"Vi, kamu nggak apa-apa?" tanya Fay dengan suara yang masih bergetar.
Vi terbatuk-batuk pelan, dada dan kerongkongannya masih agak sakit, mungkin karena air laut yang sempat terminum saat dirinya digulung ombak tadi. Beruntung Vi bisa berenang sehingga tidak terlalu panik saat disambar ombak. Keberuntungan kedua, Kresna dan Fay sedang berjalan ke arah Vi sehingga saat melihat Vi oleng tersambar ombak, Kresna langsung berlari dan berhasil meraih tubuh Vi sebelum dirinya terseret lebih jauh ke laut. Keduanya berhasil keluar dari ombak yang semakin menggila akibat pasang walau tubuh dan baju mereka basah kuyup.
"Iya, tenang saja. Masih hidup dan selamat." Vi memandang tiga wajah yang menatapnya dengan penuh khawatir. Sekar memijat-mijat betis Vi yang tadi sempat kram, Kresna yang sudah menyatakan Vi tidak apa-apa secara fisik tapi masih khawatir, dan tentu saja Fay tidak berhenti menangis sedari tadi. Mereka berempat kembali duduk di depan warung tempat mereka mengobrol tadi.
"Gue kira lo mau bunuh diri, gue panggil-panggil lo nggak noleh sama sekali, malah jalan makin jauh ke laut huhuhu...," isak Fay yang kalau saja Vi punya tenaga, akan langsung kena toyor. "Dunia masih luas, lo pasti bisa punya pacar baru."
"Hush ih jangan bikin malu!" tegur Vi jengah, tidak enak karena ada Kresna yang kini alisnya terangkat ke atas mendengar ucapan Fay. "Gue udah bilang berapa kali, kalau ada perempuan baju ungu yang duluan masuk ke tengah laut. Kenapa nggak ada yang percaya, sih?"
"Lo halu apa gimana? Gue bilang berulang kali kalau lo itu sendirian jalan ke tengah laut seperti orang kesurupan," tegas Fay. Dirinya masih tidak bisa melupakan rasa takut dan panik yang dia rasakan saat melihat Vi berjalan menuju laut dan tidak juga menoleh saat dipanggil.
"Kita pulang ya, sudah malam nih. Aku ganti baju dulu."
Sebelum tiga orang itu protes, Vi buru-buru berdiri dan menyambar tasnya. Untung dia sudah persiapan akan basah-basahan di pantai, tapi tentu saja definisi basah-basahannya bukan tersambar ombak seperti tadi. Tidak peduli dengan panggilan Fay yang menanyakan apakah dirinya mau ditemani, Vi berjalan setengah berlari ke arah kamar mandi yang ada di balik warung tempat mereka duduk. Dasar Fay ember, bisa-bisanya dia menganggap Vi hendak bunuh diri karena berjalan menuju laut.
"Vi, tunggu! Aku juga mau ganti baju!" Panggilan Kresna membuat Vi menghentikan langkahnya. Dengan sedikit enggan, Vi berbalik menghadap ke belakang dan menunggu Kresna yang juga berjalan setengah berlari menuju dirinya.
"Kamu bener kuat? Tenggorokan masih sakit? Tadi sepertinya sempat terminum air lautnya?" Pertanyaan Kresna yang bertubi-tubi membuat Vi meringis. Malu sekali rasanya baru berkenalan dengan orang dan dia sudah melihat sisi terburuk Vi.
"Err...gue udah nggak apa-apa, kok. Jangan dengerin Fay, dia suka lebay kalau menanggapi sesuatu." Tidak mau terjebak dalam pembicaraan memalukan, Vi kembali berjalan menuju kamar mandi.
Kresna yang kini sudah berjalan di samping Vi tertawa kecil dan hal itu membuat wajah pria tersebut menjadi bertambah manis. Melihat betapa cantiknya Sekar walau usianya ternyata sudah tidak muda lagi, Vi tidak heran saat melihat cucu Sekar memiliki paras menarik khas pria Jawa. Dengan tubuh tinggi kekarnya, hidung mancung, bola mata sehitam Onyx yang dinaungi alis lebat, pipi cenderung tirus dan rahang kokoh berhiaskan bulu-bulu halus yang tidak terlalu lebat; Vi tidak pernah menyangka bahwa Kresna adalah dokter jika tidak diberitahu oleh Sekar.
"Ternyata ke Yogya buat healing dari patah hati?" Pertanyaan Kresna semakin membuat Vi ingin mencari lubang terdekat dan terjun ke dalamnya.
"Eh, yah, begitulah. Klise sekali, ya?" jawab Vi sedikit salah tingkah dan semakin mempercepat langkahnya. "Tapi sekarang sudah sembuh, kok. Banyak dikasih wejangan sama Mbak Sekar kalau masih banyak cinta di dunia."
"Aku setuju dengan Eyang. Kalau terus terpaku pada cinta lama, bagaimana bisa bertemu cinta baru?" Kresna menyentuh bahu Vi sekilas membuat Vi menoleh. "Beritahu aku kalau sudah siap mencari cinta baru, ya?"
Tanpa menunggu jawaban Vi, Kresna berbelok dan masuk ke kamar mandi pria yang letaknya sedikit terpisah dengan kamar mandi perempuan. VI berdiri terpaku di depan kamar mandi sendirian. Otaknya masih berusaha mencerna perkataan Kresna barusan.
"Ah, itu pasti hanya basa basi belaka, baru juga ketemu sehari," gumam Vi sendirian sambil menggelengkan kepalanya. Berusaha mengenyahkan pikiran itu, Vi melangkah masuk ke bangunan kecil yang berisi tiga kamar mandi.
Semua pintu terbuka, menampakkan kamar mandi sederhana yang hanya ada bak mandi dan toilet. Untungnya, keadaan kamar mandi itu semua bersih, hanya saja penerangannya sangat terbatas. Satu bohlam kecil di masing-masing kamar mandi dan di luar ruangan membuat suasana menjadi temaram. Vi mendesah saat lampu di luar kamar mandi mulai berkedip-kedip dan tidak lama kemudian mati, membuat ruangan itu hanya mendapatkan penerangan dari lampu di dalam kamar mandi.
"Hari ini kenapa sial sekali, ya," keluh Vi yang pasrah harus mandi dengan cahaya remang-remang. Vi pun masuk ke kamar mandi paling ujung dan bertekad untuk mandi dengan cepat. Dibukanya baju yang sudah basah dan kini penuh dengan pasir itu. Vi mendesah sebal saat melihat banyak pasir yang menempel di tubuhnya juga.
Sembari bersenandung kecil, Vi mengguyur tubuhnya dengan air beberapa kali dan berusaha menghilangkan semua pasir itu. Vi sedikit menyesal karena menolak tawaran Fay untuk menemaninya ke kamar mandi. Sendirian di kamar mandi asing yang sedikit gelap, membuat Vi ingin cepat-cepat kembali.
Bulu kuduk Vi tiba-tiba berdiri saat hidungnya mencium bau yang asing. Vi menoleh ke kanan dan ke kiri mencoba mencari sumber dari bau itu. Tidak ada pengharum ruangan otomatis ataupun kapur barus satupun di dalam kamar mandi. Tapi, mengapa ada bau bunga bercampur aroma sesuatu yang membuatnya bergidik saat menghirupnya? Perasaan Vi bertambah tidak enak dan tanpa peduli badannya sudah bersih atau belum, Vi segera menyabuni tubuhnya dan membilasnya kilat.
"Aduh, pewangi ruangannya kok aneh banget, sih!" Vi menggerutu dan berusaha mengalihkan pikirannya dari hal-hal aneh. Di saat seperti ini, berbagai adegan dari film horror yang pernah ditontonnya berseliweran. Vi sesungguhnya tidak percaya dengan semua itu, tapi Fay adalah penggemar film horror dan mau tidak mau sesekali Vi menemani Fay menonton.
Vi menjerit kecil saat telinganya sayup-sayup menangkap suara gamelan. Otak logikanya berkata bahwa bisa jadi ada pertunjukan musik di luar sana, tapi hati Vi merasa ada sesuatu yang janggal, terlebih lagi saat dia bisa mengenali nada yang sama dengan yang didengarnya di mimpi tadi.
"Kemenyan!" Vi berteriak kecil saat dirinya akhirnya bisa mengenali bau yang terhidu itu. Hanya saja otaknya masih menolak hal itu. "Ah gue uda gila, masa ada pengharum ruangan aroma kemenyan? Lagian, kayak tahu bau kemenyan seperti apa saja."
Vi meringis saat teringat bahwa dirinya beberapa kali masuk ke rumah Sekar dan mencium aroma yang mirip. Sekar berkata bahwa itu adalah aroma kemenyan bercampur Melati yang dibakarnya untuk penghormatan pada leluhur. Vi semakin merinding begitu teringat hal itu dan dirinya mendesah lega saat akhirnya dia selesai memakai semua pakaiannya.
Suara gamelan masih terdengar dan bau kemenyan semakin kencang, membuat Vi sedikit ragu untuk membuka pintu kamar mandi. Jantungnya berdegup kencang dan keringat dingin mulai membasahi tubuhnya. Otak Vi kembali memutar semua adegan saat tokoh di film bertemu makhluk halus di kamar mandi.
"Kebanyakan nonton film horror, nih. Sampai mau buka pintu saja takut." Vi berusaha menguatkan dirinya sendiri. "Seharusnya lebih takut diam sendirian di kamar mandi daripada di luar."
Memantapkan tekad daripada terkurung di kamar mandi karena takut, Vi mendorong pintu kamar mandi hingga terbuka. Matanya setengah terpejam, takut melihat sesuatu yang tidak disangka. Perlahan Vi membuka lebar kedua matanya dan desahan lega terdengat saat dirinya tidak melihat seorang pun di depan pintu.
"Cah Ayu, apa kamu sudah memilih?" bisikan lembut yang terdengar dari belakang tubuh Vi itu sukses membuat Vi kembali menjerit untuk kesekian kalinya hari itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kecubung Wungu
HororDunia Violetta (Vi) hancur saat mengetahui Biru memutuskan hubungan dengan dirinya dan sudah punya kekasih lain. Saat pergi healing ke Yogya, Vi bertemu dan menjadi dekat dengan Sekar, perempuan tua yang tinggal di sebelah rumah sewaan Vi. Sekar men...