BAB 2. AQUAMARINE

22 6 3
                                    

Cinta seringkali membuat orang menjadi gila. Hanya saja, apakah cinta yang penuh kegilaan masih bisa disebut cinta?

Vi tersentak bangun dengan jantung berdebar. Kerongkongannya kering seperti habis berteriak tanpa henti. Tubuhnya basah bersimbah peluh. Napasnya terengah-engah bak habis lari marathon. Dengan gemetar, Vi mengangkat kedua tangannya. Bayangan hati Anjani terulur dari lubang di tubuhnya tidak bisa lepas dari ingatan Vi. Tangannya juga meraba sekujur tubuhnya, mengecek apakah ada noda darah di sana.

"Mimpi gila!" umpat Vi pelan dengan suara bergetar. Ya, Biru sudah mematahkan hatinya hingga hancur dan menabur luka ke garam ketika berpacaran dengan Anjani tidak lama setelah memutuskan hubungan dengan Vi. Namun, sedendam apapun dia pada Biru dan Anjani, Vi tidak percaya dirinya bisa bermimpi sadis seperti itu. Seharusnya Vi tahu itu adalah mimpi karena Biru tidak memutuskan hubungannya di taman. Layaknya gentleman, Biru memutuskannya di rumah Vi sehingga Vi tidak perlu menangis sembari terseok pulang ke rumah setelah hatinya patah.

"Gila karena cinta." Vi tertawa miris. Matanya terpejam saat dia merasa air mata mulai kembali tergenang. "Sampai kapan mau terus menangisi lelaki? Bodoh sekali!"

Tidak mau kembali terpuruk dan terus menangis tersedu-sedu seperti yang terjadi di awal perpisahannya dengan Biru, Vi menyingkapkan selimut yang membalut tubuhnya dan menjejakkan kaki ke lantai. Sembari meregangkan tubuh, Vi berjalan ke seberang ranjang dan membuka tirai jendela. Sepertinya matahari baru saja terbit. Semburat merah jingga masih menghiasi langit. Suara ayam berkokok masih terdengar di kejauhan. Bahkan suara serangga yang telat pulang terdengar berpadu dengan cicitan burung.

Vi tersentak ketika sayup-sayup telinganya mendengar nyanyian tembang Jawa. Ketakutannya belum juga reda, kenapa tiba-tiba dia mendengar tembang Jawa lagi? Bukan, itu bukanlah tembang yang sama, tetapi tetap saja menyeramkan, membuat Vi teringat mimpinya tadi. Biru yang menatap kosong. Anjani yang tersentak dengan raut penuh kesakitan. Hati berlumuran darah di genggaman tangan perempuan berkebaya ungu. Cipratan darah yang hangat.

"Positive thinking! Mungkin Mbak Sekar sedang menyanyi." Vi berusaha menghilangkan ketakutannya saat teringat bahwa Sekar, perempuan yang tinggal di sebelah rumahnya dan sekaligus pemilik Airbnb yang ditempatinya itu, adalah mantan pesinden.

Dengan mantap, Vi keluar kamar dan menuju kamar mandi untuk mandi. Vi mandi dengan cepat sambil menoleh ke kanan dan ke kiri karena takut tiba-tiba ada makhluk tak kasat mata yang menyambutnya seperti yang biasa terjadi di film horror. Mana suara tembang itu masih saja terdengar sampai kamar mandi, membuat Vi semakin bergegas menyelesaikan mandinya. Vi menyesal tidak membangunkan Fayra, sahabat baiknya yang ikut bersamanya, jadi setidaknya dia tidak sendirian.

"Rise and shine! You are beautiful and worthy!" Selesai mandi, Vi mengucapkan afirmasi paginya di depan cermin seperti biasa. Kebiasaan berafirmasi pagi sering sekali membuatnya diejek Hazel, tapi ini adalah cara Vi untuk membuat dirinya bersemangat menjalani hari. Jantung Vi seperti melonjak keluar saat ujung matanya menangkap sekelebat bayangan berwarna ungu di balik tubuhnya. Vi langsung menoleh ke belakang tapi tidak ada apa-apa di sana.

"Apa gue mulai gila sampai halusinasi horror?" Vi menarik napas dan menenangkan debaran jantungnya yang masih tidak karuan. Memutuskan lebih baik berada di luar rumah, Vi pun membuat membuat secangkir teh manis dan keluar menuju teras depan. Untunglah, nyanyian itu tidak lagi terdengar begitu Vi menghempaskan tubuhnya ke kursi rotan yang ada di teras.

"Vi!" Sapaan itu membuat Vi terlonjak kaget dan hampir menjatuhkan ponsel yang dipegangnya. Untuk ketiga kalinya pagi itu, jantung Vi berdebar begitu kencang. Vi baru menghembuskan napas lega saat netranya bersirobok dengan Sekar, perempuan yang tinggal di sebelah rumahnya dan sekaligus pemilik Airbnb yang ditempatinya.

Kecubung WunguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang