BAB 17. SPEKTRUM

8 1 0
                                        

Anjani ikut salah tingkah saat berhadapan dengan Vi. Nama Vi yang terus terdengar beserta berbagai kata-kata kotor lainnya membuat Anjani berulang kali melayangkan pandang ke arah kamar mandi dan Vi bergantian. Di sisinya, Biru berdiri diam. Dia tentu saja bisa mendengar semua keributan itu. Mungkin orang di planet Mars pun bisa mendengarnya karena suara Kananta sangatlah keras.

"Vi," balas Anjani dengan sedikit ragu. "Toilet di sini sepertinya penuh, ya?"

"Sepertinya kamu lebih baik ke toilet yang lain saja." Biru malah menjawab pertanyaan yang ditujukan pada Vi saat melihat bagaimana Vi dan Fay salah tingkah bingung hendak menjawab apa. Alis tebal Biru naik dan menghilang ke balik poni rambutnya yang acak-acakan di bagian depan saat makian Kananta kembali terdengar.

Vi mencoba memahami ekspresi yang ditunjukkan Biru. Jika Anjani tampak kikuk dan tidak tahu apakah dirinya harus pura-pura tidak terjadi apa-apa, Biru malah menelengkan kepalanya untuk mendengar lebih baik sambil menatap Vi lekat. Vi menarik napas dalam dan menegakkan tubuhnya. Kenapa dia harus malu berhadapan dengan Anjani dan Biru? Bukankah seharusnya Anjani yang malu karena sudah mendepak Vi begitu saja dari sisi Biru? Vi juga seharusnya tidak ambil pusing dengan Kananta yang masih menggila di dalam sana. Jika Anjani dan Biru tidak sengaja mendengarnya, lalu kenapa?

Namun, tetap saja malu itu menyelusup masuk. Vi menelan ludah dan berusaha menenangkan dirinya. Jika Vi tiba-tiba melarikan diri, mereka bisa berpikir semua itu benar. Yah, walaupun Vi berusaha tidak peduli lagi dengan pandangan orang lain, tetap saja rasanya sakit saat melihat Biru memandangnya seperti itu.

"Ehm, kita juga baru mau pergi. Duluan, ya." Gantian Fay yang menyeret Vi menjauh. Anjani dan Biru sepertinya memutuskan untuk mencari kamar mandi lain dan berjalan bergandengan ke arah sebaliknya. Fay bisa merasakan tubuh Vi yang sedikit bergetar. Dengan khawatir, Fay mencuri-curi pandang ke arah Vi. Make up yang terpulas di wajah Vi ternyata tidak sanggup menutupi wajahnya yang semakin lama semakin pucat. Rentetan peristiwa hari ini nampaknya membuat Vi terguncang. Hilang sudah semua kekuatan dan kepercayaan diri yang selama ini Vi coba tunjukkan.

Fay mengajak Vi ke lapangan parkir menuju ke tempat mobilnya berada. Dengan sedikit susah payah karena Vi semakin menempel padanya, Fay membuka pintu penumpang dan dengan setengah mendorong Vi untuk duduk. Setelah itu, Fay berputar dan masuk ke kursi pengemudi.

"Vi, lo nggak apa-apa?" tanya Fay perlahan.

Vi tersenyum sedih dan menyandarkan kepalanya yang berat ke jendela. "Ternyata, cuma dibutuhkan satu kali pertemuan memalukan dengan Biru dan Anjani untuk membuat semua luka itu teringat lagi."

Bisikan Vi yang penuh putus asa itu semakin membuat Fay khawatir. Walaupun Fay masih merasa aneh dengan tingkah laku Vi akhir-akhir ini, tetap saja Fay lebih senang melihat Vi yang kuat dan penuh percaya diri dibandingkan Vi yang terpuruk begini.

"Malu banget gue. Segala makian Kananta bisa gue terima karena gue tahu gue nggak seperti itu." Satu per satu air mata Vi menetes membasahi pipinya. "Apa yang gue bilang itu bener. Gue nggak ngapa-ngapain sama Desta. Gue bisa ngapa-ngapain sama dia, tapi gue nggak mau."

"Maksudnya?" tanya Fay bingung. Apa definisi ngapa-ngapain menurut Vi? Bisa jadi itu berbeda dengan definisi Fay.

Bukannya menjawab, Vi memilih meneruskan monolognya. "Gue nggak tahu seberapa banyak yang Biru denger. Gue nggak tahu juga apakah dia percaya semua itu. Gue nggak mau dia mandang gue seperti sampah pas dia ngedenger itu semua."

"Err, sepertinya Biru bukan orang yang seperti itu." Fay tahu perkatannya terkesan membela Biru. Hanya saja, Fay tidak ingin Vi buta oleh rasa mengasihani dirinya sendiri lagi dan terpuruk oleh hal yang mungkin tidak seburuk seperti yang dia pikirkan. Biru yang dikenal Fay adalah lelaki logis dan biasanya tidak mudah termakan gosip. Jika Biru mudah terpancing berita buruk, kemungkinan besar Biru akan mendengarkan hasutan dari Hazel dan tidak jadi berpacaran dengan Vi.

Kecubung WunguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang