Sudah satu minggu Vi terus memakai cincin kecubung itu tapi Biru tak juga kunjung kembali padanya. Vi malah tidak pernah bertemu dengan Biru sama sekali, sehingga membuatnya berpikir apakah Biru masih di kampus yang sama dengannya. Bukannya Biru yang datang, malah lelaki-lelaki lain gencar mendekatinya, termasuk Adam.
"Vi, hari ini mau makan siang bareng?" Dosen Mikroekonomi baru saja melangkah keluar pintu kelas, tapi Adam sudah berdiri di samping kursi Vi. "Kita ke café baru dekat kampus, yuk! Bosen makan di kantin terus."
Vi menelan ludah begitu mendengar ajakan Adam. Bukannya dia tidak mau pergi bersama Adam, hanya saja Vi masih agak kurang nyaman dengan pandangan orang yang melihatnya berjalan bersama Adam. Ya, Vi tahu ini kekanakan dan bisa jadi itu hanya projeksi dari rasa rendah dirinya, belum tentu orang-orang itu menaruh perhatian pada Vi. Bukan berarti pula Adam mengajaknya makan bersama karena dia tertarik pada Vi. Lagipula, tidak ada salahnya pergi bersama Adam. Toh, Vi sudah kembali jomlo. Semua pikiran ini silih berganti muncul di benak Vi.
Melihat Vi yang tampak ragu, lelaki keturunan Sunda itu mendekatkan wajahnya pada Vi lalu berbisik, "Lo mau ketemu nanti di luar aja? Nanti gue kirim pesan, ya."
Vi menganggukkan kepalanya pelan sambil menghembuskan napas lega. Dia bersyukur Adam mengerti keraguannya.
"Vi, gue duluan aja." Tanpa menunggu jawaban Vi, Adam berjalan keluar kelas meninggalkan Vi yang masih membereskan barang-barangnya.
"Lo mau ke kantin?" Ganti suara Bruno yang mampir di telinga Vi. Bruno adalah teman seangkatan dan sejurusan Vi, sehingga Vi cukup akrab dengannya. "Mau bareng gue, nggak?"
"Vi, ini buat lo." Erwin yang juga teman seangkatan Vi tiba-tiba menyorongkan sekotak kue dari salah satu bakery kekinian di Jakarta. Tingkah Erwin membuat Bruno yang berdiri di samping Vi agak tergeser sedikit. "Tadi pagi gue lewat bakery ini dan inget lo yang suka croissant."
"Bro, sabar dikit kenapa. Lo nggak lihat gue lagi ngobrol sama Vi?" tanya Bruno dengan nada gusar.
Erwin tidak memedulikan kekesalan Bruno dan malah terus mengajak Vi mengobrol. "Kalau lo mau croissant yang lebih fresh, kita makan siang ke sana barengan aja. Nggak terlalu jauh dari kampus, kok."
"Vi mau makan siang ama gue, kenapa lo main serobot aja?" sergah Bruno yang tampak makin gusar dengan kelakuan Erwin.
Erwin dan Bruno berpandang-pandangan dengan penuh emosi. Vi semakin terburu-buru memasukkan barang yang masih tertinggal. Wajahnya merah padam karena berada di tengah-tengah dua lelaki yang sekarang saling melotot. Dia yakin tingkah mereka berdua akan sukses membuat Vi menjadi sasaran gosip.
"Ih, kalian kenapa, sih? Kayak ngapain aja." Vi mencoba meredakan suasana dengan bercanda. Vi mendorong kotak kue ke arah Erwin. "Bruno, gue mau makan sama Fay seperti biasa. Sekarang gue mau ke kelas dia dulu. Erwin, makasih croissantnya tapi mungkin ini dibagi rame-rame aja, biar bisa dimakan sama yang lain."
Vi berdiri dan membawa tasnya. "Gue duluan. Sampai nanti di kelas selanjutnya." Takut Bruno dan Erwin masih mencoba menahannya, Vi melangkah dengan cepat keluar kelas. Vi mengembuskan napas lega saat kedua lelaki itu tidak mengejarnya. Walau Vi tidak percaya dengan kekuatan mistis, tapi ada beberapa lelaki yang memang mendekatinya.
Dengan santai, Vi berjalan menuju gedung sebelah tempat kelas Fay berlangsung. Dia tidak bohong bahwa dia memang berencana menjemput Fay di gedung H. Setelah itu, mereka akan pergi makan siang di dekat perpustakaan sekaligus mencari beberapa buku referensi. Getaran ponsel di tas membuat Vi ingat bahwa Adam berjanji akan mengirimkan pesan. Benar saja, sudah ada beberapa pesan dari Adam.
[Vi, jadi mau makan siang bareng? Gue tunggu di gerbang depan, gimana?]
[Eh, gue lupa kalau kelas Akbi mulai lebih awal hari ini. Kalau makan malam aja, gimana? Gue jemput ke rumah lo juga nggak apa-apa. Sorry banget nggak jadi makan siang bareng.]
KAMU SEDANG MEMBACA
Kecubung Wungu
TerrorDunia Violetta (Vi) hancur saat mengetahui Biru memutuskan hubungan dengan dirinya dan sudah punya kekasih lain. Saat pergi healing ke Yogya, Vi bertemu dan menjadi dekat dengan Sekar, perempuan tua yang tinggal di sebelah rumah sewaan Vi. Sekar men...