Diperjalanan meraka tampak mengobrol, membicarakan Ragan dan Ragan.
"Aku kenal Ragan Gis, dia sulit dimengerti."
"Ndakpapa Gar, kamu udah bantu banyak."
"Tenggara!" sebuah teriakan membuat motor mereka berhenti secara mendakak.
"Luna?" ujar Tenggara lirih. Motor itu berbalik arah menghampiri gadis yang tampak bersama kedua temannya. Ia jadi ingat tentang gadis bernama Luna, ya gadis yang disukai Tenggara.
"Kenapa Lun?"
"Ban Luna bocor," saut salah dari temanya itu.
"Kalian ngapain malem-malem disini?" ujar Tenggara sembari mengecek keadaan motor Luna.
"Kita pulang main," ujar Luna lirih lalu gadis itu menatap Gista dengan tatapan yang tak bisa diartikan.
"Kamu jangan salah paham ya Lun." melihat Luna menatap Gista membuat Tenggara berujar demikian.
Namun Gadis itu diam, begitupun dengan Gista.
"Aku cariin tukang bengkel, Gis kamu.." ucapaannya terpotong tampak bingung.
"Gar aku jalan aja, rumahku udah deket kok." Mengerti apa yang dipikirkan Tenggara, membuat Gista bwrujar demikian.
"Engga, aku anter kamu dulu. Lun aku anter Gista dulu ya, kamu tunggu sini, setelahnya aku cariin tukang bengkel. Kasian Gista anak cewek."
Gista tampak terkejut, Tenggara rela mengantarkannya padahal gadis yang didepannya ini adalah orang yang disukainnya.
"Luna juga anak cewek Gar!" jawab salah satu teman Luna tidak terima.
Namun Tenggara tidak menghiraukan, ia memilih mengantarkan Gista dengan segera. Dan pada detik itu Gista benar-benar merasa bersalah pada Tenggara.
♧♧
5 bulan kemudian....
Gista menatap Tenggara yang masih menggunakan seragam sekolah lengkap yang berbeda dengan seragam yang ia pakai. Begitupun Tenggara menatap Gista dengan tatapan yang tak bisa diartikan.
Gista tersenyum, pulang sekolah ini ia menyempatkan diri bertemu Tenggara. Baginya Tenggara sudah menjadi sahabatnya sendiri sekarang.
Ia melihat cowok itu bersama gadis kecil yang ia tau itu adalah adik perempuannya. Gadis seumuran adik laki-lakinya itu tampak tersenyum kearahnya, membuat Gista balik tersenyum.
"Adik kamu cantik Gar," ujar Gista membuat Tenggara terkekeh.
"Dekil gini dibilang cantik, nanti dia ke PD an Gis," jawab Tenggara membuat gadis kecil berseragam merah putih itu cemberut.
"Jangan dengerin yang Mas kamu bilang ya!" Gista tampak membela, ia sangat menyukai anak-anak baginya mereka sangat menggemaskan.
"Mas gitu sama Nayla!" ujar gadis kecil itu sembari memukul-mukul kakaknya yang tampak terkekeh senang.
Gista yang melihat itu pun tersenyum.
"Duduk dulu Gis, ngeliatin akunya jangan serius-serius nanti naksir!"
Gista yang mendengar ucapan Tenggara itu ikut kesal dibuatnya.
"Mending kita pukul sama-sama mas kamu ini Nay!""Ampun-ampun, bercanda Gis" Tenggara tersenyum senang, matanya memperhatikan Gista yang tampak kesal. Sedangkan Gista juga menatap Tenggara namun dengan sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
People Come and Go
Teen FictionKau akan selalu abadi dalam bait aksara, sastra dan porsaku. Terkenang dalam setiap paragraf-paragraf indah yang isinya adalah kamu, bersemayam di ruang sendiri dalam hati, abadi dalam goresan pena yang kutulis sendiri. Cerita ini kupersembahkan unt...