Menyesal?

14 3 0
                                    

Ragan sedang berkumpul dengan teman-temanya malam ini. Teman-temannya masa SMP masih menjadi teman akrabnya meski berbeda sekolah. Di rumah temanya sekarang ia duduk diteras memikirkan Gista yang terlihat begitu membencinya.

"Kenapa ngelamun?" Tenggara teman Ragan sembari membawa gitar kebanggannya itu, menghampiri Ragan yang menyendiri.

"Ndak papa."

"Gista lagi?" tanya Tenggara menebaknya dengan tepat sasaran. "Gan, jangan bohongi hati sendiri kalau masih sayang," lanjutnya membuat Ragan tersenyum kecut.

Cowok yang biasa dipanggil Gara itu mengambil ponsel Ragan dimeja sampingnya.
"Nih telfon!"

"Ngapain?, udah gila Gar."

"Ya ngomong, minta maaf atas kesalahanmu Gan!"

"Ndak lah, buat apa."

Tenggara menghela nafas berat,
"Ya udah chat aja,"

"Udah pernah, tapi dibales singkat." pernyataan Ragan itu membuat Gara terkejut.

"Kamu tanya apa Gan?"
"Ya waktu sebelum masuk sekolag yuh, G9aku tanya sekolah disini juga?. Dia jawab iy, itupun lama."

"Ya, gimana kamu juga dulu gitu ke dia."

Melihat temanya tampak murung itu membuat Tenggara mencari kontak bernama Gistara itu diponsel milik Ragan. Ia menelfon Gista detik itu juga.
Ponsel tertera tulisan berdering, membuat dibuat Ragan terkejut mendengarnya.

"Ngapain Gar?, woy!" Ragan berusaha mengambil ponselnya dari tangan Tenggara, namun cowok itu dengan sigap langsung beranjak pergi.

Terjadi kucing-kucingan antara keduanya membuat kedua temannya yang lain Yoga dan Prama dibuat keheranan.

"Ngapain to kalian ini?" tanya Prama kesal.

Perseteruan itu terus berlanjut hingga sebuah suara dari sebrang telfon membuat mereka memberhentikan aktivitas mereka.

"Halo?"

Ragan pasrah detik itu juga,
"Mau aku yang ngomong, atau ngomong sendiri Gan?"

"Ndak mau ngomong aku, ndak ada yang mau diomongin," jawabnya tegas.

"Gengsi aja digedein!" gerutu Tenggara kesal. Alhasil Tenggara lah yang mengobrol dengan Gista.

♧♧


"Hai Gis, ndak ganggu kan?"

"Ndak ganggu, ini bukan Ragan kan?"

"Iya, aku cuma bermaksud untuk bantu kamu sama Ragan."

"Bantu?"

"Kamu ndak ada niatan untuk balikan Gis?, Ragan sebenernya masih sayang sama kamu dia gengsi untuk ngungkapin semuanya." Tenggara berusaha menjelaskan semuanya.

"Bentar ini siapa?, Tenggara kan?. Gini ya gar aku udah ndak ada urusan sama sekali sama teman kamu itu. Banyak trauma yang aku rasain dan kamu gak akan pernah mengerti."

"Aku paham, kalau kamu butuh bantuan kamu bisa cerita sama aku Gis, Ragan sendiri juga bilang kalau dia punya penyesalan."

"Aku ndak peduli tentang penyesalan atau apapun itu,"

Tutt..


Panggilan mati secara sepihak, membuat Tenggara sedikit agak heran. Tampaknya Gista begitu sakit hati dengan Ragan temannya itu.

"Ku bilang juga apa Gista punya jiwa kebencian yang besar." Tenggara menoleh keasal suara, ternyata dari tadi cowok itu menguping pembicaraannya dengan Gista.

"Kamu lakuin apa sih Gan ke Gista?"

"Banyak, belum semua yang aku ceritaain ke kamu," jawabnya pada Tenggara.


People Come and GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang