"Dia yang meyakinkan bahwa tak semua laki-laki itu sama, ucapannya membuatku percaya namun pada saat itu."
-GistaraAlkhalisa-"Broken home gak jadi alasan untuk kamu ngerasa terpuruk terus dalam hidup kan." Ragan membawa dua es krim dalam genggamannya, menyodorkan yang berwarna pink pada Gista yang sedang terduduk melamun.
Setelah dua minggu akhirnya liburan sekolahpun berakhir, sore ini Ragan sengaja mengajak Gista bertemu di atas rumah milik Budhe Gista. Mengingat Gista yang baru saja sampai membuatnya kesal,padahal disekolah saja besok bisa.
Gista mendongak menatap es krim yang kini ada didepannya, ia menerima es krim itu dengan senang hati.
"Capek aja gak ada laki-laki yang bisa dipercaya. Ibuku dua kali gagal memilih laki-laki." Gista bercerita semuanya pada Ragan, tentang hal mengejutkan yang ia tau dari neneknya.
Ragan duduk disamping Gista, menatap gadis itu dengan senyumnya.
"Yang dibilang nenek kamu itu bener, wajar kalau Mbak kamu setuju."
Gista menatap Ragan disertai helaan nafas, ia tau pendapatan apapun itu pasti akan selalu bertolak belakang kalau dengan Ragan.
"Yang perlu kamu pikirin itu Ibu kamu dulu Gis," kali ini Ragan berkata dengan lembut, "dan satu lagi, gak semua laki-laki itu sama. Kalau gak ada lagi yang bisa kamu percaya dikehidupan ini, kamu bisa percaya Ragan!"
"Dih, ngapain percaya sama kamu. Makin kesini ternyata kamu gak sejudes yang aku fikirkan ya, PD nya juga gak terfikirkan."
Ragan hanya terseyum tipis, memilih melahap es krimnya tanpa memperdulikan Gista yang mengoceh. Meski begitu Ragan senang gadis itu sudah cerewet seperti semula.
"Dimakan dulu es krimnya, nanti cair!" ujar cowok itu pada Gista.
"Iya," jawab Gista seadanya.
Terjadi keheningan sejenak, hingga Ragan membuka suara.
"Gis,"
"Hmm?"
"Suka gak sama Dean?"
Aneh kenapa Ragan tiba-tiba bawa-bawa nama Dean, maksudnya apa?.
"Hah?, maksud?" Gista menatap Ragan bingung."Kurang jelas?, aku tanya."
"Dean, Radean?. Yang kemarin pas dewan pada pelayatan aku duduk disamping dia?"
"Kamu duduk disamping dia?"
"Loh gimana to aku tanya, kenapa malah saling tanya?"
"Iya Dean Radean, sekarang gantian kamu yang jawab!"
"Iya aku duduk disamping dia, ngobrol juga, dia baik, ramah."
"Oh."
"Hah?, terus maksudnya tanya suka engga?"
"Dean suka sama kamu."
"HAH?" kali ini Gista bernada tinggi
"Terserah lah Gis,"
"Sukanya yang kayak gimana?" Gista masih mencerna maksud dari pernyataan Ragan, "yang pengen jadiin pacar?"
"Ya iya."
"Pantes akhir-akhir ini dia sering ngedeket,"
"Ouh, ya baguslah."
"Kenapa?" tanya Gista
"Ya gakpapa bagus aja."
Gista hanya tersenyum lalu melahap es krimnya digigitan terakhir.
"Ayahmu pulang Gan liburan ini?" Gista memilih mengubah topik pembicaraan mereka.
"Endak, dia masih Tanggerang sama Mbakku. Mungkin lebaran kesini."
"Kenapa, mau kenalan?" tanya Ragan membuat Gista menggeleng.
"Ndak lah ngapain,"
"Aku kemarin waktu mau pulang ke rumah kayaknya lihat Ibumu,"
"Apaan sok kenal, emang tau?" jawab Ragan terkesan meledek.
"Tau lah," ujar Gista tak mau kalah.
"Masih suka bola?" tanya Ragan pada gadis itu.
"Masih,"
"Aneh anak cewek suka bola."
"Ya gakpapalah"
"Kalau nulis?"
"Iya masih." Gista menatap cowok itu heran, "kenapa to tanya-tanya?, kayak wartawan aja."
"Ga tau apa yang mau diobrolin, pulang aja deh kalau gitu."
"Dih, ya udah."
"Gis!"
"Apa?"
"Besok sekolah,"
"Iya udah tau."
"Kalau suka sama Radean bilang ya!"
"Gak penting ngomong sama kamu," jawab Gista seadaannya.
"Jangan galak-galak!" ujar Ragan lalu beranjak dengan senyumnya
Gista menatapnya, sampai cowok itu menaiki motornya lalu melaju membelah jalanan penggunungan yang mulai lebih dingin hawanya. Gadis itu tersenyum, Ragan adalah laki-laki pertama yang membuat ia seperti mempunyai rumah. Seperti ada kupu-kupu yang terbang dalam perutnya.
Mungkin saja Ragan benar, tidak semua laki-laki itu sama jahatnya seperti dua ayahnya.
Senang bisa bertemu dan mempunyai teman sepertimu Ragan. Itu ucapku dulu, saat hal yang begitu menyenangkan di 2019, Ragan Januandra Raja Langi, orang yang membuatku bahagia disaat aku kehilangan senyumku. Orang yang sempat kujadikan rumah, yang sosoknya tak pernah bisa kutemukan di dalam diri orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
People Come and Go
Teen FictionKau akan selalu abadi dalam bait aksara, sastra dan porsaku. Terkenang dalam setiap paragraf-paragraf indah yang isinya adalah kamu, bersemayam di ruang sendiri dalam hati, abadi dalam goresan pena yang kutulis sendiri. Cerita ini kupersembahkan unt...