue tunggu lo di depan jam lima pagi, gue harap lo gak telat , bisa?" kata dia sebelum pergi dan Chika mengangguk setuju.

Princess sleeping (FIONY CHK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang