Pacar?

16 3 0
                                    

"Hah apa kamu terima Dean?" suara dari Ita yang begitu terkejut mendengar pernyataan temannya Gista.

"Maksudnya, pacar? tambah Karin yang juga terkejut.

"Bukannya kamu deketnya sama Ragan?" Lila lanjut bertanya soal Ragan

"Coba jelasin Gis!" kali ini Siska penasaran

"Jadi bener yang dipost ini kamu?" Eby tak kalah heboh.

"Udah dari kapan jadiannya?"

"Udah kita dengerin dulu Gista ngomong!" Livi pusing mendengar peratanyaan beruntun dari teman-temannya ini.

Mereka berdelapan tengah berkumpul di rumah Gista saat ini. Gista, Siska, Karin, Lila, Ita, Livi, Nada dan Eby. Mereka tengah terkejut dengan pernyataan Gista.

"Iya aku terima Radean, aku juga gak tau kemarin aku mikir apa. Yang jelas aku lagi gak baik-baik aja sama Ragan, itu yang ngebuat aku emosi dan gak bisa berfikir."

"What?, jadi kamu nerima dia tanpa perasaan?" Eby bertanya pada Gista

"Karena kamu lagi ada masalah sama Ragan?" lanjut Karin tampak kepo.

"Masalahnya apa?" tambah Lila membuat Gista bingung sendiri.

"Ragan gak pasti, aku rasa dia cuma nganggep aku teman dekat. Dan yang terpenting dia sifatnya kayak bunglon, kadang baik kadang cuek, kadang ilang kadang ada."

"Labil kayaknya banyak terjadi diusia kita." ucap Siska membuat semua tampak mengangguk mengiyakan.

"Ini kamu?" tanya Nada memperlihatkan postingan separuh badan dari kontak yang bernama Dean.

"Begitulah."  Gista tampak menyesali semuanya.

"Gis jangan bilang kamu nyesel," Livi kali ini menatap kearah temannya itu.

"Iya, aku nyesel banget. Aku gak pernah punya rasa sama Radean."

"Udah gila ini anak!" ujar Ita dengan blak-blakan.

"Udah dari kapan?" Eby bertanya pada Gista

"Apanya?" tanya siska menyanggah pertanyaan Eby.

"Ya jadinya Siska."

"Seminggu yang lalu," jawab Gista takut-takut. Ia yakin akan diceramahi teman-temannya karena menerima Dean tanpa adanya perasaan.

"Gista...Gista, ya boleh-boleh aja kalau kamu bisa suka nantinya. Tapi kalau hati kamu buat Ragan gimana?" ujar Ita orang paling cerewet dicircle mereka.

"Semuanya masih belum terlambat kok Gis," Karin menambah dengan nada kalemnya.

"Masih ada waktu kalau mau diperbaikin," tambah Lila.

"Hati kamu buat siapa Gis?, itu yang kamu pilih," Livi juga menambah, membuat Gista menyesal sedalam-dalamnya sudah menerima Dean.

Flashback on...

Hari itu Gista termenung sudah seminggu lebih ia lepas komunikasi dengan Ragan. Ia duduk di koridor lantai atas yang sepi. Dari sini nampak Ragan yang sedang berbincang dengan teman-temannya. Kadang Gista merasa untuk apa ia seperti ini?, ia dan Ragan hanya teman yang tidak dibilang akrab bukan?, entahlah meski dimata banyak orang Ragan itu banyak kurangnya, tetap saja Gadis itu merindukannya.

"Minum?"

Sebuah sodoran air bekemasan itu membuat lamunan Gista buyar. Gadis itu menoleh menatap manik mata orang yang sudah ada disampingnya. Radean tersenyum pada gadis bernama Gista ini.

"Ndak usah, terimakasih." Penolakan itu membuat Dean sedikit kecewa, matanya ikut mengarah pada arah pandang Gista.

"Kalian pacaran?" tanya Dean membuat Gista kembali menoleh.

"Hah?, siapa?" Gista bingung, namun sedetik kemudian ia paham ketika mata Dean mengarah pada Ragan yang berbincang disana. "endak kok," lanjutnya membuat Dean tersenyum.

"Ouh, habisnya kamu serius banget ngeliatnya."

"Ndak juga."

"Gis!"

"Ya?"

"Kamu tau kan aku suka kamu?"

"HAH?" Gista terkejut bukan main, ia menatap Dean yang juga beralih menatapnya.

Gadis itu segera memutuskan kontak mata, berusaha mencerna kata-kata dari Dean.

"Aku pengen jadiin kamu pacarku Gis."

"Kamu ngerasa kita masih terlalu kecil gak sih untuk pacaran?" tanya Gista sedikit ragu.

"3 SMP?, engga juga." Dean menjawab dengan santai lalu melanjutkan kalimatnya yang membuat Gista tertegun "kalau iya kita pacaran, kalau engga kita teman."

Gista melihat Dean tersenyum tipis, lalu ia menoleh kearah Ragan. Matanya mencari-cari Ragan yang sudah tidak ada lagi disana. Entah mengapa kali ini ia merasa Ragan sudah benar-benar asing dengan dirinya.

"Gis," panggil Dean lembut membuat gadis itu menoleh.

"Eh iya, aku terima."

Entah apa yang Gista pikirankan saat itu, yang jelas ia sangat gegabah.

Flashback off..

Mereka bertujuh menikmati hidangan yang disediakan Gista, juga jajanan yang sudah mereka beli. Mendengarkan cerita Gista membuat mereka menjadi lapar.

"Ya kalau kamunya gak suka, aku rasa dilepas masih bisa. Ya gak?" ujar Siska meminta persetujuan dengan yang lain.

"Bener sih, dari pada tambah lama mending masih awal gini," jawab Ita sembari melahap makanannya.

"Kasian tapi Deannya," ujar Livi menambah.

"Ya mau gimana lagi dari pada ditunda-tunda."

"Lagian aneh kamu Gis,"

"Iya udah nanti aku pikir, mending sekarang makan aja."

"Udah Gista aneh, Ragan juga gak jelas," tambah Eby membuat Gista menghela nafas pasrah

People Come and GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang